SINOPSIS MOHABBATEIN episode 237 by. Sally Diandra “DANCING UNDER THE RAIN”

SINOPSIS MOHABBATEIN episode 237 by. Sally Diandra “DANCING UNDER THE RAIN” Ketika Ishita ditanya tentang apa yang telah dilakukan Raman untuk memberikan kesan romantis padannya, Ishita menceritakan soal pengorbanan Raman menyerahkan posisi presdirnya pada Ashok demi Ishita, Mihika langsung menyangkal “Kakak, itu bukan romantis tapi peduli” Ishita lalu berbisik pada Mihika “Raman itu sangat kasar, Mihika ,,, dia tidak bisa romantis dengan perempuan manapun” ternyata bisik bisik mereka berdua didengar oleh semua orang yang hadir disana, Parmeet pun beraksi dan bertanya pada Shagun “Shagun, bisakah kamu menceritakan pada kami kenangan manismu dulu yang romantis ? Kamu bisa cerita apa saja” Shagun langsung mengangguk dengan penuh semangat 

“Iyaa tentu, aku punya banyak kenangan romantis dalam hidupku, aku ingin menceritakan tentang kenangan yang sangat special yang akan membuktikan kalau tidak ada seorangpun yang bisa lebih romantis daripada Raman” semua orang terperangah dan menatap kearah Shagun, Raman sendiri salah tingkah “Waktu itu musim hujan di Delhi dan suasananya sangat romantis, Raman mengajak aku piknik keluar, tiba tiba dia pergi meninggalkan aku kurang lebih sekitar 10 menit dan aku hanya bisa menunggunya saja ditaman” Shagun teringat pada masa lalunya yang sangat indah dan romantis bersama Raman 

“Ketika aku sedang duduk ditaman, tiba tiba saja banyak kelopak bunga berjatuhan diatas kepalaku ternyata Raman yang menaburkan kelopak bunga itu dari atas pohon tepat diatasku, kemudian Raman turun dari pohon dan memegang tanganku, saat itu aku sedang terbaring dan sekujur tubuhku dipenuhi dengan kelopak bunga, Raman kemudian menyingkirkan kelopak bunga itu satu per satu dengan mengambilnya menggunakan bibirnya, iyaaa aku harus mengakui kalau kenangan itu sungguh sangat romantis” ujar Shagun dengan kedua bola matanya yang bersinar terang, 

Sedangkan Ishita nampak sedih karena Raman tidak pernah melakukan hal seperti itu padanya Nyonya Bhalla yang bisa melihat kesedihan di wajah Ishita langsung memaki Shagun dari dalam hati “Ishita, Raman itu sangat romantis, dia selalu tahu bagaimana membuat hatiku bergetar” Raman langsung menyela ucapan Shagun “Iyaa, itu benar tapi keadaan bisa mengubah perilaku seseorang”, “Iyaa, bersamaku, sisi romantismu itu hilang” Shagun menyahut ucapan Raman, 

Sementara itu Adi dan Shravan sedang bermain di kamar Ruhi “Ayahmu tidak tahu permainan anak anak yang tidak membosankan, mintalah padanya untuk belajar dari ayah Ashok, dia telah membelikan aku video game terbaru” Shravan langsung menyela ucapan Adi yang sombong “Tapi ayahmu tidak pernah menghabiskan waktu bersamamu, jadi dia menghadiahkan mainan itu padamu” saat itu Romi masuk ke kamar Ruhi dan berkata “Adi, ayooo ikut dengan paman, kita akan bermain kabaddi” Adi merasa heran “Apa itu ?” Shravan dan Ruhi tertawa geli begitu mendengar ucapan Adi “Ayooo kita buat team dan kita adakan pembagian” Romi lalu bertanya pada Adi “Adi, kamu mau masuk team yang mana ?”, “Aku tidak mau main dengan gadis yang bodoh !” Shravan langsung membela Ruhi didepan Adi “Adi, kamu seharusnya menghormati adikmu” sela Romi 

