SINOPSIS VEERA episode 284 by. Sally Diandra
Di rumah Ratan, Ranvi menunjukkan kamar Veera “Veera, apakah kamu suka dengan kamarmu ini ?” Veera melihat lihat kamarnya dan berkata “Yaaa, bagus ! Persis seperti yang aku inginkan, aku merindukan semuanya, kakak ,,, aku sangat rindu sama kakak” ujar Veera sambil tersenyum manis “Aku selalu ingin melihat kamu tersenyum seperti ini, aku berharap Tuhan akan memberikan aku lem yang kuat yang bisa aku rekatkan ditubuhmu” ujar Ranvi, Ranvi dan Veera saling tersenyum satu sama lain “Veera, bagaimana kalau kita pergi keluar, jangan lupa pakai jaketmu karena diluar dingin sekali” kemudian Ranvi dan Veera pergi keluar rumah, rupanya Ranvi memamerkan motornya yang baru “Kamu tahu, Veera ,,, aku membeli motor ini hanya untuk kamu, jadi aku bisa menunjukkan padamu seluruh desa ini” ujar Ranvi sambil memberikan helm pada Veera “Kakak, aku ini bukan bayi lagi” rupanya Veera tidak mau mengenakan helm itu “Veera, bagiku kamu itu masih adik kecilku, ayo ,,, duduklah yang benar karena kamu belum pernah duduk di atas motor sebelumnya bukan ?”
Veera tersenyum begitu mendengar ucapan kakaknya “Kakak, aku ingin belajar mengendarai motor” pinta Veera dengan nada manja “Veera, kamu ini nanti jatuh” ujar Ranvi “Aku mohon, tolonglah, kakak ,,, yaa pleaseee, boleh ya, kak ?” pinta Veera manja “Baiklah, aku akan memegangnya dari belakang” kemudian Veera bertanya pada Ranvi tentang motornya itu dan Ranvi menceritakan semuanya tentang motornya “Kakak, pasti sangat menyukai mengendarai motor ini ya ?” ujar Veera sambil mulai mengendarai motor Ranvi “Iyaa, itu betul !” ujar Ranvi senang, kemudian Veera melajukan motor Ranvi dengan cepat, Ranvi berlari dibelakangnya sambil berteriak “Veeraaa !! Injak remnya !” Veera masih terus mengendarai motor Ranvi dengan berjalan berkelok kelok “Kakak, aku tidak tahu yang mana remnya” ujar Veera sambil pura pura ketakutan karena sebenarnya Veera bisa mengendarai motor itu, sementara Ranvi merasa sangat khawatir pada adiknya, kemudian Veera berhenti dan berkata ke Ranvi “Kakak, jangan mengkhawatirkan aku, karena aku sudah pernah mengendarai motor seperti ini sebelumnya, aku tahu bagaimana caranya mengendarai sebuah sepeda motor ! Veeramu sudah besar sekarang jadi tidak usah khawatir tentang aku” ujar Veera sambil melajukan motor Ranvi lagi, Ranvi berlari mengejar Veera dibelakangnya dengan perasaan yang sangat cemas
Ketika Veera sedang asyik mengendarai motor Ranvi, tiba tiba ditengah jalan seseorang meletakkan mercon yang mulai menyala dengan suaranya yang bertubi tubi membuat Veera kaget dan panik hingga Veera hilang keseimbangan dan jatuh bersama motornya, untungnya Veera mengenakan helm dan tak lama kemudian muncullah Baldev dengan dua temannya yang menyeringai puas melihat Veera yang terjatuh di jalan dengan motornya, saat itu Veera jatuh di lumpur, Veera melihat Baldev yang sedang tertawa tawa senang bersama teman temannya “Anak kepala desa terbaik, kamu telah melakukan sebuah pekerjaan yang hebat !” ujar salah satu teman Baldev “Dia itu telah terbang sangat tinggi dan akhirnya jatuh juga ditanah” mereka bertiga tertawa terbahak bahak “Baldev ! Kamu memang dari dulu tidak pernah berubah !” ujar Veera geram sambil mengangkat motornya “Kenapa aku harus berubah ? Aku tidak ingin menjadi seorang pendeta, aku ini seekor singa” ujar Baldev sombong “Dan kamu, Veera ,,, kamu telah berada di kota cukup lama, kamu pasti lupa kan dengan desa ini ? Makanya aku pikir aku akan mengingatkan kamu bagaimana rasanya lumpur desa Pritampura, itulah mengapa semua ini terjadi” mereka bertiga kembali tertawa terbahak bahak
