SINOPSIS MOHABBATEIN episode 317 “RAMAN TERTANGKAP” by. Sally Diandra

SINOPSIS MOHABBATEIN episode 317 “RAMAN TERTANGKAP” by. Sally Diandra Di bandara Indira Gandhi, ketika Raman sedang melakukan penukaran tiket di loket, tiba tiba petugas bandara menghampiri Raman dan meminta Raman untuk ikut dengannya karena ada beberapa pertanyaan yang harus diajukan, Raman merasa kesal dengan petugas tersebut, karena petugas tersebut terus memaksanya “Pertanyaan apa ?” tanya Raman dengan nada marah, petugas itu hanya diam saja dan membawa Raman ke ruangan interogasi, sesampainya di ruangan yang tertutup tersebut, Raman langsung bertanya pada petugas yang lain yang berada disana “Ada masalah apa sebenarnya ? Apakah kamu mengira kalau aku ini teroris ? Apa salahnya ?”, “Maaf, tuan Bhalla ,,, kami mendapatkan beberapa informasi, untuk itulah kami harus melakukan hal ini” Raman tertegun 

“Kami akan melakukan tes kebohongan” Raman kaget “Aku warga negara yang terhormat, aku adalah Raman Bhalla, CEO, ijinkan aku bicara dengan pengacaraku”, “Kami tahu, tuan Bhalla tapi kami minta pada anda untuk bekerja sama dengan kami” Raman semakin tidak mengerti “Apakah kalian ini kurang waras ?”, ”Tenang, tuan Bhalla ,,, relax, pernyataan apapun yang anda lontarkan akan melawan diri anda sendiri nanti” Raman semakin merasa kesal dengan sikap pegawai bandara tersebut “Aku tidak akan mengampuni kalian !” ujar Raman kesal “Kami akan memberikan anda serum dan mesin ini akan memonitor respon tubuh anda, jika anda tidak mau maka anda akan ketinggalan pesawat”, “Baiklah, lakukan dengan cepat” Raman akhirnya mau melakukan test kebohongan 

Sementara itu nyonya Bhalla sedang berdebat dengan penjaga bandara, sedangkan Raman mulai ditanyai beberapa pertanyaan oleh pegawai bandara, mesin tersebut mulai mengecek jawaban Raman berdasarkan detak jantung Raman dan ternyata semua jawaban Raman rata rata benar, salah satu pegawai yang berada di ruang sebelahnya selalu memberikan kode ibu jarinya kalau jawaban Raman benar, rupanya Ishita berada di ruang sebelah tersebut sambil memperhatikan semuanya, Ishita memang sengaja membuat rencana tersebut untuk membuat Raman mengakui perasaannya “Nyonya, apalagi yang ingin anda ketahui ?” tanya pegawai tersebut “Tanyakan padanya apakah dia mencintai istrinya ?” ujar Ishita dengan tatapan matanya yang serius, kemudian pegawai tadi keluar dari ruangannya dan membisikkan sesuatu pada temannya, kemudian pegawai itu bertanya pada Raman 

“Tuan Bhalla, apakah anda menyayangi keluarga anda ?”, “Iyaa !” ujar Raman “Apakah anda menyayangi putri anda ?”, “Iyaa !” pegawai itu bertanya lagi “Apakah anda mencintai istri anda ?”, “Tidak ! Aku tidak mencintainya !” dari ruang sebelah Ishita bisa mendengar semuanya sambil menangis “Tuan Bhalla, jawaban anda salah”, “Aku tidak berbohong ! Apakah mesin ini akan mengatakan kalau aku mencintai istriku atau tidak ? Aku bilang kalau aku tidak mencintainya !” bentak Raman kesal, Ishita langsung menyeruak ke dalam ruangan tersebut dan berkata “Raman Bhalla ,,,” Raman kaget begitu melihat Ishita ada disana “Ishita, apa yang kamu lakukan disini ?” tanya Raman heran “Apakah mereka bertanya pertanyaan yang bodoh ? Apakah kamu tidak mencintai istrimu ?”, “Tidak !” Ishita kembali mengulangi pertanyaannya, Raman pun berteriak “Tidak !” Ishita benar benar marah sama Raman 

“Jadi kamu yang melakukan ini semua ? Kenapa ?” tanya Raman kesal “Semua orang tidak pengecut seperti kamu dan mereka juga tidak lari dari tanggung jawabnya ! Aku datang kesini untuk menjelaskan kesalahpahamanmu, aku bertanya lagi padamu, apakah kamu tidak mencintai istrimu ?”, “Tidak ! Itulah mengapa aku mau pergi dari sini !” Raman tetap bersikeras dengan jawabannya “Lihat mataku ! Dan katakan !”, “Tidak !” jawab Raman kesal “Jadi kamu telah mengirimkan surat ini untukku ?” ujar Ishita sambil menunjukkan gulungan surat yang dipegangnya “Pathak memberikannya padamu ? Dia memang sinting !” Ishita langsung menarik kerah baju Raman dan mulai memukuli Raman dengan kertas tersebut “Ishita, apakah kamu sudah gila ? Pak petugas tolong hentikan dia” pinta Raman yang saat itu sudah keluar dari ruangan tersebut dan Ishita masih saja terus memukuli Raman dengan kertas itu, Raman melihat ke sekeliling ruangan itu, semua orang melihat kearah mereka 

