SINOPSIS MAHAPUTRA episode 27 (10 July 2013)
Di istana Mewar, Shakti terlihat sedang berlatih memanah di sebuah ruangan latihan memanah, tembakannya selalu meleset, Shakti merasa cemburu pada Pratap sambil teringat bagaimana Pratap lebih disukai oleh Udai Singh dan para menteri yang lain daripada dirinya.
Di dalam Mahal, Raja Udai Singh membaringkan Ratu Bhatiyani di tempat tidur dan merawat istrinya dengan lemah lembut, saat itu dua Ratu lainnya Jaiwanta dan Sajja Bai juga menemaninya disana “Tabib, tolong obati luka ditangannya” ujar Udai Singh, sang tabib segera mengobati luka bakar di telapak tangan Bhatyani tak lama kemudian salah seorang pelayan menemuinya dan memberitahu Raja Udai kalau keluarga para martir datang untuk menemuinya, kemudian Ratu Jaywanta memberitahu Udai Singh untuk melakukan Rajdharama (pooja), Ratu Bhatiyani juga menyarankan agar Raja Udai pergi tanpa dirinya, Udai Sigh setuju kemudian pun meninggalkan ketiga istrinya disana.
Ratu Sajja Bai yang diam sedari tadi tiba tiba menangis, Ratu Jaywanta menyadari kalau Ratu Sajja Bai sedikit kesal, kemudian dia memberitahu Vaidji pelayan setia Bhatyani untuk mengurus Ratu Bhatyani kemudian pergi berlalu bersama Ratu Sajja Bai,
Setelah keluar dari kamar Bhatyani “Apa yang terjadi padamu, apakah ada sesuatu yang salah ?” Sajja Bai merasa sedih mendengar ucapan Jaiwanta lalu dengan penuh ragu Sajja Bai menjawab “Kakak, dulu Raja Udai tidak pernah mengunjungi aku ketika aku melahirkan Shakti tapi sekarang dia dengan senang hati mengurusi Maharani Bhatiyani dengan tangannya sendiri, aku merasa diabaikan olehnya kakak !” ujar Sajja Bai kesal “Apakah kakak juga merasakan hal yang sama ?’” tanya Ratu Sajja Bai, Jaywanta terlihat sedih dan bisa memahami perasaan Sajja Bai namun dengan tabah dia menjawab “Aku harus pergi melakukan pooja” ujar Jaiwanta kemudian berlalu meninggalkan Sajja Bai dengan perasaan sedih, tergambar dalam diamnya bahwa dirinya pun kecewa dengan perlakuan sang Raja yang tidak berlaku adil pada mereka ke tiga istrinya istimewanya
Dikamar Bhatyani, Vaidji pelayan setia Bhatyani sedang merawat Ratu Bhaityani dan tak lama kemudian Pratap datang dengan membawa tumbuh tumbuhan herbal, tabib terkejut melihatnya “Ramuan itu tidak tersedia di klinikku pangeran” ujar sang tabib “Pangeran Pratap pasti menemukan ramuan itu dari dalam hutan” ujar Bhatyani lalu tabib meminta Pratap untuk mengikatnya di telapak tangan Ratu Bhatyani kemudian membalut lukanya. Pratap segera membalut luka di telapak tangan Bhatyani dengan penuh kasih sayang “Apakah ayahmu memarahimu ketika dia memanggilmu ke Darbar ?” tanya Bhatyani yang masih terbaring lemas. Dengan bahagia Pratap menceritakan kalau dia disambut dengan baik dan di puji oleh ayahnya memujinya sambil menirukan gerakan ayahnya yang mengajaknya makan bersama dirinya, ketika Pratap sedang asyik bercerita tiba tiba Bhatyani tertidur, Pratap mencoba membangunkan ibu tirinya, namun Bhatyani diam saja tidak bergeming, rupanya Bhatyani telah tertidur pulas “Pangeran, mungkin pengaruh obat obatan itu yang membuat Maharani Bhatyani tertidur, lebih baik kamu keluar saja dulu” ujar Vaidji, akhirnya Pratap keluar dari kamar Bhatyani
