SINOPSIS MAHAPUTRA episode 308 (05 November 2014) by. Sally Diandra
Di kerajaan Bijolia, Fatta meminta Ajabde untuk mengungkap identitas yang sebenarnya ke Pratap “Kalau kamu benar benar mempercayai dia, maka kenapa kamu mengenakan pakaian yang biasa seperti ini ? Kenapa kamu tidak mengatakan saja padanya kalau kamu ini adalah Bai ji lal ?” Ajabde teringat ketika Pratap membencinya “Tidak ! Saat ini bukan saat yang tepat, kita mempunyai tugas yang lebih penting yang lainnya dan semua itu bisa kita dapatkan melalui lelang maka dengan begitu kita akan punya sepasukan prajurit dengan uang tersebut atau kita tidak akan bisa membebaskan Bijolia dari Afghanistan” ujar Ajabde kemudian meninggalkan tempat tersebut,
Tak lama kemudian lelangpun dimulai dan banyak orang yang datang ke istana dengan koin emas mereka, Parwat Singh memimpin lelang tersebut dan piring silver perak terjual pertama kali di acara lelang tersebut, Ajabde melihat dari atas balkon bersama ibu dan adiknya serta beberapa pelayan, Ajabde kelihatan sangat sedih “Aku disini bukan sebagai Bai ji lal tapi sebagai anak perempuan Bijolia” Ajabde menghampiri ibunya “Maa, aku merasa aku ini seperti sedang melelang perasaan rakyat Bijolia, juga harapan, kehidupan dan semuanya” Ajabde menangis “Mereka telah mendapatkan semua ini dari semua hasil kerja keras mereka selama bertahun tahun” Ratu Hansa Bai ikut terharu mendengar ucapan Ajabde “Mereka melakukan hal ini dengan keinginan mereka sendiri, lihat mereka, bagaimana mereka menjual benda benda itu dengan senyum yang tersungging di bibir mereka, ini semua demi Bijolia” ujar Ratu Hansa Bai “Mereka bahagia seperti layaknya anak kecil, ini benar benar pengorbanan yang nyata” Ratu Hansa Bai mengangguk menyetujui ucapan Ajabde “Ya, itu betul ! Tapi kamu juga telah memberikan sebuah pengorbanan yang cukup besar” ujar Ratu Hansa Bai, kemudian Ajabde melihat kebawah ketika perhiasannya telah terjual di acara lelang itu “Perhiasan ini dari Rajgharana Mewar dimana Maharana Udai Singh telah memberikannya pada Bai ji lal dalam pernikahannya” ujar Parwat Singh sambil menunjukkan perhiasan itu ke hadapan semua orang, mereka pun mulai menaksir harganya, hingga akhirnya terjual sekitar 200 koin emas” Ajabde yang melihatnya dari atas balkon mulai menangis ketika perhiasan pernikahannya terjual “Ibu, aku akan turun kebawah” ujar Ajabde, kemudian meninggalkan ibu dan adiknya,
Sementara itu dii tempat Pratap “Kamu mau pergi kemana, pangeran ?” tanya Chakrapani penasaran “Chakrapani, aku harus ke acara lelang itu dan lebih baik kamu ke rumah Fatta untuk membalas surat ayahku”, “Baiklah, kalau begitu, aku akan ke rumah Fatta” ujar Chakrapani
Pada saat yang bersamaan, Dhaman Singh merasa senang ketika melihat Pratap yang akan hadir di acara lelang, kemudian dia menyuruh anak buahnya untuk bersiap siap, sementara itu di istana Bijolia, Ajabde turun ke bawah ke teras depan istana (Sahukaars), Ajabde melihat perhiasannya sedang di taksir harganya “Aku bisa memberikan harga yang lain untuk kalung itu” saat itu Ajabde teringat ketika dirinya mengenakan kalung tersebut di pesta pernikahannya, Dhaman Singh yang sudah berada di Bijolia sedang memberikan instruksi kepada anak buahnya “Aku akan mengawasi pangeran Pratap dan kalian akan menyerangnya begitu mendapat sebuah kesempatan dan kalian berusaha melarikan emas emas itu, buatlah seolah olah penyerangan kita itu bermotifkan perampokan” ujar Dhaman Singh,