Dari luar kamar, nyonya Bhalla langsung berteriak “Sudah hentikan pembicaraan ini sekarang, lupakan saja ! Romi ! Main musiknya dan tutup mulut orang orang itu !” bentak nyonya Bhalla, Shagun yang merasa tersindir langsung berdiri dan berkata “Aku mau melihat Adi dulu” Parmeet menyela “Iyaa, pergilah, tugas juga sudah selesai, Adi ada dikamarnya Ruhi” ujar Parmeet sambil berdiri dan berjalan mendekati Ishita kemudian berbisik pada Ishita “Shagun tahu bagaimana menyakiti orang lain, apakah kamu tidak merasa kesal, nyonya Ishita ? Selain itu kamu mempunyai citra yang baik tapi aku tidak peduli, semuanya sudah terbang dengan sia sia, tapi aku merasa senang melihat kamu dalam keadaan menderita seperti ini, nyonya Ishita” Parmeet bergegas pergi dari sana, Ishita merasa kesal begitu mendengar ucapan Parmeet 

Setelah pesta usai, Ishita sedang ngobrol dengan Mihika sambil membereskan semuanya “Semua orang sudah pulang dan kita akan bekerja besok, kak” ujar Mihika, saat itu Amma dan nyonya Bhalla sedang ngobrol soal Shagun “Tidak usah mengurusi dia, tenang saja dan minumlah minuman dingin”, “Kamu memberikan aku saran ini ?” Amma mengangguk “Pestanya masih berlangsung, kita harus berdansa juga”, “Maaf, ibu ... kami harus pulang sekarang karena aku harus mengajar empat kelas besok” Bala menyela ucapan Amma dan nyonya Bhalla 

“Tapi kita tidak membawa mobil tadi, diluar juga hujan, Bala”, “Aku akan mengantar kalian berdua” Mihir menyahut ucapan Vandu “Apakah kamu sudah gila ? Temani Mihika, aku yang akan pergi dengan Ishita, aku yang akan mengantar mereka, ayooo” Raman menimpali ucapan Mihir “Dadaaah, kakak ,,,” ujar Ishita dari dapur “Ishita ikutlah denganku, siapa yang akan membawaku kembali nanti ?” semua orang tersenyum mendengar ucapan Raman “Iyaaa, Ishita ayooo ikutlah” ajak Vandu, akhirnya Ishita ikut pergi bersama Raman, Bala dan Vandu 

Mihir lalu menghampiri Mihika dan berkata “Aku sangat lapar, Mihika ,,, ayoo berikan aku makanan”, “Baiklah, tunggu dulu” ujar Mihika “Aku merasa kasihan melihat Ishita tadi karena mereka berdua, antara Raman dan Ishita belum pernah mempunyai kenangan romantis bersama” ujar Mihir “Aku juga merasa demikian, mereka saling peduli satu sama lain diantara mereka tapi sebuah pernikahan membutuhkan keromantisan juga, aku merasa ada yang belum komplit diantara mereka” Mihir mengangguk dan berkata “Mereka berdua sebenarnya saling menyukai satu sama lain, dan mereka membutuhkan sebuah kenangan yang romantis yang bisa menyadarkan cinta mereka” Mihir dan Mihika berharap Raman dan Ishita bisa mengalami kenangan yang romantis seperti itu segera 

Raman dan Ishita sedang dalam perjalanan pulang setelah mengantar Vandu dan Bala kerumahnya, saat itu hujan turun sangat deras “Raman, hentikan mobilnya, hujannya sangat deras sekali” Raman segera menghentikan mobilnya, kemudian Raman menyalakan radio FM “Kamu suka berdansa bukan ?”, “Tapi kenapa harus tiba tiba ?” tanya Ishita heran “Apakah kamu pernah menari dibawah turunnya hujan ?” Ishita belum sempat menjawab, Raman langsung tersenyum dan keluar dari mobilnya “Raman, jangan !” namun Raman tetap keluar dari mobilnya dan berjalan kearah tempat duduk Ishita dan membuka pintu mobilnya “Ayoo keluar dan lihat ,,, kalau aku ini benar benar sensitif dan kasar, aku dengar percakapanmu tadi” ujar Raman sambil mengulurkan tangannya kearah Ishita, Ishita memegang tangan Raman dan mulai turun dari mobil dan berjalan mendekat kearah Raman hingga memeluk tubuh suaminya itu, 