Tak lama kemudian setelah Pratap pergi, Bhatyani membuka matanya perlahan, rupanya Bhatyani hanya berpura pura tidur, Bhatyani teringat ketika Pratap menancapkan bendera di benteng Chittor, ketika Pratap menari nari bersama sama saudara saudaranya dengan senangnya, Bhatyani langsung bangun sambil menyibakkan selimutnya kemudian Bhatyani segera bangun dan berdiri kemudian berjalan kearah meja sambil mengambil sebuah pisau dan hendak memotong kain yang telah membalut lukanya “Maharani, jangan kamu lakukan itu !” Vaidji berusaha mencegahnya namun terlambat, Bhatyani telah berhasil memotong kain yang telah dibalut oleh Pratap untuk mengobati lukanya seraya berkata “Aku tidak akan membiarkan kain ini melekat di tanganku yang diikat oleh seorang anak yang seperti duri dalam kehidupanku !” ujar Bhatyani kesal
Kemudian Bhatyani berteriak teriak dengan lantang di kamarnya sambil mengatakan “Selama ini aku tidak pernah beruntung di tanah kelahiranku sendiri dan aku selalu diabaikan, dihina oleh semua orang ! Tapi setelah bertemu dengan Raja Udai, aku baru menyadari mimpiku ! Tapi ketika aku datang ke sini, begitu aku melihat pangeran Pratap, aku baru tahu bahwa anak ini akan menjadi setan dalam kehidupanku !” Vaidji pelayan setianya hanya bisa diam mendengarkan ucapan Bhatyani
Di lain sisi Pratap terlihat bahagia sambil ngobrol dengan ibu kandungnya tentang bagaimana Bhatyani melakukan berbagai hal untuknya dan bagaimana teman-temannya merasa cemburu, melihat betapa beruntungnya dia, Ratu Jaywanta senang mendengar perkataan Pangeran
Ratu Bhatiyani masih bercerita pada Vaidji pelayan setianya, saat itu dia mulai merencanakan sebuah pembunuhan untuk Pratap yaitu dengan meminta Pratap untuk mengambil mangga, Pratap pasti tidak pernah berhenti mengikuti pengkhianatnya, tapi nasib baiknya selalu ada pada dirinya dan selalu saja Pratap kembali menjadi kuat ! Bhatyani terlihat menahan marah “Maharani Bhatyani, apakah anda tidak menyayangi pangeran Pratap ?” Vaidji mencoba membuka suaranya “Aku tidak pernah mencintai pangeran, aku sangat membenci di setiap keberadaannya, aku telah membuat sebuah cara agar tidak seorang pun mengetahui apa yang aku rasakan dan jika aku menunjukkan sifat yang baik maka semua orang akan menyukai aku termasuk Maharaja” ujar Bhatyani “Maharani, semua orang tahu bahwa Maharaja hanya akan mendengarkan kata kata anda” ujar Vaidji lagi “Apa yang baik yang tidak ada pada diriku ? Meskipun Maharaja menjadikan aku sebagai Ratu istimewanya, tapi Ratu Jaiwantalah yang mendapat kesempatan untuk melakukan aarti pada Maharaja ketika dia hendak pergi berperang dan yang selalu bisa duduk di samping Maharaja selama acara Gauravyatra, dan Pangeran Pratap lah yang akan mendapatkan tahta maka dengan begitu Ratu Jaiwanta yang akan menjadi ibu suri (Rajmaata) sedangkan aku, aku tidak akan menjadi apa apa kecuali hanya menjadi istri kedua untuk Maharaja dalam sejarah !” ujar Bhatyani kesal
Di lain sisi Ratu Jaiwanta sedang mengajari Pratap menjadi Ram dan mengobati saudara-saudaranya seperti yang Ram lakukan, Pratap juga merasa bahagia menyambut kelahiran saudara kecilnya nanti.
Di kamar Ratu Bhatyani, “Aku tahu kalau pangeran Pratap akan menjadi Ram dan aku akan meratapi kehilangannya dan ketika Dewa bertanya padaku mengapa aku melakukan apa yang aku lakukan ini, aku akan mencoba untuk meyakinkan mereka dan jika tidak, aku akan mendapatkan hukuman !” tiba tiba Bhatyani kehilangan kontrol, dia memukuli perutnya sendiri dengan keras, Vaidji mencoba untuk menenangkannya namun Bhatyani menolak dan berkata “Anakku harus kuat , Vaidji! Meskipun dia masih di dalam rahimku ini dia harus kuat !” ujar Bhatyani lantang