Di istana Bijolia, Ajabde menutup matanya ketika melihat acara lelang tersebut, Dhaman Singh dan anak buahnya datang kesana dan melihat lelang tersebut di Haveli
Ajabde melihat koin emas yang sudah terkumpulkan dalam sebuah tas yang besar, sementara orang orang itu melihat sebuah cincin dalam bejana besar “Waaah ,,, itu adalah sebuah cincin yang berharga” ujar salah seorang laki laki, tepat pada saat itu Pratap datang di tempat lelang itu “Dapatkah aku melihat cincin berlian yang bersinar itu ?” Parwat Singh menoleh ke arah Ajabde, Ajabde memberikan kode memperbolehkan, Ajabde memperhatikan cincin itu dan teringat ketika Pratap memberikan dirinya cincin tersebut sambil berkata “Kita akan selalu bersama karena kamu akan kembali lagi dari Bijolia setelah beberapa tahun” kemudian laki laki itu melihat cincin itu lebih dekat dan tersenyum sambil meleparnya ke udara untuk melihat sinar yang terpancar di cincin tersebut, tepat pada saat itu Pratap yang melihatnya dari arah belakang langsung kaget begitu melihat cincin yang diberikannya untuk Ajabde, Pratap tertegun memperhatikan cincin pemberiannya di lempar lempar keatas, sedangkan Ajabde merasa sedih melihat cincinnya terjual,
Tak lama kemudian Pratap langsung menyambar cincin tersebut, semua terkejut melihat perbuatan Pratap, sedangkan dari arah belakang Dhaman Singh dan anak buahnya sudah semakin mendekati Pratap dengan sebuah belati ditangannya hendak membunuh Pratap, saat itu Pratap mendekat ke arah Ajabde, mereka berdua saling menatap satu sama lain, tak berapa lama anak buah Dhaman Singh lansung menusuk Pratap dari arah belakang, Ajabde yang melihatnya segera berteriak “Pratap, awaaaassss !!!” Pratap segera menghindar namun ada sedikit luka goresan di tangannya, tanpa menunggu waktu lebih lama lagi Pratap segera menghajar anak buah Dhaman Singh yang menyerangnya, sementara yang lain mulai merampok koin koin emas tersebut, Ajabde terkejut melihatnya, Pratap segera mengeluarkan pedangnya dan bertarung dengan mereka
“Semua rakyat Bijolia, tidak usah panik ! Tidak usah lari ! Karena para perampok itu merampok uang kalian yang telah kalian berikan dengan sebuah perngorbanan untuk tanah air kalian !” ujar Ajabde lantang “Tunjukkan pada mereka kalau seorang rakyat biasa sangat menghargai uang yang mereka jarah ! Jangan tinggal diam saja ! Serang mereka !” kemudian semua orang mulai bertarung demi hak mereka, Pratap juga mulai membunuh beberapa perampok tersebut
Pada saat yang bersamaan, kerajaan Mughal di Agra, Akbar sedang menikmati lantunan lagu dari Tansen dan memuji Tansen yang menyanyikan lagu itu dengan merdunya, tak lama kemudian Badshah Khan datang menemui Akbar “Yang Mulia, aku telah melewati perbatasan Bijolia dan menjarah banyak sekali barang barang” ujar Badshah Khan bangga “Kamu telah merusak perbatasan Bijolia tapi itu di dalam derah Mewar ,,,” belum juga Akbar menyelesaikan kalimatnya, Badshah Khan langsung menyahut “Untungnya tidak ada prajurit Mewar disana yang datang ke Bijolia tapi mulai hari ini, entah kenapa orang orang mulai semakin kuat disana, aku membutuhkan beberapa prajurit untuk mengawasi Bijolia maka dengan begitu kamu bisa menguasai Mewar juga” Akbar memberikan beberapa prajurit padanya dan berkata “Tidak boleh ada yang tahu kalau pasukanmu adalah pasukan Mughal dan semua prajuritku akan mengenakan baju pasukan Afghanistan !” Badshah Khan hanya tersenyum sambil berkata “Semua yang terjadi akan terlaksana seperti keinginanmu, Yang Mulia” kemudian Badshah Khan pergi meninggalkan Akbar, sepeninggal Badshah Khan, Akbar meminta Tansen untuk menyanyi lagi karena Akbar sangat menyukainya
