SINOPSIS MAHAPUTRA episode 76 (30 September 2013)
Malam itu Jalal masih dalam suasana duka dan berkabung, Jalal berteriak memanggil ayahnya “Ayaaaaaahhhhh !!!!!” teriaknya lantang kemudian terduduk lemas di kursi, Bairam Khan juga sangat sedih dengan kematian Raja Humayun di medan perang, Bairam Khan mencoba memberikan pengertian ke Jalal kalau kematian ayahnya itu adalah takdir dari Tuhan YME dan sekarang tugasnyalah untuk meneruskan perjuangan ayahnya yaitu menguasai India “Sebentar lagi kamu akan menjadi Yang Mulia Raja menggantikan posisi ayahmu” Jalal yang tadinya berdiri langsung terduduk lemas kembali begitu mendengar ucapan Bairam Khan, Jalal masih sedih kehilangan ayahnya, tak lama kemudian Bairam Khan meninggalkan Jalal seorang diri ditendanya.
Sementara itu di kerajaan Mewar, Maharaja Udai Singh masih membahas soal posisi Jalal sebagai pengganti Raja Humayun bareng Ravatji, orang kepercayaannya.
Sedangkan di tenda Jalal, ketika Bairam Khan hendak meninggalkan tenda Jalal, Bairam Khan bertemu dengan perdana menteri Maham Angga yang merupakan ibu asuh Jalal, saat itu Maham Angga hendak memasuki tenda Jalal bersama dengan beberapa pelayannya “Maham Angga” sapa Bairam Khan, Maham Angga segera melirik ke arah Bairam Khan dan membalas salam Bairam Khan. Bairam Khan dan Maham Angga terlibat pembicaraan yang cukup serius tentang upacara penobatan tahta untuk Jalal sebagai Raja pengganti Raja Humayun, Maham Angga mengejek Bairam Khan kalau Jalal akan lebih mendengarkan sarannya daripada apa yang dikatakan oleh Bairam Khan “Aku secara khusus datang kesini untuk mentasbihkan dirinya menjadi raja, dia harus mengambil tahtanya sebagai Raja Mughal” ujar Maham Anga yang kemudian meminta Bairam Khan untuk mengatur segalanya, sedangkan dirinya akan membuat Jalal siap dengan upacara penobatannya itu. Tak lama kemudian Maham Anga memasuki tenda Jalal diikuti oleh para pelayannya, Bairam Khan juga mengekornya di belakang.
Di dalam tenda Jalal, Maham Anga menghampiri Jalal, Jalal segera memeluk ibu asuhnya itu sambil menangis, Maham Angga mencoba menenangkan Jalal dan menyuruhnya untuk lebih berani “Jalal, Raja Hemu itu telah melakukan kesalahan dengan membunuh ayahmu, Raja Humayun, jadi kamu harus menuntut balas dendam atas kematian ayahmu” Jalal yang tadinya ragu ragu dan masih dalam suasana duka, akhirnya sedikit demi sedikit mengumpulkan keberaniannya dan berkata “Terima kasih, ibu ,,,, aku sudah siap dengan penobatanku sebagai raja penerus ayah dan aku akan membalas dendam pada orang yang telah membunuh ayahku !” ujarnya lantang kemudian kembali memeluk Maham Angga yang telah memberikannya dukungan dan keberanian, Bairam Khan tersenyum bangga karena akhirnya Jalal mampu bangkit dari keterpurukkannya kehilangan ayah tercinta, sementara Maham Angga merasa menang selangkah di depan di banding Bairam Khan dalam menangani Jalal, Maham Angga melirik ke arah Bairam Khan kemudian tersenyum senang.
Kembali ke istana Mewar, saat itu Maharaja Udai Singh dan Chundawat masih memperbincangkan soal upacara penobatan Jalal menjadi raja Mughal “Maharaja, dalam waktu dekat upacara penobatan Jalal menjadi Raja Mughal akan segera di laksanakan di sini, sementara kamu sendiri telah membuat Pratap meninggalkan semua atributnya dan hidup sebagai orang biasa” ucapan Chundawat cukup menohok Maharaja Udai Singh.
