SINOPSIS MOHABBATEIN episode 277 “TANTANGAN UNTUK ISHITA” by. Sally Diandra
Di rumah keluarga Bhalla, nyonya Bhalla sedang menegur Ishita “Dengar ya, Ishita ,,, aku tidak akan mengantarkan Ruhi ke rumah Shagun, itu sudah keputusan terakhir” ujar nyonya Bhalla tegas “Iyaa, ibu ,,, dia tidak akan pergi jika ibu memang mengatakannya demikian dan kamu Ishita, jangan membantah ibu” sahut Raman “Aku tidak akan mengantarnya kesana dan ibu tidak usah khawatir karena hari ini adalah hari Diwali” hibur Raman, saat itu tuan Bhalla datang dan mengajak istrinya itu ke kamar, Raman kemudian menghampiri Ishita “Ada apa, Ishu ?” tanya Raman sambil menaruh sikunya dibahu Ishita, “Apakah ini hanya sandiwaramu saja ?” tanya Ishita sambil melirik ke arah siku Raman,
Raman tersenyum membalas ucapan Ishita “Kamu itu yang bersandiwara sejak tadi pagi”, “Shagun itu ibu kandungnya Ruhi, dia seharusnya pergi kesana” ujar Ishita “Kamu harus mencoba untuk meyakinkan ibu, jika kamu berhasil maka kamu bisa mengantarnya kesana, kalau tidak ,,,” Ishita langsung menyingkirkan siku Raman dengan menggerakkan bahunya hingga siku Raman terlepas “Oooo kamu menantang aku ?” Raman mengangguk “Iyaaa tepat ! mari kita lihat siapa yang menang ?” Ishita dan Raman saling tersenyum satu sama lain
Ishita sedang memasak dan sedang memikirkan ucapan Mihika kalau Shagun akan bahagia kalau jika Ruhi datang ke pesta pernikahannya “Aku harus membawa Ruhu kesana demi Mihir dan Mihika kalau tidak nanti Shagun pasti akan menghina Mihika selamanya dan lagi aku juga tidak ingin suatu saat nanti Ruhi mengatakan padaku kalau aku telah menjauhkan dirinya dari ibu kandungnya sendiri, tidak ! Aku harus bisa meyakinkan ibu mertua, tapi bagaimana ?” saat itu dilihatnya Simmi melintas di depannya, Ishita bergegas memanggil Simmi “Simmi, aku ingin bantuan kecil darimu, kamu bisa kan ?” Simmi langsung tersenyum sambil menatap ke arah Ishita
Simmi kemudian menemui ibunya dikamarnya
“Ibu, ibu menyiapkan pemujaan disini dan Ishita sedang bersedih di kamarnya, aku tadi masuk ke kamarnya, ketika aku mau mengajaknya ngobrol, aku lihat dia sedang bersedih”, “Mungkin Raman mengatakan sesuatu sama Ishita” Simmi langsung menimpali ucapan ibunya “Jangan menyalahkan kak Raman terus, dia sedang pergi sekarang membeli kudapan ringan” ujar Simmi, tuan Bhalla juga menemui istrinya dan mengatakan hal yang sama tentang Ishita, akhirnya nyonya Bhalla menemui Ishita
Ishita sedang berpura pura kesal dikamarnya “Raman selalu saja mengajak kamu bertengkar” Ishita menggeleng “Bukan, Raman ,,, ibu, aku sedang sedih sama ibu” nyonya Bhalla tertegun “Apa yang aku lakukan ?”, “Semua pengantin baru pasti selalu mendapatkan hadiah pada hari Diwali tapi ibu tidak memberikannya padaku” Ishita mulai merajuk “Maafkan aku, Ishita ,,, kita baru saja datang kesini kerumah yang baru dan ibu lupa”, “Ayah dan ibuku memberikan pakaian yang baru untuk Raman” Ishita kembali merajuk
“Kamu bisa meminta apapun, aku akan memberikanya ke kamu, ini janji ibu” Ishita merasa senang mendengarnya “Benarkah, kalau begitu ijinkan Ruhi pergi ke pernikahan Shagun” nyonya Bhalla terkejut, Simmi dan tuan Bhalla hanya bisa melihat mereka dari pintu kamar
