SINOPSIS MAHAPUTRA 472 (19 Agustus 2015)
Di kamar Maharaja Udai Singh, Maharaja Udai Singh menolak untuk makan apapun yang di sediakan oleh pelayan untuknya sampai dia tahu apa yang terjadi di ruang sidangnya hari ini, dia menolak pelayannya yang berusaha untuk melayani dia, tepat pada saat itu Ratu Bhatyani menemui Raja Udai Singh, Raja Udai Sing sudah mengira kalau semuanya tidak akan berjalan lancar begitu dilihatnya wajah istri kesayangannya itu muram, Ratu Bhatyani menceritakan semuanya yang terjadi di ruang sidang tadi dimana terjadi ketegangan pendapat “Semua raja raja Rajputana mengeluarkan pedangnya masing masing tapi Pratap berhasil mempertahankan kesopanan di ruang sidang dengan menerima tantangan dari pangeran Chandrasen” ujar Ratu Bhatyani tentang tantangan yang di lontarkan oleh Chandrasen, Maharaja Udai Singh merasa kalau mereka para raja raja Rajputana itu semuanya terbawa emosi terlebih dahulu dan mereka bukanlah seorang pemimpin yang baik “Itulah mengapa Pratap tidak mempunyai alternatif yang lain selain menerima tantangan dari pangeran Chandrasen” ujar Ratu Bhatyani, Maharaja Udai Singh sudah bisa menebak kalau situasi seperti ini akan terjadi “Lalu apa yang menjadi perhatian utama dari para raja raja itu ? Apakah ada rencana yang di buat ? Seperti sesuatu yang bisa melawan Mughal atau mencari tahu siapa nanti yang akan menjadi pemimpin persatuan Rajputana ?” Maharaja Udai Singh semakin penasaran dengan hasil sidang tadi “Tidak ada hal hal yang kongkrit yang bisa dibuat tadi, Maharaja” Maharaja Udai Singh merasa yakin kalau anaknya, Pratap pasti akan menang dan mematahkan sifat sombong Chandrasen.
Sementara itu di tempat Chandrasen, Chandrasen sedang berlatih memanah dengan mata tertutup dan Chandrasen berhasil memanah tepat pada sasaran. Di tempat yang lain, Jagmal sedang ngobrol bareng pamannya, Raimal, mereka membicarakan kehebatan Pratap dan Chandrasen “Pangeran Chandrasen itu bisa saja melawan dan memenangkan pertarungan tombak dan kompetisi menembak melawan kak Pratap tapi bagaimana dengan kompetisi berkuda ? Kak Pratap mempunyai sesuatu yang Chandrasen atau siapapun tidak punya yaitu Chetak !” Raimal tertegun “Dia itu sangat cepat, cerdas dan sangat patuh pada majikannya, kuda kak Pratap yang bernama Chetak itu bisa mengerti semua yang kak Pratap pikirkan” Jagmal kemudian menceritakan pada pamannya ketika dulu Chetak pernah menolong Pratap dan menyelamatkannya ketika Pratap bertarung melawan musuh, juga ketika Pratap jatuh ke dalam jurang, Raimal kemudian mendapat petunjuk kalau mereka harus menyingkirkan Chetak “Bagaimana bisa kita mendekatinya ?”, “Kita gunakan Kanak Raj, dia adalah perawat binatang, kita seharusnya menggunakan dia !” ujar Raimal sambil tersenyum senang
Tak lama kemudian, Raimal dan Jagmal akhirnya menemui Kanak Raj, menurut Kanak Raj, Chetak harus di taruh di tempat yang terpisah, Chetak seharusnya di perlakukan tidak kurang dari itu karena bagaimanapun juga Pratap selalu merawat Chetak dengan tangannya sendiri, tidak ada seorangpun yang diijinkan bahkan mendekatinya, Chetak juga di kandang dengan penjagaan yang ketat “Chetak bisa jadi sangat penting untuk Pratap tapi dia telah menghancurkan hidupmu dibawah kuku hewan ini, penderitaanmu mungkin bisa segera sirna, dengan bekerja sama denganku melawan Chetak !” ujar Raimal, Kanak Raj mengerti apa yang di maksudkan oleh Raimal.
