SINOPSIS MAHAPUTRA episode 470 (17 Agustus 2015)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 470 (17 Agustus 2015) Masih di istana Udaipur, Pratap dan Ajabde bersama keluarga kerajaan yang lain termasuk Ratu Bhatyani dan anaknya, Jagmal. Saat itu mereka sedang menyambut tamu kehormatan dari Amer, Raja Bhagwandas (kakak kandung Jodha), Raimal yang saat itu juga ada disana berusaha mengejek Bhagwandas akan pernikahan Jodha dan Akbar, namun Pratap berusaha menyambut Bhagwan Das dengan sepenuh hati “Kami berharap adik perempuanmu (Jodha) itu selalu bahagia dan merasa damai disana, Raja Bhagwan Das” Bhagwan Das merasa senang dengan ucapan Pratap sambil melirik kearah Raimal dengan perasaan tidak suka, kemudian Chakrapani mengantarnya ke kamar tamu yang telah disediakan untuknya, sebelum meninggalkan tempat tersebut kembali Bhagwan Das melirik kearah Raimal. Sepeninggal Bhagwan Das, tak lama kemudian masuklah Raja Ram Singh bersama adiknya, Chandrasen Singh, setelah diadakan ritual penyambutan dipintu masuk lengkap dengan kalung bunga untuk mereka masing masing, Pratap menyambut mereka dengan senyuman yang tulus, Pratap menyebut Raja Ram Singh sebagai Kaku Sa akan tetapi Chandrasen tidak suka dengan sebutan itu “Pangeran Pratap, hubungan kita telah berakhir sejak hari itu ketika Phoolkanwar kembali dari Mewar ke Mawar untuk selamanya” ujar Chandrasen sambil menahan marahnya “Chandrasen, lebih baik tidak usah buang buang waktu percuma dengan mengingat ingat lagi masa lalu” Chandrasen mengangguk menuruti perintah kakaknya “Aku kira sesuai dengan Pratap Phool kalau itu semua hanya masa lalu” ujar Raja Ram Singh “Itu bukanlah satu satunya hari ketika aku merindukannya, dia itu sudah seperti seorang teman yang tidak akan pernah aku miliki lagi, bagaimana keadaannya ?” Ajabde berusaha mencairkan suasana yang sedikit tegang diantara mereka “Dia baik baik saja” ujar Raja Ram Singh dingin, Raimal sangat menikmati permusuhan yang terjadi diantara mereka, Raimal berpandang pandangan dengan Jagmal memberikan isyarat kalau hal ini bisa mereka manfaatkan, sementara itu guru Raughvendra yang saat itu juga berada disana bersama Chakrapani, dari kejauhan juga membicarakan mereka “Chandrasen adalah seorang ksatria, sedangkan Ram Singh itu sedikit lunak terhadap Akbar meskipun mereka berdua belum menandatangani pakta apapun sampai saat ini” Chakrapani hanya mendengarkan ucapan guru Raughvendra 

Setelah Raja Ram Singh dan Chandrasen diantar ke kamar mereka untuk istirahat, tak lama kemudian Ratu Durgawati telah mencapai Mewar, penyambutan untuknya segera dilakukan di depan pintu masuk istana, keluarga kerajaan Mewar sangat senang melihat kedatangannya “Jika kita berada pada situasi yang sulit maka kita akan bergabung dengan seorang perempuan, paman” bisik Jagmal pada pamannya, Raimal dengan nada tidak suka “Itu tidak benar, Jagmal ,,,, jangan pernah mengira ngira tentang temanmu dan musuhmu tanpa mengetahui mereka” ujar Raimal sambil berbisik kearah Jagmal. Pratap dan istrinya, Ajabde menyambut Ratu Durgawati dengan penuh hormat “Maharani Durgawati bukanlah wanita biasa !” ujar Pratap lantang “Dia adalah satu satunya yang bisa melempar Pass Bahadur (orang Afghanistan) keluar dari wilayah kekuasaannya, Maharani Durgawati bertarung dengan orang orang Afghanistan dengan segelintir pasukan yang ada dan akhirnya dia bisa menang dengan baik ! Ratu Durgawati telah membuat negeri India bangga, sejak saat itu tidak hanya Afghanistan tapi juga penguasa yang lain tidak ada yang berani menyerang Gondwana kembali” ujar Pratap dengan bangga, Ratu Durgawati memberikan salamnya pada semua orang “Aku sangat senang bisa berada disini” ujar Ratu Durgawati, dirinya menunjukkan kecenderungannya ingin bertemu dengan Amar, anak Pratap “Amar juga sangat senang untuk bertemu denganmu, Maharani Durgawati ,,, dia tahu semuanya tentang kamu” sela Ajabde “Aku yakin suatu saat nanti dia pasti akan menjadi seperti ayahnya ketika dia dewasa nanti, ceritaku akan menjadi cerita untuk anak anaknya kelak” ujar Ratu Durgawati 

