SINOPSIS MOHABBATEIN episode 282 “KODE CINTA YANG TERABAIKAN” by. Sally Diandra
Raman masuk ke apartemennya dan dilihatnya Bala sedang memunguti CD yang dibawanya yang jatuh berserakan di lantai “Heiii Raman ,,, acara Sangeetnya Shagun dan Ashok benar benar membuat kita bermasalah karena bagaimanapun juga kita kan terikat dengan Mihika”, “Iyaa, bahkan ibu mertuaku dan ibuku saling menantang satu sama lain, aku juga berfikir untuk melakukan sesuatu yang special untuk Ishita” sela Raman menimpali ucapan Bala “Iyaa, kenapa tidak ? Ini akan menjadi rahasia kita, katakan padaku” Raman langsung teringat pada sesuatu “Bala, aku ingin minta saran padamu” Raman lalu duduk di sofa didepan Bala “Begini, aku mempunyai seorang teman, hubungannya dengan istrinya ini sangat aneh, mereka itu pasangan suami istri dan saling mencintai satu sama lain”, “Katakan padaku dengan jelas” pinta Bala serius
“Baiklah, ketika temanku menikah, dia dan istrinya berada pada situasi yang rumit, awalnya mereka berdua tidak saling mencintai satu sama lain, kebencian masuk dalam kehidupan pertemanan mereka dan sekarang mereka saling mencintai tapi tidak ada seorangpun yang mengambil langkah selanjutnya temanku ini ingin membawa hubungan ini lebih jauh lagi” Bala langsung menyela ucapan Raman “Iyaaa aku bisa mengerti maksudmu dan ini adalah solusi dari permasalahan temanmu itu” Raman tercengang ketika Bala menunjukkan sebuah kotak alat kontrasepsi “Berikan ini padanya” Raman semakin bingung “Apa yang kamu lakukan ? Vandu sedang hamil dan kamu menyimpan alat kontrasepsi ini ?”, “Raman, jangan berfikir yang macam macam, aku menyimpan alat ini ketika aku menangkap basah seorang muridku yang memilikinya, banyak hal yang bisa terjadi dengan alat ini” Raman baru mengerti
“Oooh maaf, aku berfikiran yang tidak tidak” Bala menyela lagi “Tapi ini adalah solusi untuk temanmu itu, mereka sudah menikah kan dan sekarang mereka sudah saling mengerti satu sama lain jadi ini adalah langkah berikutnya, coba pikirkan bagaimana caranya seorang istri akan mengatakan pada suaminya kalau kita akan ,,,, kamu tahu kan maksudku, untuk itulah seorang suami harus yang mengambil inisiatif duluan” Raman mengangguk “Baik, bisa dimengerti”, “Raman, ini adalah tanggung jawab seorang suami untuk membuat istrinya merasa nyaman secara lahir dan bathin, apalagi untuk seorang laki laki yang sangat mencintai istrinya dan mengambil setiap langkah bersama istrinya, mintalah pada temanmu untuk membawa hubungan ini lebih jauh lagi dan semuanya akan pasti akan menjadi lebih baik lagi” ujar Bala sambil memberikan alat kontrasepsi tersebut ke Raman
“Apakah kamu yakin ?”, “Iyaaa, aku yakin sekali !” Raman merasa lega “Tapi katakan padaku satu hal, kenapa kamu malu dengan alat ini ? Ini adalah saran untuk masalah temanmu itu” ujar Bala santai, sementara Raman mulai gugup ketika Bala mendesaknya “Aduuuh, maaf ,,, aku harus menelfon seseorang, ini penting” Raman mencoba mencari cari alasan untuk menghindar dari pertanyaan Bala yang selanjutnya “Oooh iya, aku juga harus pergi dan semoga berhasil !” ujar Bala sambil membawa semua CD yang dibawanya tadi dan bergegas berlalu dari sana “Iyaaa, semoga berhasil ,,, untukku” ujar Raman lirih, Raman kemudian mengeluarkan alat kontrasepsi (kondom) yang di beri oleh Bala tadi yang di masukkan ke kantung jasnya, Raman teringat pada Ishita di malam pertama setelah mereka menikah, saat itu Ishita memberikan obat yang dipesan oleh Raman dari hotel ternyata obat tersebut adalah alat kontrasepsi “Kamu pikir aku akan menyentuh kamu sehingga aku membutuhkan benda ini !” saat itu Raman sangat marah pada Ishita, Raman juga memikirkan ucapan Bala barusan
Malam itu Raman memasuki kamarnya, dilihatnya kamarnya kosong, Raman langsung berfikir dimana kira kira dia menaruh alat kontrasepsi itu agar Ishita bisa melihatnya sehingga Ishita bisa tahu apa maunya saat ini, Raman berusaha mencari lokasi yang tepat yang sekiranya bisa ditemukan Ishita tanpa sengaja, awalnya Raman menaruh diatas tempat tidur, tapi rasannya kurang pas terlalu vulgar, lalu dipindah ke sofa, rasanya juga masih kurang sreg, kemudian dilempar begitu saja dilantai, tapi juga rasanya kurang etis melihat ada alat kontrasepsi dilantai, Raman kembali mengambilnya, lalu Raman melihat laci meja rias, bergegas Raman menaruh alat kontrasepsi itu didalam laci, sementara itu Ishita sedang bertanya pada Neelu, pembantunya “Neelu, apakah penjual obat sudah mengirimkan obatnya ?”, “Sudah, nyonya ,,, di dalam laci di kamar” Ishita bergegas pergi ke kamarnya, rupanya perut Ishita sakit,
Saat itu Raman berusaha menyembunyikan alat kontrasepsi tersebut dengan menaruh barang barang yang ada dilaci itu diatasnya, ketika didengarnya langkah Ishita menuju ke kamar “Ada apa, Raman ?” tanya Ishita heran dari depan pintu kamar ketika dilihatnya Raman sedang menutup laci “Inii lacinya macet, aku baru saja datang, aku akan menelfon dulu”, “Baik, tidak masalah” ujar Ishita sambil berjalan menuju ke laci meja riasnya, Ishita kemudian membuka laci meja riasnya, untuk mengambil obat pesanannya tadi, Ishita terkejut ketika dilihatnya ada alat kontrasepsi di laci meja riasnya, Raman saat itu sedang berada di pintu kamar sambil berfikir “Sekarang Ishita pasti tahu apa yang aku inginkan malam ini” bathin Raman senang kemudian berlalu dari sana
Ishita benar benar tidak menyangka ada alat kontrasepsi di dalam laci meja riasnya “Apakah penjual obat itu mengirimkan benda ini ? Apa dia sudah gila ? Aku menelfonnya untuk membeli obat, mereka benar benar sinting !” Ishita merasa kesal dan langsung menelfon penjual obat lalu memarahinya karena telah mengirimkan obat yang salah “Pak, kenapa kamu tidak mengirimkan obat untuk sakit perut ? Obatnya keliru, tidak kamu tidak mengirimkan obat untuk sakit perut, bagaimana bisa kamu begitu bodoh ? aku seharusnya memeriksa ijin jualanmu” Ishita merasa kesal dengan penjual obat itu “Untung saja Raman tidak melihat ini” ujar Ishita sambil melemparkan begitu saja alat kontrasepsi itu ke lantai kemudian menutupinya dengan tisu, Ishita berharap Raman tidak melihatnya, saat itu Raman kembali ke kamar “Apakah semuanya baik baik saja ?”, “Iyaaa, apakah kamu sudah merasa segar ?” Ishita sedikit canggung didepan Raman,