Raman lalu melepaskan ikatan rambut Ishita hingga tergerai semua rambut Ishita yang hitam legam dan panjang, mereka berdua mulai merasakan adanya getaran di dalam dada mereka, Raman dan Ishita mulai berdansa sangat romantis, kedua bola mata mereka saling memandang satu sama lain dan kedua tubuh mereka juga semakin dekat, Raman memeluk Ishita dari belakang, kemudian Raman memegang lengan Ishita, Ishita menutup matanya, Raman tersenyum dan hendak membelai wajah Ishita namun tiba tiba tangannya terhenti dan Raman berjalan mundur ke belakang, dalam hati Ishita berkata “Bagaimana Raman bisa tahu kalau saat ini aku membutuhkan situasi seperti ini, mungkin situasi seperti inilah yang menyebabkan bergetarnya sesuatu di dalam dada” bathin Ishita, 

Kemudian Ishita membuka matanya dan dilihatnya Raman tidak ada didepannya, rupanya Raman telah berdiri agak menjauh dari Ishita, Ishita melihat Raman sedang berdiri didekat mobil, Raman hanya terdiam sambil melirik ke arah Ishita, Ishita merasa terluka kembali karena Raman belum bisa benar benar menerimanya, Raman bergegas duduk di dalam mobil 

Keesokan harinya, Ishita terbangun dan mulai bersin bersin karena Ishita terkena pilek, Raman juga terbangun dan juga bersin bersin “Ishita, berikan aku obat”, “Ooh jadi hari ini aku menjadi dokter” sindir Ishita “Sudahlah, berikan padaku !”, “Duduklah, aku tidak akan memberikan antibiotik” Ishita menimpali ucapan Raman, kemudian Ishita memberikan balsem pada leher Raman, Raman bergegas menutup mata dan hidungnya, Ishita teringat pada dansa mereka ditengah hujan semalam, setelah selesai, Ishita bergegas pergi dari sana namun Raman mencegahnya 

“Kamu juga harus diberi balsem”, “Kamu tidak bisa membalurkannya padaku, sudahlah aku mohon” Ishita berusaha menolak “Duduklah” Raman memegang tangan Ishita dan menyuruh Ishita duduk di depannya “Singkirkan rambutmu” Raman kemudian membalurkan balsem itu ke leher Ishita, Raman memperhatikan Ishita dan berkata “Balsem ini akan mengobati pilekmu tapi tidak ada balsem yang dibuat untuk pusing yang kamu berikan padaku”, “Kamu memang sangat kasar” sahut Ishita, kemudian Raman mengambil handuk dan bergegas mandi 

Raman dan Ishita sedang duduk bersama di meja makan sambil menikmati sarapan pagi mereka, tiba tiba Raman bersin bersin, Ishita juga “Semoha Tuhan memberkati kalian berdua “Kalian tahu, nyonya Iyer itu menatap kearahku dengan sangat tajam sehingga mataku terinfeksi gara gara dia, heiii bagaimana bisa kalian berdua kena pilek ?” tanya nyonya Bhalla “Ibu, ibunya saja mengejar ibu dan dia ini mengejar aku, dia menyuruhku untuk menghentikan mobil dan dia juga menyuruhku menari dibawah derasnya hujan” Ishita kaget “Heeiii kapan aku meminta kamu melakukan ini ?”, “Sudahlah jangan berbohong, kamu sangat menikmati hujannya kan ?” sindir Raman 

“Kalian berdua ini memang masih seperti anak anak, sudah minum susunya” nyonya Bhalla kemudian pergi dari sana, Ishita langsung menegur Raman “Apa masalahmu ? Kamu menjebakku di depan ibu !”, “Aku ini sensitif dan kasar” ujar Raman santai “Iyaaa tapi aku juga merasakan perasaan berdebar debar didalam dadaku” Raman kaget “Apa ? Heiii ,,, jangan katakan pada dunia, karena beberapa kenangan seharusnya kita simpan untuk diri kita sendiri” Ishita tersenyum mendengar sindiran Raman yang sangat manis kali ini “Aku akan pergi ke kantor dan kamu juga harus pergi untuk mencabut gigi pasienmu kan ?” Ishita tersenyum manis untuk Raman SINOPSIS MOHABBATEIN episode 238 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top