Di kamar Jaiwanta, saat itu Ajabde sedang membantu ibu mertuanya menyiapkan bunga bunga untuk membuat kalung bunga bagi Dewa Khrisna, namun pikiran Ajabde tidak pada pekerjaannya, Ajabde merasa terganggu dengan tantangan yang diberikan oleh Chandrasen “Ajabde, apa yang kamu pikirkan ?” pertanyaan Ratu Jaiwanta membuyarkan lamunannya “Ibu, Pratap selalu memberikan yang terbaik ketika dia sedang bertarung dengan musuh musuhnya tapi aku ragu dengan apa yang akan dilakukannya ketika dia bertarung melawan seseorang yang bukan musuhnya, aku tahu kalau dia tidak akan berfikir kalau pangeran Chandrasen adalah musuhnya tapi dia adalah sekutunya melawan Raja Akbar” ujar Ajabde cemas “Ajabde, biarkan saja Pratap kalah, tidak semua pertarungan itu dilakukan diluar, kadang beberapa pertarungan terjadi didalam, Pratap akan berjuang melawan pertempuran didalam dirinya sendiri dan dia pasti akan memenangkan tantangan ini” ujar Ratu Jaiwanta optismistis “Dia tahu semua yang di pertaruhkan disini, jika dia kalah maka dia akan tahu semua kekalahannya, kamu tidak usah merasa risau dan gelisah” Ajabde sangat berterima kasih dengan nasehat ibu mertuanya, tepat pada saat itu Chanayi sedang melintas di depan kamar Jaiwanta sambil berlari, Ajabde merasa penasaran dengan tingkah laku Chanayi.
Saat itu Chanayi berjalan jalan di koridor istana, tanpa sengaja Chanayi melewati sebuah kamar dimana ada Rai Singh sedang ngobrol dengan dua orang Raja, Chanayi mencoba mengintip dari balik pintu dan memperhatikan Rai Singh dari kejauhan, ketika Rai Singh melihat ada seseorang yang mengintip, Chananyi segera bersembunyi, hingga akhirnya Rai Singh tau kalau Chanayilah yang mengintip sedari tadi.
Ditempat Chandrasen yang masih berlatih untuk persiapan kompetisi besok, saat itu Ram Singh menemui adiknya, Chandrasen “Chandrasen, apakah kamu yakin kalau kamu akan menang ?”, “Aku tidak bisa melupakan masa laluku, kak ,,, saat ini aku mendapatkan kesempatan untuk membuktikannya sebelum semua orang yang membuktikan, Pratap itu bukan Dewa dan aku tidak bisa membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja, kamu seharusnya berfikir bagaimana menyenangkannya jika semua raja raja seluruh Rajputana berada di bawah kekuasaan kita ? Kita akan menggunakan mereka, khususnya ksatria tangguh seperti Pratap” ujar Chandrasen optimistis, Ram Singh percaya kalau adiknya bisa melakukannya.
Sementara itu, Kaylan Singh menemui Ratu Durgawati di kamarnya “Maharani Durgawati, menurut kamu siapa yang seharusnya kita dukung dalam kompetisi ini ?”, Ratu Durgawati yang saat itu sedang mengecek koleksi pedangnya berkata “Menurut aku pribadi, selama ini dedikasiku aku tujukkan untuk tanah airku adalah sesuatu yang lain, aku akan mendukung orang yang cukup mampu untuk mengurus tanah air kita, tanpa meragukan pangeran Pratap, dia adalah kandidat yang sangat cocok untuk tugas ini” ujar Ratu Durgawati.