Sementara itu saat itu Chanayi sedang berdandan di depan kaca riasnya, Amar Singh menemuinya sambil berkata “Kak Chanayi, semua orang ada disini, kenapa kamu berdandan seperti ini ? Apakah ada sesuatu yang special ? Aku yakin pasti ada sesuatu” Amar Singh menggoda Chanayi yang saat itu masih asyik berdandan, Chanayi mulai jengkel dan segera mengejarnya sambil berlari lari didalam istana, sementara Amar Singh tertawa terbahak bahak sambil terus berlari, tiba tiba Chanayi terpeleset ditengah jalan namun anak Raja Bikaner yang bernama Rai Singh segera memegang tubuhnya erat, mereka berdua saling memandang satu sama lain dengan tatapan canggung, ketika Chanayi telah berdiri “Siapa kamu ?”, “Aku Rai Singh, aku tersesat di dalam istana ini tapi aku pikir sekarang aku telah berada pada jalan yang tepat” ujar Rai Singh sambil tersenyum senang “Karena kamu baru di istana ini maka seharusnya kamu menunggu pemandumu untuk menunjukkan sekeliling ruangan” Chanayi malu malu mengatakannya “Mengapa kamu tidak mengantar aku berkeliling ruangan istana ini ?” Rai Singh berusaha mencuri perhatian Chanayi, namun Chanayi hanya diam dan berlalu meninggalkannya sambil melirik sekilas kearah Rai Singh. 

Sambil berjalan di sepanjang koridor, Ajabde memberikan instruksinya pada para pelayannya “Minimal ada tiga pelayan yang menemani setiap tamu” para pelayan mengerti kemudian meninggalkan Ajabde, tepat pada saat itu Pratap memanggilnya dan menceritakan sesuatu pada istrinya itu “Ajabde, aku lihat semuanya berjalan dengan lancar sampai saat ini” Ajabde mengangguk tapi juga mengetahui bahwa ada suatu rasa permusuhan yang tersembunyi diantara setiap raja yang mereka undang ke istana mereka “Kamu telah mengurus semuanya dengan baik, tapi aku merasa aneh karena ketika para raja dan ratu datang ke kota kita untuk yang pertama kali, sayangnya ayah tidak ada di sini di singgsananya untuk menyambut mereka” ujar Pratap sedih “Kamu itu perlu istirahat, Pratap” Ajabde membalas ucapan Pratap sambil memegang tangan suaminya itu “Apakah ibu akan datang ke ruang sidang nanti ?”, “Aku tidak tahu tapi aku akan mencoba membujuk beliau” ujar Pratap kemudian berlalu meninggalkan Ajabde, sepeninggal Pratap, Chanayi muncul menemui Ajabde “Chanayi, dari mana saja kamu ini ? Maharani Durgawati menanyakan kamu dari tadi” Chanayi kelihatan bingung dan gelisah seraya berkata “Aku akan datang nanti untuk menemuinya, bibi” Ajabde melihat ada perubahan sikap pada Chanayi “Apakah kamu butuh bantuan ?” Chanayi hanya diam saja kemudian berlalu meninggalkan Ajabde, Ajabde merasa heran melihat tingkahnya 

Sementara itu Ratu Jaiwanta sedang membuat garland (rangkaian bunga) ketika Pratap menemuinya dikamarnya, Pratap segera duduk bersisian disebelah ibunya “Apakah semua tamu sudah datang, Pratap ?” Pratap langsung menganggukkan kepalanya begitu mendengar pertanyaan ibunya “Rapat akan segera dimulai, ibu”, “Itu adalah kesempatan yang baik, Pratap” namun Pratap merasa ada yang kurang “Tapi aku sangat merindukan ayah, semua orang akan hadir di ruang sidang hari ini kecuali ayah” Ratu Jaiwanta bisa melihat kesedihan di mata anak semata wayangnya ini “Itu adalah perubahan dari bagian kehidupan, nak” Pratap berusaha membuat dirinya sendiri merasa senang “Semuanya tidak ada yang bisa salah selama ibu ada disini,” sesaat Pratap terdiam sambil melihat rangkaian bunga yang ada ditangan ibunya “Ibu, maukah ibu datang ke sidang nanti untuk membantu aku, aku akan merasa lebih percaya diri jika ibu ada disana” Pratap sangat berharap ibunya bisa memenuhi keinginannya “Pratap, ibu telah cukup lama menjauhkan diri dari semua kegiataan keduniawian dan kamu tahu itu kan ?” Pratap mengangguk sejurus kemudian Pratap berkata “Tapi apakah ibu tidak bisa hadir demi anakmu ketika dia membutuhkanmu ?” Ratu Jaiwanta tersenyum tak lama kemudian Pratap meninggalkan kamar ibunya. 

