SINOPSIS MAHAPUTRA episode 318 (24 November 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 318 (24 November 2014)by. Sally Diandra Pratap masih terus mengendarai kudanya dan Chetak si kuda putih berhasil melampaui Pratap dalam kecepatan tinggi, Pratap terkesan terhadap kemampuan Chetak, saat itu Chetak bisa merasakan ada sebuah perangkap yang dibuat untuk Pratap di bawah tanah, Mansoor Khan melihat kedatangan Pratap sambil tersenyum, saat itu Mansoor Khan sedang duduk di atas sebuah batang pohon “Chetak ! Pergilah karena saat ini bukan waktunya bermain, ini tentang hidup dan mati” ujar Pratap, sementara Ajabde saat itu hendak di jatuhkan ke dalam lumpur hisap, sedangkan Mansoor Khan sudah bersiap hendak melesatkan panahnya ke arah Pratap, Chetak segera berlari mendahului kuda yang di tunggangi Pratap dengan sangat kencang, Pratap benar benar terkejut dengan kecepatan Chetak yang tinggi, tiba tiba Chetak melompati perangkap yang dibuat untuk Pratap, Pratap berteriak ke arah Chetak, Chetak kemudian mundur kebelakang dan maju ke depan sambil membongkar sedikit demi sedikit lobang yang menganga itu, Chetak menunjukkan pada Pratap bahaya yang akan dialaminya jika Pratap melalui jalan tersebut, 

Pratap melihat secara langsung lobang yang besar tersebut ketika kaki Chetak tersandung perangkap itu, Chetak mencoba menyingkirkan rumput rumputan yang menutupinya dan menunjukkan pada Pratap, senjata senjata yang ditimbun dibawah tanah, Pratap kaget ketika melihat Chetak berdiri tidak jauh dari perangkap tersebut dengan maksud ingin menunjukkannya ke Pratap, Pratap segera turun dari kudanya dan mencoba menyingkirkan rumput rumput kering itu dan melihat senjata yang sangat tajam yang sangat beracun yang membunuhnya “Dasar orang Afghanistan pengecut semua ! Sekarang tidak akan ada seorangpun yang bisa menyelamatkan mereka dari aku !” ujar Pratap kesal, di tempat persembunyian Mansoor Khan 

“Kuda itu telah berhasil menggagalkan rencana kita !” prajurit Afghanistan telah bersiap untuk melesatkan anak panah mereka ke arah Pratap dan Chetak, tiba tiba Chetak meringkik sangat keras “Itu artinya, musuh musuh telah berada di sekitar kita dari ketinggian dan mulai melesatkan anak panah mereka masing masing” Pratap berusaha waspada terhadap serangan yang akan diterimanya “Aku akan pergi ke sebuah ketinggian dan balik menyerang mereka” Chetak segera berlari dan membawa Pratap ke sebuah tempat sementara prajurit Afghanistan masih terus menerus menyerang Pratap dengan panah mereka “Tangkap, Pratap !” perintah Mansoor Khan pada anak buahnya 

Di Bijolia, Chakrapani sedang mengobati Fatta dan Parwat Singh berusaha membuat sebuah keragu raguan di hati Ratu Hansa Bai “Maharani Hansa Bai, pangeran Pratap telah menyelamatkan Fatta dengan membalurkan obat obatan herbal pada lukanya dan sekarang Chakrapani yang datang dari tempat yang sama” Ratu Hansa Bai sangat tahu dengan baik kalau saat ini bukan saatnya untuk berdikusi “Hal ini hanya akan menguntungkan Fatta, saat itu Fatta terbangun dari pingsannya dan memanggil Ajabde “Kakak ,,,” Fatta langsung terbangun “Fatta, lebih baik kamu istirahat dulu” pinta Ratu Hansa Bai “Rani Ma, biarkan saja darah ini tetap mengalir karena ini adalah negaraku, saat ini pangeran Pratap sedang bertarung dengan Afghanistan sendirian” Ratu Hansa Bai tertegun “Itu artinya pangeran Pratap telah pergi menyelamatkan Ajabde” Fatta mengangguk “Iya, Rani Ma ,,, dia telah mengobati aku dan telah mengirimkan aku dengan selamat, oleh karena itu aku akan membalas pesannya” kemudian Fatta menceritakan soal Badshah Khan dan segera berlalu dari sana 