“Kamu ini memang ratu drama, Ishita”, “Ibu, aku mohon, pleaseee” Ishita memohon dengan amat sangat dengan wajahnya yang memelas “Ishita, aku sudah katakan padamu untuk tidak mengantar anakmu itu ke Shagun”, “Ibu, bagaimanapun juga Shagun itu kan ibu kandungnya Ruhi, ini adalah haknya, aku melakukan hal ini untuk Ruhi, lihat saja hubungannya dengan keluarganya, Raman sudah menikah dan Shagun akan menikah sekarang, sebuah hubungan dibangun berdasarkan kebahagiaan dan meskipun menghancurkan kebahagiaan juga, tapi Ruhi akan dengan bangga bercerita pada teman temannya kalau dia bahagia dengan keluarganya dan tentang Shagun, dia itu seorang ibu, anak anaknya seharusnya melihatnya” nyonya Bhalla hanya terdiam sambil melihat ke arah Ishita
“Ibu, ibu pikir aku selalu melakukan kegiatan sosial kan ? Sebenarnya tidak, aku ini orang yang egois dan aku sangat mencintai Ruhi” kedua bola mata Ishita yang indah nampak berkaca kaca “Aku hanya ingin Ruhi sering menemui Shagun, dengan begitu maka Shagun tidak akan mencoba merebut Ruhi dari aku, Ruhi akan selalu menjadi milikku, Shagun dan Ruhi akan bahagia nanti dan keluarga kita juga akan bahagia” ujar Ishita haru, nyonya Bhalla menatap ke arah Ishita dengan penuh rasa takjub “Ibu, aku minta maaf kalau aku minta hadiah seperti ini, tapi aku tidak punya cara yang lain, aku benar benar minta maaf, aku akan menyiapkan pemujaannya”, “Baiklah, biarkan Ruhi pergi kesana dan kamu harus menemaninya bersama Raman” Ishita langsung memeluk ibu mertuanya itu “Ibu memang hebat ! Terima kasih, ibu” puji Ishita senang,
Saat itu tuan Bhalla dan Simmi masuk ke kamar Ishita sambil tersenyum senang “Oooh jadi kalian ini bersekongkol yaa ?” ujar nyonya Bhalla geram, kemudian Ishita pamit untuk melakukan persiapan pemujaan, begitu pula Simmi dan tuan Bhalla namun nyonya Bhalla memanggil Simmi lagi “Simmi, kamu harus datang ke pesta pernikahannya Shagun karena aku tidak percaya dengan Shagun, kamu tahu sendirikan bagaimana Shagun, dia itu sangat licik, sedangakan Ishita itu sangat naif, dia itu terlalu baik, dia menganggap semua orang bisa baik seperti dirinya”, “Baiklah, ibu ,,, aku akan pergi kesana” sahut Simmi
Ishita sedang sibuk di dapur dan meminta Neelu untuk mencari Raman “Seseorang telah kalah saat ini dan dia harus memberikan aku hadiah karena aku tahu bagaimana caranya meyakinkan ibu” saat itu Raman datang dan menghampiri Ishita di dapur sambil tersenyum nakal “Rupanya kamu telah menaklukkan harimau betina Punjabi”, “Iyaa dengan mudah aku bisa meyakinkan ibu, tidak ada keragu raguan, apakah aku harus menunjukkannya padamu ?” balas Ishita menimpali ucapan Raman, Raman pun mulai bergumam “Benarkah ? Aku juga sudah selesai, apa yang akan kamu lakukan sekarang ? Apakah halwanya sudah matang ?” Ishita mengangguk “Aku sedang berfikir kira kira hadiah apa yang akan aku berikan padamu setelah memenangkan tantangan ini” kemudian Raman mengajak Ishita masuk ke dalam kamar mereka, awalnya Ishita tidak mau tapi Raman pun memaksa,