Raman tersenyum penuh arti “Ishita kelihatan sangat gugup, mungkin dia sudah mengerti kalau kami berdua harus mengambil langkah selanjutnya dalam hubungan ini dan kelihatannya dia juga sudah siap” bathin Raman senang, kemudian Ishita mengambil selimut dan baju gantinya dan diletakkannya selimut itu di atas sofa, Raman bergegas menghampirinya dan berkata “Pergilah sana, gantilah baju dulu, aku akan mengatur ini” Ishita lalu pergi ke kamar mandi untuk ganti baju, Raman segera menyusun rencana selanjutnya “Bala, idemu seharusnya berhasil malam ini” ujar Raman sambil mengambil selimut Ishita dan ditaruhnya di atas tempat tidur dan bantal bantal yang ada ditempat tidur ditaruh di sofa “Baik semuanya sudah tertata dengan baik dan malam ini Ishita tidak akan tidur di sofa” ujar Raman sambil kembali merapikan dirinya dengan menyisir rambutnya didepan cermin rias lalu menyemprotkan parfum ke tubuhnya,
Raman telah siap malam ini, saat itu Ishita masuk ke dalam kamar dan melihat Raman sedang berdiri di depan meja rias, dan sofanya juga penuh dengan bantal bantal kecil “Ishita, malam ini kamu bisa tidur di tempat tidur karena sofanya rusak, nanti kamu terjatuh”, “Tidak, tidak apa apa, aku akan mengurusnya” ujar Ishita sambil berdiri di depan pintu kamar “Kenapa ? Apakah kamu tidak bisa menolak aku atau tidak percaya padaku ?” akhirnya Ishita setuju tidur diatas tempat tidur, Raman bergegas mencari alat kontrasepsi itu dan Raman terkejut ketika tidak mendapatkannya disana “Raman, kamu cari apa ?” tanya Ishita dari atas tempat tidur “Bukan apa apa, aku merasa aku mempunyai sesuatu disini” saat itu Raman melihat alat kontrasepsinya ada dilantai ditutupi tisu,
Ishita langsung menepuk keningnya, Raman melirik ke arahnya “Raman, aku minta maaf, perutku sedang sakit dan tadi aku memesan obat sakit perut tapi teryata penjual obat mengirimkan itu, mereka memang bodoh, sudah abaikan saja, jangan dilihat yaaa” ujar Ishita dengan perasaan malu sambil menutupi matanya dengan tangannya “Aku tahu kamu mungkin berfikir yang tidak tidak tentang aku, aku harap jangan berfikiran seperti itu” Raman malah merasa kesal karena Ishita ternyata tidak mengerti dengan kode yang diberikannya untuknya “Iyaaa, mereka memang idiot !” ujar Raman sambil duduk ditempat tidur “Iyaa, aku juga tidak tahu apa yang telah mereka lakukan” ujar Ishita polos, Ishita dan Raman sama sama merasa canggung dan kembali Raman bergumam dengan perasaan kesal
“Aku seharusnya tidak mengikuti ide Bala ini, ini ide yang buruk, dia juga seorang Madrasi” Ishita yang sekilas mendengarnya, mencoba bertanya “Apa ?”, “Tidak ada apa apa, tidurlah” kemudian mereka berbaring diatas tempat tidur, Ishita tertidur dengan membelakangi Raman, Raman mematikan lampunya dan berusaha untuk tidur, rupanya malam itu Raman gelisah dan tidak bisa tidur, Raman bangun lagi dan duduk sambil bersandar diatas tempat tidur “Lihat dia tertidur begitu cepat seperti habis menjual kuda dan keledai, nasibku memang buruk” ujar Raman sambil melirik ke arah Ishita “Aku mencintainya tapi aku belum menemukan sebuah cara untuk mengatakan padanya, jangan khawatir, suatu hari nanti aku pasti akan mengatakan padanya, selamat malam” bisik Raman kemudian Raman pun tertidur SINOPSIS MOHABBATEIN episode 282 “KODE CINTA YANG TERABAIKAN” by. Sally Diandra