SINOPSIS MAHAPUTRA episode 200 (01 Mei 2014) by. Sally Diandra
Di kerajaan Bijolia, di koridor istana Pratap bertemu dengan Gohar, Gohar sedikit panik dan tegang, sesaat mereka ngobrol dan ketika Pratap hendak berbalik meninggalkan Gohar, Gohar mencoba mengambil belati kecilnya yang hendak di tusukkan ke Pratap namun Pratap berbalik menatap Gohar, dirinya merasa curiga dengan Gohar, Gohar mengurungkan niatnya dan memasukan kembali belati kecilnya itu ke dalam sabuknya kemudian Pratap pergi berlalu meninggalkan Gohar
Di area latihan, Pratap berusaha untuk berlatih tapi Pratap merasa kesakitan pada bahunya tapi dirinya tetap bersikeras untuk berlatih, Pratap berlatih dengan keras sambil teringat serangan yang diterimanya kemarin hingga meninggalnya Rao Surtan Singh, dari kejauhan Ajabde mengintip Pratap yang sedang berlatih, Ajabde yang melihat penderitaan Pratap merasa tidak tega, ketika Pratap kesakitan Ajabde dan salah satu prajurit yang ada disana sama sama berteriak “Berhenti !” Pratap langsung menghentikan latihannya dan menatap ke arah Ajabde yang bersembunyi di balik gapura dan berkata pada prajuritnya “Meskipun kita sedang terluka, kita harus memikirkan yang lainnya juga” Pratap mencoba memberikan semangat pada para prajuritnya dan meminta mereka agar meninggalkannya sendirian, sepeninggal para prajurit, Pratap memanggil Ajabde,
Ajabde mendatangi tempat latihan itu dan berkata “Jangan bilang terima kasih padaku, aku melakukan ini semua hanya karena aku merasa kamu itu adalah temanku” Pratap menganggukkan kepalanya “Aku tahu sekarang, aku tidak akan berterima kasih padamu” kemudian Pratap mengajarkan bagaimana caranya menggunakan pedang dengan mengacungkan pedang itu di depan Ajabde dengan kedua tangannya namun Ajabde tidak mau “Pangeran Pratap, kamu seharusnya meninggalkan kerajaan Bijolia secepat mungkin” Pratap hanya tersenyum “Aku tidak memikirkan hal itu, aku tahu kamu mengkhawatirkan aku dan keamananku”, “Bukan, bukan itu ,,, aku hanya mengkhawatirkan kedua orang tuaku” Pratap tertegun mendengarkan ucapan Ajabde “Aku kira kamu percaya padaku”, “Aku percaya padamu tapi jika kamu terluka maka apa yang akan terjadi kemudian ?” ujar Ajabde cemas “Jika kita tidak takut pada kematian maka kita akan dengan mudah bertahan hidup” Ajabde mendengarkan ucapan Pratap “Pertama tama aku ingin mencari tahu orang yang telah menyerang aku, percayalah padaku aku pasti akan menemukannya !”, “Ayahku bahkan tidak tidur karena kamu, aku tahu kamu itu orang yang pemberani tapi ayahku tidak seperti itu, jadi aku mohon dengan hormat tolong buang kecemasan ayahku” ujar Ajabde cemas dan sedih “Aku akan menjaga diriku sendiri” Pratap mencoba meyakinkan Ajabde “Kamu baru saja di serang oleh beberapa orang dari luar, jika terjadi sesuatu pada kamu maka ayahku pasti akan bunuh diri ! Aku mohon ,,, tolonglah kamu mengerti akan hal ini” sejenak Pratap merenung “Baiklah, aku akan pergi dari Bijolia sekarang juga” Ajabde tertegun dan tidak mengira kalau Pratap akan segera meninggalkan dirinya “Tinggalah disini dulu paling tidak sampai kamu sembuh dulu” pinta Ajabde, Pratap hanya terdiam kemudian Pratap pergi meninggalkan Ajabde lalu berbalik untuk melihatnya sekilas, Ajabde menatap Pratap yang telah menjauh sambil menangis, Ajabde teringat bagaimana dulu ketika mereka pertama kali bertemu dan semua kenangan kenangan indah yang mereka alami berdua
Di area latihan, Pratap berusaha untuk berlatih tapi Pratap merasa kesakitan pada bahunya tapi dirinya tetap bersikeras untuk berlatih, Pratap berlatih dengan keras sambil teringat serangan yang diterimanya kemarin hingga meninggalnya Rao Surtan Singh, dari kejauhan Ajabde mengintip Pratap yang sedang berlatih, Ajabde yang melihat penderitaan Pratap merasa tidak tega, ketika Pratap kesakitan Ajabde dan salah satu prajurit yang ada disana sama sama berteriak “Berhenti !” Pratap langsung menghentikan latihannya dan menatap ke arah Ajabde yang bersembunyi di balik gapura dan berkata pada prajuritnya “Meskipun kita sedang terluka, kita harus memikirkan yang lainnya juga” Pratap mencoba memberikan semangat pada para prajuritnya dan meminta mereka agar meninggalkannya sendirian, sepeninggal para prajurit, Pratap memanggil Ajabde,