Akhirnya begitu sampai di kamar, Raman memberikan Ishita hadiah sebuah kalung emas yang dibelinya dulu di tuan Kakkad, Ishita terkesima melihatnya “Waaah, apa itu untukku ?”, “Tidak, untuk ibu mertua” Ishita langsung cemberut “Yaaa tentu saja untuk kamu, apakah ini terlalu mencolok ?” Ishita menggeleng “Tidak, ini indah sekali, kapan kamu membelinya ?”, “Ketika kamu membeli gelang untukku dari tuan Kakkad” ujar Raman sambil tersenyum “Apakah aku boleh memakainya ?” Raman mengangguk mengiyakan, kemudian Ishita segera mengambil kalung itu dan bergegas ke meja riasnnya untuk memakainya, Raman memperhatikan Ishita dari pantulan di cermin sambil tersenyum senang, Ishita mulai mencopot kalung dan anting antingnya yang dipakainya tadi dan menggantinya dengan yang baru saja diberikan oleh Raman, Raman memperhatikan semua gerak gerik Ishita tanpa berkedip, Ishita sendiri merasa senang memakainya,
Ishita kemudian menengok ke belakang ke arah Raman dan Raman memberikan kode untuk memakai anting antingnya, Ishita bergegas mengenakannya, namun ketika hendak memakai di telinga yang satunya, anting anting tersebut jatuh, Raman membantu mengambilkannya kemudian memasangkannya di telinga Ishita, sejenak Raman terpukau oleh kecantikan Ishita dengan kalung dan anting anting yang dikenakannya itu, hingga Raman pun terdiam beberapa saat di depan cermin melihat refleksi pantulan diri Ishita yang sedang tersenyum bahagia, kemudian mereka saling memandang satu sama lain di cermin sambil tersenyum manis “Bagaimana penampilanku, Raman ?”, “Sangat cantik” ujar Raman sambil menunjukkan gelang emas yang diberikan oleh Ishita “Kamu sudah memperbaikinya ?” Raman mengangguk
“Raman, apakah ini hadiah untuk kemenangan tantanganku tadi ?” Raman langsung menggeleng “Tidak, tapi kamu harus meyakinkan Ruhi juga”, “Itu mudah” ujar Ishita sambil tersenyum “Heiii dia itu putriku, kamu tidak bisa meyakinkannya”, “Hmm tantangan berikutnya, Ruhi adalah putriku, aku akan meyakinkannya, aku hanya punya waktu 2 hari dan dia akan datang di setiap pesta ritual pernikahan yang diadakan oleh Shagun” ujar Ishita optimis “Kita lihat saja nanti”, “Iyaaa, lihat saja nanti” balas Ishita lagi kemudian beralih ke lemarinya untuk menyimpan kalungnya disana sambil terus memperhatikan keindahan kalung tersebut, sementara Raman bergumam pada dirinya sendiri sambil melihat pantulan diri Ishita di cermin rias dari kejauhan “Rasanya menyenangkan juga melihat dirimu terlihat kusut” Ishita yang mendengar Raman bergumam langsung bertanya “Apakah kamu mengatakan sesuatu, Raman ?”, “Kerjakan saja tugasmu” ujar Raman
Sementara itu Shagun sedang memarahi tukang jahitnya yang menunjukkan gaunnya yang jelek “Ini adalah pesta cocktailku di malam hari, kenapa bisa jelek seperti ini ?”, “Maafkan aku nyonya Shagun” Shagun benar benar merasa kesal dan membentak perempuan itu “Sudah pergi saja sana ! Dan dimana coba aku bisa mendapatkan gaun seperti itu di saat saat terakhir seperti ini ?” ujar Shagun kesal,