Keesokan harinya di tempat Jalal, semua pasukan dan pengikut Jalal, mengelu elukan nama Jalal sebagai Raja “Hidup Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad ! Hidup Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad ! Hidup Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad !” saat itu Jalal nampak berjalan menuju ke singgasananya dimana Bairam Khan dan Maham Angga telah menunggunya disana, sementara itu di tempat yang lain Pratap memasuki sebuah rumah kosong yang kotor dan berdebu, Pratap melihat ke sekeliling rumah.
Keesokan harinya di tempat Jalal, semua pasukan dan pengikut Jalal, mengelu elukan nama Jalal sebagai Raja “Hidup Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad ! Hidup Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad ! Hidup Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad !” saat itu Jalal nampak berjalan menuju ke singgasananya dimana Bairam Khan dan Maham Angga telah menunggunya disana, sementara itu di tempat yang lain Pratap memasuki sebuah rumah kosong yang kotor dan berdebu, Pratap melihat ke sekeliling rumah.
Di tempat Jalal, Maham Angga mulai mengenakan topi perang Jalal di kepala Jalal sebagai simbol peletakkan mahkota sebagai Raja Mughal, kemudian Bairam Khan mencium sebuah pedang dan memberikannya pada Jalal lalu menobatkan Jalal sebagai Raja Mughal selanjutnya “Hidup Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad ! Hidup Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad ! Hidup Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad !”
Di tempat Pratap, Pratap mulai mengenakan selembar kain sebagai penutup kepalanya, kemudian membersihkan rumah kosong itu agar bersih dan bisa dia gunakan selama dia tinggal disana.
Ditempat Jalal, Maham Angga dan Bairam Khan menyuruh Jalal duduk di singgasananya, semua orang tersenyum senang, kemudian Jalal memberikan pidato pertamanya kalau dirinya akan meneruskan perjuangan ayahnya, Raja Humayun untuk menguasai negeri India “Aku akan menuntut balas dendam pada Raja Hemu atas kematian ayahku dan aku akan menyatakan perang pada mereka !” ujar Jalal lantang.
Di kerajaan Mewar, Maharaja Udai Singh yang masih terus membicarakan soal Jalal dengan Chundawat tiba tiba mendapat sebuah kabar dari salah satu mata mata Mewar yang mengabarkan bahwa perang antara pasukan Raja Hemu dan pasukan Mughal, Maharaja Udai Singh merasa heran akan hal ini.
Tak lama berselang, pasukan Mughal yang dipimpin langsung oleh Jalal segera menyerang pasukan Raja Hemu, Jalal dan pasukannya membabat habis musuh musuhnya, tak lama kemudian Jalal mendapat kabar dari salah satu prajuritnya kalau pasukannya saat ini hanya berjumlah sedikit “Jika mereka mempunyai keberanian, maka aku yakin kita semua akan menang !” ujar Jalal penuh semangat, tak lama kemudian, salah satu prajurit yang lain juga mengabarkan ke Bairam Khan bahwa salah satu pemanah mereka telah berhasil memanah mata Raja Hemu dan Raja Hemu langsung jatuh tersungkur, seluruh pasukan Mughal merasa senang dan bahagia, mereka segera membawa Raja Hemu yang terluka menghadap ke depan Jalal “Jalal, penggalah kepalanya !” Raja Hemu tertawa terbahak bahak ketika mendengar permintaan Bhairam Khan pada Jalal “Dia itu masih anak anak, mana mungkin dia bisa melakukannya ?” Raja Hemu terus menerus tertawa, Jalal segera mengambil pedangnya dan langsung memenggal kepala Raja Hemu saat itu juga dengan sadis, Raja Hemu tewas seketika itu, seluruh pasukan Mughal bersorak kegirangan.
Berita ini segera didengar oleh Maharaja Udai Singh, dimana pasukan Mughal berhasil menang melawan pasukan Raja Hemu dan Jalal sendirilah yang memenggal kepala Raja Hemu, Maharaja Udai Singh tertegun mendengarnya.
Sementara itu, saat itu Pratap sudah selesai membersihkan rumahnya yang semula kotor dan berdiri, kali ini Pratap bisa tinggal dirumah itu seorang diri, Pratap teringat pada kenangan kenangan manis bersama ibu kandungnya, Ratu Jaiwanta dan seluruh keluarga kerajaan ketika mereka makan, tidur dan lain sebagainya, saat itu Pratap sedang melihat lukisan ibunya, Pratap teringat akan kata kata ibunya yang memintanya untuk lebih berani dan bertarung dalam fase yang baru.