Ditempat yang lain, tepatnya di kandang kuda, Pratap sedang menyiapkan makanan untuk Chetak, kuda kesayangannya, saat itu Guruji dan Chakrapani juga ada disana menemani Pratap sambil berbincang bincang “Pratap, kamu seharusnya berlatihlah tombak lebih keras lagi” saran Guruji “Tenang, Guruji ,,, aku yakin kalau aku akan berhasil dalam misiku ini” Guruji percaya pada keyakinan Pratap yang ingin menyatukan seluruh negeri Rajputana, kemudian Guruji dan Chakrapani meninggalkan Pratap. Sepeninggal mereka, Prapat mengajak Chetak ngobrol “Chetak, kamu harus menghabiskan makananmu ini ! Kamu tidak makan banyak kemarin, jadi hari ini kamu harus makan sebanyak mungkin !” tepat pada saat itu Raimal sedang mengawasinya dari kejauhan “Misi Raja Akbar sebentar lagi akan selesai dan dengan begitu aku akan mendapatkan tempat di ruang sidangnya juga” bathin Raimal dalam hati
Sementara itu di kota Agra, di kerajaan Mughal ,,,,
Akbar menyiapkan banyak hadiah untuk istrinya yang seorang Rajput, Heera (Jodha) “Istriku apa yang kamu inginkan ? Aku akan memberikan semuanya untuk kamu” ujar Akbar, saat itu dengan ragu ragu Heera mendekati Akbar seraya berkata “Aku hanya ingin agar kamu berhenti berfikir untuk menguasai seluruh negeri Rajputana dan biarkan semuanya seperti apa adanya, aku tahu aku tidak bisa memintamu untuk hal ini” Akbar kemudian membungkuk di depan Heera seraya bersimpuh dihadapannya sambil mengusap usap perut Heera yang saat itu sedang mengandung anaknya “Aku mendapat firasat yang menegangkan, kamu akan terbebas dari semua ini, anakku ,,, kamu akan lahir di sebuah tempat dimana hanya ada bendera Mughal yang berkibar disana” ujar Akbar senang, sementara itu Salima yang saat itu melihat kebersamaan mereka dari kejauhan nampak tidak suka “Ratu Heera, jangan pikir kalau kamu akan menjadi ratu yang sesungguhnya, besok Akbar akan menikahi wanita lain yang lebih cantik dan lebih muda dari pada kamu, kita akan lihat apa yang akan terjadi padamu nanti” ujar Salima sinis
Kembali di istana Udaipur ,,, di ruangan Guruji, Chakrapani merasa gelisah dengan apa yang akan dialami oleh sahabatnya, Pratap “Guruji, saat ini pangeran sedang dikelilingi oleh beberapa musuh dari berbagai sisi, bagaimana dia bisa berhasil dalam misinya ini dengan hanya memenangkan tantangan ini ?” ujar Chakrapani cemas “Suatu ketika orang orang sering lupa kalau mereka hidup di masa sekarang dengan hanya memikirkan prediksi masa depan, lupakanlah semuanya, aku yakin Pratap pasti akan memenangkan semua rintangan yang akan datang yaitu dengan cara memenangkan kompetisi ini” ujar Guruji, di lain tempat Pratap dan Chandrasen sedang terus giat berlatih melempar tombak hingga menuju ke sasaran yang tepat.