Ajabde mendatangi tempat latihan itu dan berkata “Jangan bilang terima kasih padaku, aku melakukan ini semua hanya karena aku merasa kamu itu adalah temanku” Pratap menganggukkan kepalanya “Aku tahu sekarang, aku tidak akan berterima kasih padamu” kemudian Pratap mengajarkan bagaimana caranya menggunakan pedang dengan mengacungkan pedang itu di depan Ajabde dengan kedua tangannya namun Ajabde tidak mau “Pangeran Pratap, kamu seharusnya meninggalkan kerajaan Bijolia secepat mungkin” Pratap hanya tersenyum “Aku tidak memikirkan hal itu, aku tahu kamu mengkhawatirkan aku dan keamananku”, “Bukan, bukan itu ,,, aku hanya mengkhawatirkan kedua orang tuaku” Pratap tertegun mendengarkan ucapan Ajabde “Aku kira kamu percaya padaku”, “Aku percaya padamu tapi jika kamu terluka maka apa yang akan terjadi kemudian ?” ujar Ajabde cemas “Jika kita tidak takut pada kematian maka kita akan dengan mudah bertahan hidup” Ajabde mendengarkan ucapan Pratap “Pertama tama aku ingin mencari tahu orang yang telah menyerang aku, percayalah padaku aku pasti akan menemukannya !”, “Ayahku bahkan tidak tidur karena kamu, aku tahu kamu itu orang yang pemberani tapi ayahku tidak seperti itu, jadi aku mohon dengan hormat tolong buang kecemasan ayahku” ujar Ajabde cemas dan sedih “Aku akan menjaga diriku sendiri” Pratap mencoba meyakinkan Ajabde “Kamu baru saja di serang oleh beberapa orang dari luar, jika terjadi sesuatu pada kamu maka ayahku pasti akan bunuh diri ! Aku mohon ,,, tolonglah kamu mengerti akan hal ini” sejenak Pratap merenung “Baiklah, aku akan pergi dari Bijolia sekarang juga” Ajabde tertegun dan tidak mengira kalau Pratap akan segera meninggalkan dirinya “Tinggalah disini dulu paling tidak sampai kamu sembuh dulu” pinta Ajabde, Pratap hanya terdiam kemudian Pratap pergi meninggalkan Ajabde lalu berbalik untuk melihatnya sekilas, Ajabde menatap Pratap yang telah menjauh sambil menangis, Ajabde teringat bagaimana dulu ketika mereka pertama kali bertemu dan semua kenangan kenangan indah yang mereka alami berdua
Di tempat Mohammad Shah, Mohammad Shah meminta menterinya untuk pergi dan melihat dimana Pratap “Dia akan meninggalkan kerajaan Bijolia, namun meskipun Pratap keluar dari Bijolia, kita tetap akan menghancurkannya !”
Di kamar Pratap, Pratap memikirkan ucapan Ajabde tadi, Pratap merasa gelisah dan tak lama kemudian teman teman Pratap menemuinya disana “Kita harus mencari orang yang mencoba menyerang kamu, pangeran” ujar Benidas “Tapi sekarang aku harus meninggalkan kerajaan Bijolia” ujar Pratap
Di kerajaan Mewar, Raja Udai Singh sedang membaca surat dari Raja Mamrat Ji tentang keadaan Pratap, Ratu Jaiwanta nampak hendak pingsan begitu mendengar isi surat tersebut namun langsung di peluk oleh Raja Udai Singh “Saat ini pangeran Pratap baik baik saja, dia mampu mengalahkan semua orang orang jahat itu sendirian” Purohit mencoba menenangkan perasaan Ratu Jaiwanta “Aku harus bertemu dengan Raja Mamrat Ji untuk menemukan orang yang menyerang Pratap” ujar Raja Udai Singh geram “Purohit, aku ini ibu kandungnya Pratap, aku mohon bacakan bagaimana masa depan Pratap” sela Ratu Jaiwanta
Di kerajaan Bijolia,
Ajabde sedang berdoa pada Dewa Khrisna “Aku minta maaf, aku benar benar telah mengatakan sesuatu yang menyakitkan ke pangeran Pratap, aku telah sangat melukai hatinya tapi aku tidak ingin dia menderita lalu apa yang harus aku lakukan ? Ini adalah tanggung jawabku” Ajabde berdoa sambil menangis mengingat Pratap, tak lama kemudian Phool menghampirinya dan menghibur Ajabde sambil memeluknya “Ini adalah tanggung jawabku, Phool” Phool tertegun “Tapi semua orang juga merasa kalau masalah ini adalah tanggung jawab mereka, Ajabde”, “Lalu kenapa kamu kesini ?” tanya Ajabde heran “Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu” mata Phool berbinar terang