“Mereka semua melihat kearah kita, Ishu”, “ Iyaa, aku memang ingin mereka melihat kita berdua ! Tidak ada seorangpun yang mau mempunyai suami seperti kamu !” bentak Ishita, salah seorang pengunjung bandara bertanya pada Raman “Pak, aku ini Raman Kumar dan lihat aku dipukuli oleh istriku sendiri” Raman kemudian bilang pada Ishita kalau orang itu bertanya padanya, Ishita mulai ngobrol dengan orang itu, Raman segera berlari meninggalkan Ishita, Ishita langsung mengejarnya, Raman mencoba berlindung dibelakang orang orang yang melintas disana, menghindar dari pukulan Ishita, Ishita memarahinya dan mulai memukulnya lagi, Raman berhasil meloloskan diri dari Ishita, namun Ishita masih terus mengejarnya dan ketika tertangkap, Ishita terus menerus memukuli Raman dengan surat cerai tersebut 

Di bawah, nyonya Bhalla sedang berdoa untuk Raman agar Raman kembali ke keluarganya, akhirnya semua orang bersatu padu membuat lingkaran mengelilingi Raman agar Raman tidak bisa lari kemana mana lagi, Ishita masuk ke lingkaran tesebut dan berterima kasih pada mereka semua yang telah membantunya sehingga Raman tidak bisa lari kemana mana lagi “Terima kasih, kalian semua telah melayani India dan kalian juga telah menghentikan masalah terbesar di India, yaitu seorang suami” Raman hanya bisa pasrah dan terdiam melihat kemarahan Ishita “Kamu ini memang pengecut ! Bagaimana bisa kamu mengirimkan surat cerai untukku ? Kamu memang selalu saja membuat masalah denganku, aku harus menghadapi semuanya !”, “Diam !” bentak Raman, namun Ishita terus memberikan ceramah ke Raman ”Kita berdua dekat karena Ruhi” ucapan Ishita membuat Raman teringat pada masa lalu mereka berdua ketika mereka menikah dan beberapa kenangan indah mereka berdua 

“Ishu, dengarkan aku”, “Diam kamu, Raman” ujar Ishita sambil menarik kerah baju Raman dengan keras “Aku berubah karena kamu”, “Kenapa ?” tanya Raman dengan sikapnya yang pura pura tidak tahu “Karena kamu ingin seorang ibu untuk Ruhi dan aku ingin seorang anak, yaitu Ruhi, aku tidak tahu apakah aku bisa tersenyum setelah kamu datang dalam kehidupanku ? Tapi yang pasti aku menemukan seorang Ishita yang suka berjuang dalam diriku sendiri, aku menemukan Ishita yang baru” Raman terdiam memperhatikan Ishita yang terus mengoceh “Kamu memang tidak peduli dengan siapapun, kamu hanya ingin meninggalkan semua orang, kenapa ? Siapa yang ingin kamu hukum ? Apakah kamu yang memutuskan hidupku ?” Raman langsung memegang lengan Ishita dan berkata “Diam, Ishu !” bentak Raman

“Aku tidak akan diam, Raman ! Kamu itu bukan siapa siapa yang bisa mengambil keputusan untukku, kamu ingin menikah secara diam diam, sedangkan aku bukan tipe yang seperti itu, aku tidak akan mengatakan ya untuk semua kata iya mu karena kita akan membuat sebuah keputusan bersama sama, apakah kamu sudah kehilangan akal dengan meminta Mani menikah denganku ? Apakah kamu bertanya padaku apakah aku mencintai Mani ? Aku ini ,,, “ tiba tiba Ishita terdiam, tidak melanjutkan ceramahnya, Raman tersenyum nakal melihat tingkah Ishita yang tiba tiba saja terdiam, lidahnya serasa kelu tak mampu bicara 

“Ayoo lanjutkan, semua orang sedang mendengarkan sekarang, selesaikan ceramahmu” goda Raman sambil tersenyum “Aku tidak ingin mengatakannya” ujar Ishita sambil berbalik membelakangi Raman “Aku tidak akan pergi kemana mana, aku juga tidak bisa pergi kemana mana, tapi yang satu ini harus dikonfirmasi, kamu memang seorang Madrasan yang sinting”, “Aku ini istri Punjabi yang gila” balas Ishita “Kita berdua memang gila”, “Kombinasi yang bagus kan ?” Raman dan Ishita tersenyum satu sama lain kemudian saling berpelukkan, semua orang yang mengelilingi mereka berdua langsung bertepuk tangan untuk mereka berdua, Raman memegang tangan Ishita lalu mengajaknya pergi dari sana 

Raman dan Ishita sedang dalam perjalanan pulang ke rumah “Ibu, diluar dingin sekali, bagaimana kalau kita minum kopi dulu ?” ujar Raman yang saat itu duduk di kursi belakang bersama Ishita, sedangkan nyonya Bhalla duduk di depan, nyonya Bhalla malah meminta supir untuk mengendarai dengan cepat mobilnya menuju ke rumah, Ishita tersenyum melihat ke arah Raman dengan penuh cinta “Kenapa kamu melihatku seperti itu ? Lihat saja ke depan” ujar Raman sambil ikut tersenyum SINOPSIS MOHABBATEIN episode 317 by. Sally Diandra

PREV    NEXT
Bagikan :
Back To Top