Sementara itu di tempat Chandrasen, Chandrasen sedang berlatih memanah dengan mata tertutup dan Chandrasen berhasil memanah tepat pada sasaran. Di tempat yang lain, Jagmal sedang ngobrol bareng pamannya, Raimal, mereka membicarakan kehebatan Pratap dan Chandrasen “Pangeran Chandrasen itu bisa saja melawan dan memenangkan pertarungan tombak dan kompetisi menembak melawan kak Pratap tapi bagaimana dengan kompetisi berkuda ? Kak Pratap mempunyai sesuatu yang Chandrasen atau siapapun tidak punya yaitu Chetak !” Raimal tertegun “Dia itu sangat cepat, cerdas dan sangat patuh pada majikannya, kuda kak Pratap yang bernama Chetak itu bisa mengerti semua yang kak Pratap pikirkan” Jagmal kemudian menceritakan pada pamannya ketika dulu Chetak pernah menolong Pratap dan menyelamatkannya ketika Pratap bertarung melawan musuh, juga ketika Pratap jatuh ke dalam jurang, Raimal kemudian mendapat petunjuk kalau mereka harus menyingkirkan Chetak “Bagaimana bisa kita mendekatinya ?”, “Kita gunakan Kanak Raj, dia adalah perawat binatang, kita seharusnya menggunakan dia !” ujar Raimal sambil tersenyum senang
Tak lama kemudian, Raimal dan Jagmal akhirnya menemui Kanak Raj, menurut Kanak Raj, Chetak harus di taruh di tempat yang terpisah, Chetak seharusnya di perlakukan tidak kurang dari itu karena bagaimanapun juga Pratap selalu merawat Chetak dengan tangannya sendiri, tidak ada seorangpun yang diijinkan bahkan mendekatinya, Chetak juga di kandang dengan penjagaan yang ketat “Chetak bisa jadi sangat penting untuk Pratap tapi dia telah menghancurkan hidupmu dibawah kuku hewan ini, penderitaanmu mungkin bisa segera sirna, dengan bekerja sama denganku melawan Chetak !” ujar Raimal, Kanak Raj mengerti apa yang di maksudkan oleh Raimal.
Di kamar Jaiwanta, saat itu Ajabde sedang membantu ibu mertuanya menyiapkan bunga bunga untuk membuat kalung bunga bagi Dewa Khrisna, namun pikiran Ajabde tidak pada pekerjaannya, Ajabde merasa terganggu dengan tantangan yang diberikan oleh Chandrasen “Ajabde, apa yang kamu pikirkan ?” pertanyaan Ratu Jaiwanta membuyarkan lamunannya “Ibu, Pratap selalu memberikan yang terbaik ketika dia sedang bertarung dengan musuh musuhnya tapi aku ragu dengan apa yang akan dilakukannya ketika dia bertarung melawan seseorang yang bukan musuhnya, aku tahu kalau dia tidak akan berfikir kalau pangeran Chandrasen adalah musuhnya tapi dia adalah sekutunya melawan Raja Akbar” ujar Ajabde cemas “Ajabde, biarkan saja Pratap kalah, tidak semua pertarungan itu dilakukan diluar, kadang beberapa pertarungan terjadi didalam, Pratap akan berjuang melawan pertempuran didalam dirinya sendiri dan dia pasti akan memenangkan tantangan ini” ujar Ratu Jaiwanta optismistis “Dia tahu semua yang di pertaruhkan disini, jika dia kalah maka dia akan tahu semua kekalahannya, kamu tidak usah merasa risau dan gelisah” Ajabde sangat berterima kasih dengan nasehat ibu mertuanya, tepat pada saat itu Chanayi sedang melintas di depan kamar Jaiwanta sambil berlari, Ajabde merasa penasaran dengan tingkah laku Chanayi.
Saat itu Chanayi berjalan jalan di koridor istana, tanpa sengaja Chanayi melewati sebuah kamar dimana ada Rai Singh sedang ngobrol dengan dua orang Raja, Chanayi mencoba mengintip dari balik pintu dan memperhatikan Rai Singh dari kejauhan, ketika Rai Singh melihat ada seseorang yang mengintip, Chananyi segera bersembunyi, hingga akhirnya Rai Singh tau kalau Chanayilah yang mengintip sedari tadi.
Ditempat Chandrasen yang masih berlatih untuk persiapan kompetisi besok, saat itu Ram Singh menemui adiknya, Chandrasen “Chandrasen, apakah kamu yakin kalau kamu akan menang ?”, “Aku tidak bisa melupakan masa laluku, kak ,,, saat ini aku mendapatkan kesempatan untuk membuktikannya sebelum semua orang yang membuktikan, Pratap itu bukan Dewa dan aku tidak bisa membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja, kamu seharusnya berfikir bagaimana menyenangkannya jika semua raja raja seluruh Rajputana berada di bawah kekuasaan kita ? Kita akan menggunakan mereka, khususnya ksatria tangguh seperti Pratap” ujar Chandrasen optimistis, Ram Singh percaya kalau adiknya bisa melakukannya.
