SINOPSIS BEINTEHAA episode 94 (07 Mei 2014)

SINOPSIS BEINTEHAA episode 94 (07 Mei 2014) by. Sally Diandra Di rumah Meer Khan, Aaliya dan Zain sangat terkejut ketika mendapati Barkath ada disana “Barkath, kamu ada disini ?” tanya Aaliya penasaran “Iya, aku memang ada disini” ujar Barkath tegas tanpa ragu ragu sambil melirik ke arah polisi yang ada di belakang Aaliya dan Zain lalu menunjuk ke arah Meer Khan”Inspektur, tangkap orang itu, Meer Khan ! Orang yang berusaha membunuh ayahku, tuan Usman !” Meer Khan kaget, polisi segera memasuki rumahnya dan menghampiri Meer Khan kemudian memborgol kedua tangannya, dari kejauhan sebenarnya Barkath alias Bobby tidak tahan melihat ayahnya di tangkap dan di borgol seperti itu tapi apa daya, dirinya tidak bisa berbuat apa apa, lalu polisi membawa Meer Khan keluar dari rumahnya, sesampainya di pintu tiba tiba Meer Khan berhenti dan menatap tajam ke arah Aaliya sambil berkata “Aaliya, aku ini nggak ada hubungannya dengan Zain dan Barkath, tapi kamu adalah keponakanku sendiri dan kita sedarah, bagaimana mungkin kamu bisa melakukan hal ini padaku ?” dengan tenang Aaliya menjawab “Ayahku telah memutuskan tali persaudaraan dengan dirimu sejak lama dan aku juga tidak bisa mentoleransi jika ada seseorang yang menyakiti keluargaku dan keluarga suamiku” Meer Khan hanya terdiam kemudian polisi segera membawa Meer Khan pergi, 

Sepeninggal Meer Khan, Aaliya yang masih penasaran dengan keberadaan Barkath di rumah Meer Khan mulai bertanya “Barkath, kenapa kamu ada disini ?”, “Tadinya aku memang mau pergi ke mesjid tapi aku mampir dulu ke rumah pak Meer Khan untuk memperingati dia agar tidak melukai ayah lagi” ujar Barkath sambil menghampiri Zain dan memeluk Zain erat “Baiyyu, lebih baik kita pergi saja dari sini” namun belum juga mereka melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu, sekilas Aaliya melihat sebuah surat berada di atas sofa, Aaliya segera masuk ke dalam rumah Meer Khan dan mengeceknya, saat itu Barkath sudah mulai was was “Zain, ini akan surat surat berharga properti milik ayah” Zain segera menghampiri Aaliya untuk memastikannya “Barkath, kenapa kamu membawa surat surat ini ke sini ?” Barkath panik dan berusaha mencari alasan yang masuk akal yang bisa diterima oleh Aaliya dan Zain, Barkath menghampiri mereka sambil pura pura terkejut melihat ada surat surat berharga itu “Aku tadi memang mau membawanya ke Dargah (mesjid) untuk berdoa untuk ayah karena aku tidak bisa melihat ayah dalam masalah, jadi aku memang membawanya” ujar Barkath sambil memeluk Zain dan Aaliya “Baiyyu, kamu mau kan mengantar aku ke Dargah ?” 

Dalam perjalanan pulang ke Barkath Villa, di dalam mobil, Zain sedang mengendarai mobilnya sambil memperhatikan Aaliya yang sedikit gelisah dan hanya termenung saja sedari tadi “Aaliya, apa yang sedang kamu pikirkan ?“ tanya Zain penasaran “Kenapa kamu melepaskan taweezmu ? Kalau aku akan mengikatkannya setibanya dirumah nanti” ujar Aaliya “Zain, aku tidak akan membiarkan kamu masuk ke gudang pendinginan lagi” Zain hanya tersenyum mendengar ucapan Aaliya “Apakah kamu benar benar ingin menyelamatkan aku ? Bagaimana jika aku mati ?” Aaliya langsung menjawab “Aku juga akan mati” Zain tertegun dengan ucapan Aaliya, hingga akhirnya mereka sampai di rumah 