“Baiklah, aku akan pergi !” ujar Veera kesal “Heiii apa yang terjadi pada harimau betina Pritampura ? Dia pergi ke kota dan menjadi seorang gadis kota ? Veera, kamu menyembunyikan wajahmu dan berlari dari sana ?” Baldev dan teman temannya terus menerus mengejek Veera, Veera segera mengendarai motornya dan berbalik dengan berputar sehingga motornya melemparkan lumpur itu kearah Baldev dan teman temannya dan berkata “Sekarang aku rasa kamu harus pergi dan sembunyikan wajahmu itu, Baldev ! Bukan aku ! Lalu bagaimana rasanya lumpur desa Pritampura, tuan tuan ?” ujar Veera sambil ngeloyor pergi meninggalkan Baldev dan teman temannya yang merasa kesal dengan perlakuan Veera “Awas kamu Veera ! Aku tidak akan melepaskan kamu ! Kamu telah membuat masalah denganku lagi rupanya !” ujar Baldev geram
Ranvi sedang mencari cari Veera kemana mana “Kemana Veera itu ? Aku harap dia tidak jatuh di jalan” tepat pada saat itu Veera datang menghampiri Ranvi “Veera, kamu dari mana saja ? Ini bukan waktunya untuk bercanda” ujar Ranvi cemas “Apa yang terjadi pada pakaianmu ? Kenapa terdapat banyak lumpur ?” Veera langsung mengarang sebuah cerita “Aku tadi terpeleset di tengah jalan, kakak” Ranvi sangat mengkhawatirkan keadaan adiknya ini “Veera, kamu tidak terluka kan ?” tanya Ranvi cemas “Tidak, kak ,,, aku tidak apa apa” ujar Veera santai “Kamu tadi tidak usah menggunakan motor ini dan pergi karena kamu tidak tahu jalan jalan di desa ini karena jalanannya tidak sama seperti desa kita yang dulu” ujar Ranvi cemas
“Heei dari mana kamu belajar mengendarai motor ?” Veera tersenyum manis “Aku ini seorang pengendara yang baik, kak ! Siapapun yang berusaha untuk melawan aku, aku sudah tahu bagaimana caranya untuk memberikan pelajaran pada mereka” ujar Veera sambil tertawa geli “Aku tahu bagaimana kamu tapi aku tetap saja khawatir pada kamu, Veera” Veera kemudian mencoba mengajak Ranvi bercanda dan mereka berdua tertawa bersama sama, Ranvi langsung menjewer telinga Veera “Kapan kamu akan menjadi dewasa, Veera ?” Veera manyun dan berkata “Kakak, aku ini sudah dewasa, aku akan mengendarai motor itu dan kakak bisa duduk di belakangku” Ranvi langsung menggelengkan kepalanya dengan bahasa tubuhnya yang mengatakan tidak, akhirnya Ranvi yang mengendarai motor itu dan mereka pun pergi dari sana
Keesokan harinya, bibi Chaiji sangat terkejut ketika melihat Ranvi sedang membuat teh dan Ratan sedang memberi makan domba “Mengapa terjadi kebalikan peran diantara kalian, hari ini kedua ibu dan anak ini mengubah tugas mereka rupanya” ujar bibi Chaiji heran “Ranvi, kenapa kamu membuat teh ?” tanya bibi Chaiji heran “Aku membuat teh untuk Veera, bibi”Ratan tidak suka mendengar hal ini “Ranvi, apakah Veera masih belum bangun juga ? Apa apaan ini ? Kenapa kamu tidak membangunkannya ? Ketika dulu dia masih berada di kota Dehli, kamu selalu membangunkannya pada pukul 7 pagi sekarang ketika dia sudah berada dirumah, kamu malah tidak membangunkannya” Ranvi hanya tersenyum dan berkata “Bibi, selama ini Veera telah belajar maka sekarang ketika dia liburan, aku tidak akan membangunkannya” jelas Ranvi “Aku tau kamu juga tidak ingin membangunkan aku untuk membuat teh karena aku sedang tidak enak badan tapi kamu kan bisa meminta bantuan ibumu untuk membuatkan teh” Ranvi terlihat tidak suka mendengar ucapan bibi gendutnya