Sementara itu, Kaylan Singh menemui Ratu Durgawati di kamarnya “Maharani Durgawati, menurut kamu siapa yang seharusnya kita dukung dalam kompetisi ini ?”, Ratu Durgawati yang saat itu sedang mengecek koleksi pedangnya berkata “Menurut aku pribadi, selama ini dedikasiku aku tujukkan untuk tanah airku adalah sesuatu yang lain, aku akan mendukung orang yang cukup mampu untuk mengurus tanah air kita, tanpa meragukan pangeran Pratap, dia adalah kandidat yang sangat cocok untuk tugas ini” ujar Ratu Durgawati.
Ditempat yang lain, tepatnya di kandang kuda, Pratap sedang menyiapkan makanan untuk Chetak, kuda kesayangannya, saat itu Guruji dan Chakrapani juga ada disana menemani Pratap sambil berbincang bincang “Pratap, kamu seharusnya berlatihlah tombak lebih keras lagi” saran Guruji “Tenang, Guruji ,,, aku yakin kalau aku akan berhasil dalam misiku ini” Guruji percaya pada keyakinan Pratap yang ingin menyatukan seluruh negeri Rajputana, kemudian Guruji dan Chakrapani meninggalkan Pratap. Sepeninggal mereka, Prapat mengajak Chetak ngobrol “Chetak, kamu harus menghabiskan makananmu ini ! Kamu tidak makan banyak kemarin, jadi hari ini kamu harus makan sebanyak mungkin !” tepat pada saat itu Raimal sedang mengawasinya dari kejauhan “Misi Raja Akbar sebentar lagi akan selesai dan dengan begitu aku akan mendapatkan tempat di ruang sidangnya juga” bathin Raimal dalam hati
Sementara itu di kota Agra, di kerajaan Mughal ,,,,
Akbar menyiapkan banyak hadiah untuk istrinya yang seorang Rajput, Heera (Jodha) “Istriku apa yang kamu inginkan ? Aku akan memberikan semuanya untuk kamu” ujar Akbar, saat itu dengan ragu ragu Heera mendekati Akbar seraya berkata “Aku hanya ingin agar kamu berhenti berfikir untuk menguasai seluruh negeri Rajputana dan biarkan semuanya seperti apa adanya, aku tahu aku tidak bisa memintamu untuk hal ini” Akbar kemudian membungkuk di depan Heera seraya bersimpuh dihadapannya sambil mengusap usap perut Heera yang saat itu sedang mengandung anaknya “Aku mendapat firasat yang menegangkan, kamu akan terbebas dari semua ini, anakku ,,, kamu akan lahir di sebuah tempat dimana hanya ada bendera Mughal yang berkibar disana” ujar Akbar senang, sementara itu Salima yang saat itu melihat kebersamaan mereka dari kejauhan nampak tidak suka “Ratu Heera, jangan pikir kalau kamu akan menjadi ratu yang sesungguhnya, besok Akbar akan menikahi wanita lain yang lebih cantik dan lebih muda dari pada kamu, kita akan lihat apa yang akan terjadi padamu nanti” ujar Salima sinis
Kembali di istana Udaipur ,,, di ruangan Guruji, Chakrapani merasa gelisah dengan apa yang akan dialami oleh sahabatnya, Pratap “Guruji, saat ini pangeran sedang dikelilingi oleh beberapa musuh dari berbagai sisi, bagaimana dia bisa berhasil dalam misinya ini dengan hanya memenangkan tantangan ini ?” ujar Chakrapani cemas “Suatu ketika orang orang sering lupa kalau mereka hidup di masa sekarang dengan hanya memikirkan prediksi masa depan, lupakanlah semuanya, aku yakin Pratap pasti akan memenangkan semua rintangan yang akan datang yaitu dengan cara memenangkan kompetisi ini” ujar Guruji, di lain tempat Pratap dan Chandrasen sedang terus giat berlatih melempar tombak hingga menuju ke sasaran yang tepat.