Pratap menemui Raja Mamrat Ji dan Ratu Hansa Bai, Pratap memohon pamit pulang “Aku harus meninggalkan Bijolia, aku akan pulang ke Mewar” Raja Mamrat Ji tertegun dengan ucapan Pratap yang tiba tiba minta ijin pulang, lalu Pratap bertanya tentang Ajabde, ketika Ratu Hansa hendak memanggil Ajabde, Pratap mencegahnya “Biarkan saja, bibi ,,, aku akan menemuinya sendiri” ujar Pratap sambil masuk kembali ke dalam istana, sepeninggal Pratap, Raja Mamrat merasa heran dengan keinginan Pratap yang secara tiba tiba untuk pulang kerumahnya “Apakah ada sesuatu yang terjadi padanya, aku harus mencari tahu, apakah ada seseorang yang mengatakan hal hal yang tidak enak padanya ?” Ratu Hansa Bai juga merasa heran
Sementara itu Jalal dan pasukannya bersama Bhairam Khan sedang dalam perjalanan menuju ke kerajaan Bijolia, salah satu prajuritnya bertanya “Yang Mulia, apakah kita harus tinggal disini dulu untuk melihat peta ?” Bhairam Khan langsung menyela “Kita jalan lurus saja ke depan, perjalanan kita akan memakan waktu 1 hari untuk mencapai Bijolia” Jalal mengikuti saran Bhairam Khan “Kamu sepertinya sangat mengenal baik orang orang Rajput ini, Bhairam Khan” puji Jalal
Di kerajaan Bijolia, Phool dan Ajabde masih ngobrol berdua “Ajabde, aku ingin mengatakan sesuatu padamu tentang Pratap” Ajabde merasa gelisah “Aku telah melakukan tugasku mengobati dia” tepat pada saat itu salah seorang pelayan mengabarkan pada mereka kalau Pratap sudah bersiap akan pergi, Phool sangat terkejut mendengarnya dan langsung berlari meninggalkan kamar Ajabde dan ketika Phool sedang menyusuri koridor, Phool ngobrol dengan dirinya sendiri dan tiba tiba saja berpapasan dengan Pratap disana, Phool mencoba untuk mengatakan sesuatu ke Pratap “Jadi kamu ingin meminta maaf ke aku ?” tanya Pratap sambil tersenyum “Iyaa, aku mau minta maaf, aku telah melakukan kesalahan padamu” ujar Phool “Bagaimana bisa aku mengatakan hal seperti ini ?” bathin Phool dalam hati “Aku akan menemui Ajabe dulu” Phool hanya bisa menganggukkan kepalanya “Sekarang aku harus menulis sebuah surat untuk Pratap” bathin Phool lagi sambil segera berlalu dari sana, sedangkan Pratap menuju ke kamar Ajabde
Di kerajaan Mewar, Raja Udai Singh sedang membahas sesuatu yang penting dengan Rawat Ji, salah satu menteri kepercayaannya “Rawat Ji, pangeran Pratap akan segera menikah” Rawat Ji menyetujui usulan Raja Udai Singh
Di kerajaan Bijolia, Pratap menemui Ajabde di kamarnya, Ajabde merasa kikuk dan gelisah “Ajabde, aku akan pergi, aku ingin mengatakan sesuatu padamu” Pratap sebenarnya merasa berat kalau harus meninggalkan Ajabde, Pratap sedih, ketika Pratap hendak mengutarakan perasaannya, tiba tiba Ajabde berbalik membelakanginya “Jangan sesali keputusanmu, pangeran ,,, pergilah” ujar Ajabde, namun sesaat Ajabde kembali berbalik hendak mengatakan sesuatu pada Pratap namun sayang Pratap sudah pergi meninggalkan kamarnya, sementara Phool yang sudah selesai menulis surat untuk Pratap, bergegas menemui Pratap sebelum Pratap meninggalkan kerajaan Bijolia
Raja Mamrat Ji dan Ratu Hansa melepas kepergian Pratap dengan perasaan sedih di halaman istana “Hansa Bai, kenapa Ajabde tidak kelihatan saat ini ketika Pratap hendak pulang ?” Ratu Hansa Bai juga nampak terkejut dan bingung, sementara itu setelah berpamitan dengan kedua orang tua Ajabde, Pratap segera menunggangi kudanya diikuti oleh kedua temannya pada para pelayannya yang membawa barang barang Pratap, Ajabde segera berlari keluar dari kamarnya dan langsung menaiki benteng kerajaan untuk melihat Pratap, sedangkan Phool bergegas berjalan cepat cepat agar bisa ketemu dengan Pratap untuk menyerahkan suratnya itu, ketika Pratap sudah sampai di gerbang utama istana Bijolia, Gohar melihat rombongan Pratap yang meninggalkan kerajaan Bijolia, Gohar kaget “Apa yang akan aku katakan pada Maham Anga dan Yang Mulia Raja ?” ujar Gohar sambil bersembunyi di dinding benteng, sedangkan Ajabde sudah sampai di benteng yang paling atas, Ajabde hendak memanggil Pratap ketika dilihatnya Pratap sudah berlalu dari pintu gerbang utama, namun di urungkan niatnya, Ajabde hanya bisa menangis sedih melihat kepergian Pratap, sementara Phool yang sudah sampai di gerbang utama juga merasa sedih ketika mengetahui kalau Pratap telah pergi SINOPSIS MAHAPUTRA episode 201 by. Sally Diandra