Sesampainya di rumah, Aaliya sedang berada di tepi kolam renang, Aaliya teringat pada insiden yang terjadi di gudang pendinginan di hotel Barkath, sementara itu Zain yang sedang berada di dalam kamar, juga sedang mengingat insiden tersebut, Aaliya teringat ketika dirinya pada Tuhan dan meminta agar Tuhan menyelamatkan nyawa suaminya dan mengambil nyawanya sendiri sebagai gantinya “Kenapa kehidupanku selalu berhubungan dengan dirinya ? Apakah aku benar benar mencintai dia ?” bathin Aaliya dalam hati sambil termenung di tepi kolam renang, sedangkan Zain juga sedang memikirkan Aaliya, apakah dirinya benar benar mencintai Aaliya, lalu tanpa mereka sadari mereka berdua sama sama berlari, Aaliya berlari masuk ke dalam rumah sedangkan Zain berlari keluar rumah. 

Hingga akhirnya mereka berdua bertemu di ruang tengah dan saling memandang satu sama lain cukup lama dengan mesra “Kamu mau kemana ?” tiba tiba Zain membuka percakapan “Kamu sendiri juga mau kemana ?”, “Aku mau menemuimu, eh ,,,” Zain segera mengganti ucapannya “Maksudku aku mau menemui ayah”, “Aku juga mau ke kamar ayah” balas Aaliya lalu mereka bersama sama memasuki kamar tuan Usman yang malam itu sudah tertidur pulas Zain kemudian mulai memijati kaki ayahnya, sementara Aaliya mendekati Zain lalu memegang tangannya “Zain, lebih baik kamu pergi tidur saja karena kamu sendiri kan belum baikkan” pinta Aaliya “Baiklah, aku akan pergi tapi kamu harus menjawab satu pertanyaanku” dalam benak Aaliya, Aaliya menduga kalau Zain pasti akan bertanya soal ucapann

ya yang mengatakan kalau dirinya mencintainya waktu di gudang pendinginan, sementara dalam benak Zain berkata “Aku harus bertanya padanya dan menjelaskan keragu raguan ini” bathin Zain dalam hati “Aaliya, apakah yang kamu katakan di gudang pendinginan tadi itu betul ?”, “Aku mengatakan demikian karena aku ingin membuat kamu agar tetap terjaga, jadi jangan anggap serius semua kata kataku tadi” Zain sangat sedih ketika mendengar ucapan Aaliya yang mengecewakan hatinya “Apakah kamu ingin bertanya lagi ?” Zain menggeleng dan berkata “Hanya itu saja yang ingin aku tanyakan” ujar Zain kemudian segera berlalu dari sana dengan perasaan sedih,

Sepeninggal Zain dari kamar tuan Usman, Aaliya berkata pada dirinya sendiri “Dia pasti kecewa, jika aku mengatakan yang sebenarnya maka aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri, ya Allah ,,, maafkan aku karena aku telah berkata bohong pada suamiku sendiri” tiba tiba dari arah belakang suara tuan Usman terdengar “Meminta maaf itu adalah perbuatan yang baik” Aaliya kaget “Ayah ? Ayah sudah bangun ternyata ?” ujar Aaliya sambil tersipu malu “Ayah memang sudah bangun sejak kalian berdua ngobrol di dekat kepala ayah” Aaliya semakin malu di depan mertuanya “Aaliya, kenapa kamu berbohong pada suamimu sendiri ?”, “Karena aku khawatir jika aku mengatakan tentang perasaanku ke dia maka dia akan mengabaikannya, aku tidak bisa menerima hal itu, ayah” ujar Aaliya sedih “Kamu betul tapi sebagai seorang ayah, ayah yakin kalau Zain tidak akan mengabaikan ucapanmu, itu adalah sebuah perasaan yang terjadi ketika seseorang sedang jatuh cinta” tuan Usman berusaha mendukung Aaliya untuk mengatakan tentang perasaannya yang sejujurnya ke Zain, suaminya SINOPSIS BEINTEHAA episode 95 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top