Di istana Agra, saat itu Akbar sedang melakukan persiapan mengeksekusi seorang laki laki dengan cara memasung tangan dan kepala laki laki tersebut di tempat pemasungan, tampak algojo sudah siap hendak memenggal kepala sang terpidana, laki laki tersebut berkali kali meminta maaf ke Akbar agar diampuni semua kesalahannya “Aku tidak pernah berbicara dengan siapapun yang telah menjadi pengkhianat !” Akbar tidak ingin bangsanya menyalahkan dirinya sebagai seorang pengecut atau orang yang lemah “Aku telah memerintah kerajaan yang besar ini karena ketakutan mereka ! Lalu apa yang bisa ditinggalkan ?” Akbar segera mengangkat tangannya menyuruh algojo untuk segera mengeksekusi orang tersebut namun tiba tiba seorang kasim menghentikan tindakan ini, si kasim mengabarkan sesuatu yang sangat special ke Akbar, tiba tiba wajah Akbar yang semula tegang berubah tersenyum senang dan akhirnya Akbar mengampuni orang tersebut “Bebaskan dia !” perintah Akbar, Maan Singh yang berada disana merasa heran “Hal ini akan mengirimkan pesan yang salah pada bangsa mereka” bathin Maan Singh dalam hati, Akbar sendiri merasa senang ketika mendapat sebuah pesan dari salah satu istrinya, namun sayangnya Maan Singh terlihat tidak senang mendengarnya. 

Para raja yang datang ke istana Udaipur bisa memaklumi dan menghormati ketidakhadiran Maharaja Udai Singh di ruang sidang, saat itu para Ratu Udaipur juga hadir di sidang dengan menontonnya lewat balkon yang berada di atas ruang sidang tersebut “Aku harap semuanya akan baik baik saja kembali” ujar Ratu Bhatyani yang saat itu hadir bersama Ajabde, Chanayi dan istri muda Udai Singh “Semuanya akan baik baik saja, Maharani Bhatyani” ujar si istri muda, sementara itu Ajabde berharap Ratu Jaiwanta juga hadir disini untuk memberikan dukungan ke Pratap “Mungkin bisa jadi Maharani Jaiwanta tidak hadir juga di sidang kali ini karena di perayaan Bahubhoj kemarin, dia juga tidak datang bukan ?” ujar si istri muda namun tak lama kemudian dari arah belakang mereka Ratu Jaiwanta tiba tiba muncul menghampiri mereka, semua ratu merasa kaget dan senang melihatnya. Pratap yang juga ada disana segera menengok ke atas dan dilihatnya ibunya juga hadir diantara para Ratu untuk memberikan dukungan padanya, Pratap merasa lebih percaya diri. Semua tamu undangan telah duduk di kursi mereka masing masing “Terima kasih, untuk kalian yang telah bersedia hadir pada kesempatan kali ini, namun sayangnya ayahku Maharaja Udai Singh tidak bisa hadir untuk kesempatan kali ini menemui kalian karena saat ini beliau sedang sakit, tapi beliau mengirimkan salam untuk kalian semua, beliau juga akan mencoba untuk menemui kalian semua secara pribadi kalau nanti kondisi badannya mulai membaik” Pratap mulai memberikan kata kata sambutan pada semua hadirin yang datang saat itu, sementara Raimal merasa bosan dengan basa basi ini
“Lebih baik Pratap langsung to the point saja pada tujuannya !” bathin Raimal dalam hati “Pangeran Pratap, bisakah kamu langsung membicarakan pokok permasalahan, apa yang ingin kamu sampaikan ?” ujar Chandrasen dengan nada tidak suka “Kalian semua diundang kesini tidak untuk membicarakan hal hal yang percuma, aku mempunyai sesuatu hal yang penting dalam benakku” Pratap meminta persetujuan pada ibunya sebelum mengutarakan niatnya mengundang para tamu kehormatan, Ratu Jaiwanta hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya “Aku mempunyai tujuan untuk menyatukan seluruh kerajaan Rajputana, maka dengan begitu kita bisa memulangkan musuh kita kembali ke negerinya sendiri dan menjaga tradisi kita, kebudayaan kita bersama sama” ujar Pratap, tiba tiba Bhagwan Das berdiri dan bertanya “Pangeran Pratap, siapa yang kamu sebut sebagai musuh ?”, “Yang jelas Jalalludin Akbar !” semua orang terkejut mendengarnya “Pangeran Pratap, ada baiknya kalau kamu berfikir terlebih dahulu sebelum mengutarakan idemu itu untuk menentang kerabatku !” ujar Bhagwan Das sengit, Pratap mengetahui hal ini “Aku sangat menghormati fakta yang ada, Raja Bhagwan Das tapi itu tidak merubah kenyataan terbesar yang ada, seperti kita tahu banyak perempuan menjadi janda karena kekejaman pasukan Mughal” ujar Pratap namun semua raja yang hadir mengatakan kalau misi ini sangat tidak mungkin bisa terjadi.
Bagikan :
Back To Top