Di tempat Pratap, Pratap segera turun dari kudanya dan mulai bertarung dengan prajurit Afghanistan, Chetak pun ikut ikutan menyerang prajurit Afghanistan dengan tendangan kaki depannya dan menyibakkan pasir di mata mereka, Mansoor berusaha melumpuhkan Pratap namun tidak berhasil juga karena gerakan Pratap yang sangat cepat “Pratap, kamu telah membuat pekerjaanku menjadi sangat mudah” ujar Mansoor ketika Pratap sudah sampai di ujung tebing dan hampir saja terjatuh ke bawah tebing, Pratap melihat ada sebuah panah datang kearahnya dan mencoba menghindar namun anak panah itu mengenai kakinya dan Pratap terjatuh di tebing, Mansoor tertawa terbahak bahak, sementara Chetak meringkik dengan keras, di tempat Badshah Khan, Badshah Khan berdoa “Aku berharap, sebelum Ajabde masuk kedalam lumpur itu, berita kematian Pratap telah datang padaku” ujar Badshah Khan senang, di tempat Pratap, Pratap langsung memegang sebuah akar yang menjuntai kebawah tebing sehingga dirinya bisa selamat, sementara Mansoor menyuruh prajuritnya untuk melempar batu yang sangat besar ke arah Pratap dan membunuhnya “Pratap akan segera mati tidak lama lagi ! Dan kamu juga akan mati disini ! Seseorang yang menjadi belahan jiwa Pratap, cinta dan kehidupan” ejek Badshah Khan, di tempat Pratap, Mansoor sudah sangat yakin bisa membunuh Pratap “Pangeran Pratap akan segera mati di tangan orang Afghanistan ! Terima kasih, pangeran !” ujar Mansoor senang “Ini akan menjadi hadiah yang terindah untuk almarhum ayahku” ujar Badshah Khan, 

Sementara itu Mansoor masih terus mengejek Pratap yang masih bertahan di bawah tebing dengan berpegangan pada akar “Pangeran Pratap, pikirkanlah bagaimana kalau kamu membiarkan putri Ajabde ketangan Badshah Khan dan memberikannya hadiah kematian ?” tanya Mansoor, saat itu pada saat yang sama Ajabde dan Pratap sama sama memikirkan tentang cinta mereka berdua dan kenangan masa kecil mereka berdua dulu, Pratap berdoa pada Dewa kalau dirinya bisa menerima kematiannya tapi Pratap ingin melakukan sesuatu yaitu ibunya bangga padanya, Pratap teringat sumpah pernikahannya dengan Ajabde dan semua kenangan terindah bersama Ajabde, sementara Ajabde berfikir kalau dirinya tidak akan membiarkan kehormatan Pratap berakhir seperti ini “Aku harus melakukan sesuatu !” sekilas Ajabde melihat ada sebuah palu dan berfikir dalam hati “Aku harus bisa mengubah kematianku menjadi kehidupan !” saat itu Badshah Khan sudah masuk ke dalam tenda, Ajabde mulai mengayun ayunkan sangkar besar yang membelenggunya, sehingga sangkar itu berputar putar turun pada tempat yang tepat di tanah, 

Sedangkan para prajurit Afghanistan mulai melempar batu besar itu ke arah Pratap, dari arah belakang Chetak mulai tidak berdaya “Betapa bodohnya aku, kenapa tidak aku potong saja akar ini sehingga Pratap tidak bisa berpegangan lagi” ujar Mansoor dengan tawanya yang menggelegak, Mansoor segera mengeluarkan pedanganya dan mulai memotong akar tersebut, Pratap mencoba untuk bergerak ke atas secara cepat sementara Ajabde juga sedang mencoba untuk membuat sangkar itu jatuh ke tanah, kembali ke tempat Pratap, Mansoor masih terus menerus mengejek Pratap “Kamu memang benar benar sangat berani, tunjukkan lagi keberanianmu yang lain, pangeran ! Karena aku masih punya waktu sebelum aku mengirimkan kamu ke Dewa-mu itu !” ejek Mansoor, saat itu kehilangan keseimbangan karena tangannya mulai terluka akibat memegang akar tersebut SINOPSIS MAHAPUTRA episode 319 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top