SINOPSIS MAHAPUTRA episode 25 (8 July 2013)
Di halaman benteng Chittor, semua orang mengelu elukan nama Udai Singh dan Mewar ketika Udai Singh menunjukkan kunci kemerdekaan Mewar dengan mengangkat tangannya sambil memegang kunci tersebut, Pratap menatap ayahnya dengan perasaan senang, Shams Khan yang saat itu masih berada disana memohon pada Udai Singh “Maharaja Udai Singh, aku memiliki keinginan terakhir, bolehkah aku mengatakannya ?” pinta Shams Khan dengan wajah memelas “Apa yang kamu maksud, Shams Khan ?” tanya Udai penuh selidik sambil berbalik menoleh kearah Shams Khan “Jika nanti aku meninggalkan benteng Chittor ini, maka aku meminta kepastian bahwa aku tidak akan mendapatkan hukuman mati dan tidak ada seorangpun dari pasukanmu yang menyakiti aku” pinta Shams Khan “Aku tidak akan melakukan hukuman mati padamu, cepatlah katakan apa maumu karena aku akan melakukan ritual kremasi Raja Bahadur yang sempat tertunda dan permintaanmu itu akan tergantung dengan keinginanku sendiri apakah aku akan memenuhinya atau tidak” ujar Udai Singh lantang “Aku hanya ingin bertanya sebuah pertanyaan pada pangeran Pratap dan aku sangat berharap kalau anda tidak keberatan” Udai Singh menganggukkan kepalanya mengijinkan Shams Khan bertanya pada Pratap. Tak lama kemudian Shams Khan menghampiri Pratap dan berkata “Aku masih ingat hari dimana pangeran Pratap menyelamatkan nyawaku, ketika dia membawa sebuah pedang warisan, sebenarnya pada saat itu dia bisa saja dengan mudah membunuh aku maka dengan begitu perang ini tidak mungkin akan terjadi” ujar Shams Khan sambil menatap Pratap tajam, Pratap pun membalas tatapannya sambil teringat kalau pada saat itu dia sebenarnya sudah ingin sekali membunuh Shams Khan namun ayahnya menghentikan aksinya “Pada saat itu anda adalah tamu ayahku maka kami harus melindungi semua tamu kami dan orangtuaku selalu mengajarkan padaku sebuah tanggung jawab dari seorang ksatria sejati bahwa kami tidak pernah menyerang dari belakang dan juga tidak akan menyerang seseorang yang tidak memiliki senjata ditangannya” Shams Khan tertegun mendengar ucapan Pratap dan semua orang menatap kearah Pratap dengan kagum dan bangga “Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap !” semua orang mengelu elukan nama Pratap sambil mengangkat tangan mereka
Akhirnya keluarga kerajaan Mewar melakukan kremasi terakhir untuk Raja Bahadur di depan benteng Chittor, Udai Singh dan Pratap yang melakukan ritual tersebut, Pratap mengelilingi jenazah Bahadur yang telah ditimbuni kayu bakar sambil membawa obor dan teringat ketika dulu Bahadur mengajarkannya menggunakan pedang, ketika mereka berdua berjuang bersama sama mengibarkan bendera Mewar di benteng Chittor hingga akhirnya Bahadur tewas ditangan seorang tentara Afghanistan, Pratap menangis mengingat semua kejadian itu kemudian Pratap mulai menyalakan api yang membakar jenazah Bahadur, api pun mulai menyala besar dan berkobar kobar membakar jenazah Bahadur.
Setelah selesai melakukan kremasi terakhir untuk Bahadur, Pratap dan Udai Singh beserta pasukannya kembali ke istana, para ratu dan wanita bangsawan menanti mereka dengan rasa penuh kegembiraan, Ratu Jaiwanta dan Ratu Sajja Bai menyambut mereka dengan melakukan aarti pada Udai Singh secara bergantian, Jaiwanta juga melakukan aarti untuk Pratap, Pratap menyentuh kaki ibunya, Jaiwanta menatapnya dengan penuh haru dan membimbingnya untuk berdiri, mata mereka berdua beradu pandang penuh dengan kerinduan, Jaiwanta langsung memeluk Pratap dengan penuh rasa cinta dan bangga pada anak semata wayangnya ini “Maharaja, Maharani Sajja Bai telah melakukan sebuah keberanian yang luar biasa dengan membunuh Adil Khan (salah satu menteri Shams Khan yang berhasil memasuki ruangan Johar) dan menyelamatkan kami semua” ujar Jaiwanta bangga, Udai Singh menunjukkan rasa bangganya dan menghargai usaha istrinya ini, Ratu Sajja Bai sangat bahagia mendengarnya.
Mereka kemudian bersama sama memasuki ruangan istana, di dalam Maan Singh juga sudah berada disana.
Pesta perayaan kemenangan pun dimulai, music dan tari tarian berkumandang di ruangan pesta, para seniman menghargai usaha para ksatria, mereka juga menghargai para wanita yang pemberani. Raja Udai Singh menikmati hiburan tersebut dari singgasananya, sementara Ratu Jaiwanta dan Pratap duduk bersisian di bilik para ratu, begitu pula Ratu Sajja Bai dan kedua anaknya, pangeran Shakti dan adiknya juga duduk bersisian di bilik para ratu disebrang tempat duduk Pratap. Tak lama kemudian Som, teman Pratap menghampirinya dan mengajaknya menari “Maharaja, Pangeran Pratap meminta ijin untuk menari” ujar Ratu Jaiwanta, Udai Singh menganggukkan kepalanya. Pratap dan Som langsung keluar dari bilik ratu dan mulai menari dengan berputar putar dengan lincahnya, semua orang merasa bahagia, bahkan para pelayan segera mengangkat tubuh Pratap sambil berputar putar dengan senangnya.
Tepat pada saat itu, Ratu Bhatyani sudah sampai di istana setelah melewati lorong lorong rahasia di dalam istana “Selamat datang Maharani Bhatyani” sambut para pelayan begitu Bhatyani muncul dihadapan mereka, kemudian mereka menceritakan bahwa saat ini sedang diadakan sebuah pesta perayaan kemenangan dan tak lama kemudian Ratu Jaiwanta dan Ratu Sajja Bai beserta anak anak mereka memasuki ruangan para ratu dengan senyum yang mengembang di wajah mereka sambil bernyanyi nyanyi senang, Pratap mengajak adiknya Shakti untuk ikut menari namun Shakti tidak mau tapi setelah dipaksa oleh ibunya akhirnya Shakti menyerah dan ikut menari bersama Pratap, Som dan adik Shakti, Jaiwanta dan Sajja Bai sangat senang melihatnya, namun ketika mereka sedang asyik menari dan menyanyi tiba tiba Bhatyani masuk ke ruangan itu dan menghentikan tarian mereka, semua orang tertegun melihatnya.