Sementara itu di kerajaan Bijolia, Ratu Hansa Bai segera berteriak dari atas balkon “Ajabde !” sambil melempar sebuah pedang ke arah Ajabde, Ajabde segera menerimanya dan mulia bertarung dengan para perampok tersebut membantu Pratap “Dimana Bai ji lalmu ? Apakah dia bersembunyi di dalam istana ?” tanya Pratap heran “Dia telah mengirimkan aku kesini !” ujar Ajabde, kemudian Pratap berbalik hendak menyerang perampok tersebut namun tanpa sengaja tangannya yang terluka bersimbah darah mengenai kening Ajabde “Jangan bunuh perampok itu !” perintah Pratap ketika Ajabde hendak membunuhnya “Tapi dia datang kesini untuk merampok uang kami !” ujar Ajabde sengit “Tidak ! Ada seseorang yang telah mengirimkannya kesini” ujar Pratap sambil memperhatikan perampok tersebut yang terbaring di tanah
“Ya ! Betul ! Memang ada seseorang yang mengirimkan kami tapi mayat tidak akan bisa mengatakan rahasia tersebut !” ujar si perampok sambil membunuh dirinya sendiri, Pratap dan Ajabde sama sama berteriak untuk mencegahnya namun nihil, si perampok telah tewas seketika itu juga “Kakak, apakah kamu baik baik saja ?” ujar Fatta yang baru tiba di tempat tersebut “Aku baru tahu kalau ada masalah disini makanya aku datang kesini, siapa orang orang ini ?” tanya Fatta heran “Aku telah gagal untuk mengetahui tujuan mereka tapi kita harus berterima kasih pada Pratap” ujar Ajabde sambil melirik ke arah Pratap “Terima kasih, teman ,,, karena kamu telah menyelamatkan uang mereka dan menghentikan perampokan itu” ujar Fatta tulus, Pratap hanya tersenyum dan bertanya pada Ajabde “Rupanya ada darah di keningmu” Ajabde tertegun dan semua orang mengelu elukan nama Pratap “Hidup Pratap ! Hidup Pratap ! Hidup Pratap !”
Ketika semua orang sedang sibuk memuji Pratap, Ajabde mencoba meraba keningnya yang berdarah dan Ajabde teringat ketika tangan Pratap menyentuh di dahinya, Ajabde segera melihat ke tangan Pratap yang terluka bersimbah darah, Ajabde kaget dan segera berlalu dari sana memasuki istana, sementara Pratap saat itu sedang tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada semua orang, sekilas Pratap melihat ke arah Ajabde yang pergi meninggalkannya “Mau kemana dia ?” bathin Pratap dalam hati, saat itu Ajabde memasuki istana sambil menangis dan segera memasuki kamarnya “Apa yang terjadi padaku ?” tanya Ajabde pada dirinya sendiri sambil mengingat lagi kejadian barusan, Ajabde segera membasuh mukanya terutama darah yang ada di keningnya hingga bersih “Apapun ini, ini tidak benar ! Kenapa aku tidak bisa menguasai diriku sendiri dan bermain main dengan batasanku sendiri, tidak ! Aku tidak boleh melakukannya !” kemudian Ajabde berbalik dan nampak bayangan Pratap yang marah padanya, lalu Ajabde seperti melihat semua peristiwa yang dialaminya bersama Pratap si tukang kuda, Ajabde ingin menghentikan semua perasaannya ini karena bagaimanapun juga dia adalah milik pangeran Pratap bukan Pratap si tukang kuda, Ajabde tidak tahan dengan semua ini, Ajabde berteriak sekeras mungkin hingga akhirnya jatuh pingsan di lantai
SINOPSIS MAHAPUTRA episode 309 by. Sally Diandra