Di rumah keluarga Bhalla, seluruh keluarga sedang menikmati sarapan pagi, Ishita masih sibuk didapur, rupanya nyonya Bhalla, Ishita, Simmi dan Raman sedang bercanda tentang Shagun tentang hadiah apa yang akan diberikan padanya “Berikan saja nomer telfon pengacaramu, Pathak sebagai hadiahnya, dia mungkin membutuhkan seorang pengacara, apakah dia akan awet dengan pernikahannya ini ?” semua orang tertawa mendengarnya “Apakah kita akan memberinya kain saree Kanjivaram ?” Raman langsung menyela ucapan Ishita “Apakah kamu pernah melihat dia mengenakan kain saree yang seperti itu ?” tanya Raman heran kemudian berlalu dari sana menuju ke kamarnya, saat itu teh untuk Raman sudah siap, Ishita segera menyusul Raman ke kamar sambil membawa secangkir teh untuknya
Di dalam kamar, Raman sedang menyisir rambutnya sambil bergumam sendiri seperti biasa sambil bercermin di cermin riasnya “Siapa yang akan mengatakan kalau aku ini ayah dari dua anak, aku sudah mengurusi dua istriku dan mengurusi diriku sendiri dengan sangat baik, apa ini ? Uban ?” ujar Raman sambil melihat rambut putihnya yang tersangkut di sisirnya, saat itu Ishita masuk ke dalam kamar dan berkata “Mana ? Tunjukkan padaku, apakah cuma satu atau banyak ? Ini sungguh menyedihkan, karena tubuhmu sudah mulai menunjukkan tanda tanda penuaan dengan cepat”, “Itu namanya kedewasaan, aku ini masih tampan dan dilihat dirimu sendiri” balas Raman tidak mau kalah “Raman, lihat kain saree ini”, “Kamu mau memberikan kain saree Kanjivaram ini ke Shagun ?” tanya Raman heran “Ini harganya sangat mahal” puji Ishita bangga
“Kamu tahu, orang orang diluar sana banyak yang mengira kalau kamu adalah kakakku, oh maaf .... bukan tapi ibuku” Ishita langsung kesal mendengar ejekan Raman “Siapa yang mengatakannya ?”, “Tenang, datanglah saja ke pesta cocktailnya Shagun dan lihat ketika semua orang yang datang kesana menyapamu sebagai perempuan tua” Ishita benar benar jengkel dengan sindiran Raman, setelah puas mengejek Ishita, Raman bergegas keluar dari kamarnya, Ishita langsung bercermin dan melihat dirinya sendiri di cermin, untuk melihat apakan benar yang dikatakan Raman, kalau dia sudah setua itu, tiba tiba Raman muncul dari pintu kamar dan mengintip Ishita yang sedang mematutkan dirinya di cermin, kali ini Raman benar benar merasa puas bisa membuat Ishita mati kutu
Dirumah keluarga Iyer, Mihika sedang mempersiapkan pakaian untuk Shagun dan menceritakan permasalahannya itu ke Ishita “Bagaimana bisa mendapatkan sebuah gaun untukk Shagun ?”, “Kita bisa mendapatkan semuanya, jangan cemas” hibur Ishita “Tidak, Shagun ingin sebuah gaun yang mahal yang belum ada seorangpun yang mengenakannya sampai sekarang” Ishita bisa melihat kepanikkan di wajah adiknya ini “Sudah sekarang sarapan dulu karena tubuh membutuhkan bahan bakar” ujar Ishita sambil menyuapkan makanan itu ke Mihika “Aku akan membuatkan kopi, ini akan berhasil” Ishita bergegas menuju ke dapur
“Kakak, kenapa kakak kesini pagi pagi ?”, “Mihika, apakah aku harus mengenakan kain saree malam nanti ? Apakah akan kelihatan lebih bagus ?” tanya Ishita penasaran “Iyaaa, kakak, kakak bisa mengenakan apa saja” sahut Mihika sambil menikmati sarapan paginya “Apakah menurutmu aku ini lebih tua dari Raman ?”, “Apakah kakak sudah gila ? Siapa yang bilang begitu ?” tanya Mihika sambil memperhatikan Ishita dari kejauhan dan Mihika baru mengerti kalau yang mengatakannya pastilah Raman, Mihika tersenyum memikirkannya SINOPSIS MOHABBATEIN episode 278 by. Sally Diandra