“Ibu tidak akan mungkin membuatkannya, bibi ,,, apapun yang terjadi kemarin seharusnya tidak terjadi, ibu seharusnya bersikap sebagai ibunya Veera, Veeraku baru saja pulang ke rumah setelah bertahun tahun dia pergi dan ini bukan salahnya Veera” ujar Ranvi kemudian berlalu dari sana meskipun bibinya memanggil dengan sebutan keponakan kesayangan tapi Ranvi tidak menggubrisnya, bibi Chaiji kemudian mengajak Ratan ngobrol “Ratan, apapun yang terjadi, Chote Chaan (keponakan kesayangan) masih belum mengerti tentang hubungan ini, mereka berdua baik Ranvi maupun Veera pasti akan memiliki sebuah pertanyaan, mereka tidak akan mengerti bagaimana kita akan membuat mereka mengerti tentang hubungan kita dengan ibunya Veera, kamu seharusnya bisa mengerti akan hal ini, Ratan” Ratan nampak tidak suka ketika kakak iparnya menyebut tentang ibunya Veera
Pada saat yang bersamaan Ranvi memasuki kamar Veera dengan secangkir teh ditangannya, Ranvi tersenyum melihat Veera yang saat itu masih tertidur pulas, tak lama kemudian ponsel Veera berdering, Veera segera menjawab ponselnya sambil masih menutup matanya “Yaa Karan” Rnvi kaget mendengarnya karena yng menelfon Veera itu temannya yang bernama Piya bukan Karan, kemudian Veera juga menyadari keberadaan Ranvi di kamarnya “Piya, aku akan ngobrol denganmu nanti” ujar Veera kemudian memutuskan telfonnya “Veera, siapa itu Karan ?” Veera segera bangun dari tempat tidurnya dan berkata “Karan Preet adalah salah satu sahabat terbaikku di sekolah, kakak” bela Veera “Lalu kenapa kamu tidak mengenalkan dia padaku ?” tanya Ranvi heran, Veera kemudian menjelaskan kenapa dirinya tidak mengenalkan Karan ke Ranvi “Karan itu sering melakukan hal yang aneh, kadang dia tenggelam dalam dunianya sendiri” ujar Veera dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Ranvi
“Ini bukan tentang dia ! Tapi tentang kamu ! Ada apa dengan bahasa Hindimu ?” Veera baru menyadari “Maafkan aku, kakak ,,, aku benar benar marah tadi, makanya aku mengucapkan kata yang salah, aku tidak ingin terjebak diantara Sonia dan Karan, itulah mengapa aku tidak ingin mengenalkan dia padamu” Ranvi mulai mengerti maksud Veera, kemudian Ranvi memberikan teh itu pada Veera “Minumlah tehnya dulu cepat, keburu tehnya dingin” pinta Ranvi “Di sekolah kami biasanya minum kopi karena kami tidak pernah minum teh apapun jadi sekarang aku tidak ingin minum teh, kakak” ujar Veera
“Seharusnya kamu mengatakan padaku sebelumnya karena disana tidak ada kopi sekarang” ujar Ranvi “Baiklah aku akan pergi belanja kalau begitu, aku akan membelinya” namun Ranvi menolak “Tidak ! Aku yang akan membelikannya untuk kamu jadi kamu tidak perlu melakukan itu” ujar Ranvi sambil pergi dengan cangkir teh tersebut, ketika Ranvi sudah pergi, Veera memohon ampun pada Tuhan karena telah berbohong pada Ranvi “Kenapa Karan belum menelfon aku juga ? Kenapa dia menunjukkan sikap yang masa bodoh seperti ini ? Baiklah, aku juga tidak akan menelfonnya !” ujar Veera kesal
Bibi Chaiji memuji teh Ranvi, Ratan sedang membersihkan rumah, Ratan memperhatikan sepatu Veera yang ukurannya sudah besar sekarang “Ratan, kamu pasti sedang berfikir bagaimana Chichiriku (keponakan kesayangan) telah bertumbuh dengan sangat cepat, sekarang ukuran sepatu Veera dan ukuran sepatumu sama” ujar bibi Chaiji yang saat itu menghampiri Ratan “Anak anak telah tumbuh dewasa dengan sangat cepat, Ratan ,,, ada pepatah yang mengatakan ketika anak dan ayah sudah memiliki ukuran sepatu yang sama mereka seharusnya berteman” Ratan hanya diam saja mendengarkan ucapan bibi Chaiji “Ratan, kamu dan Veera seharusnya berteman, itu lebih baik” pinta bibi Chaiji SINOPSIS VEERA episode 285 by. Sally Diandra