SINOPSIS MAHAPUTRA episode 24 (4 July 2013)
Para prajurit Rajputana menangis dan meminta darah panglima Shams Khan, Shams Khan yang masih berlutut merasa ketakutan dan memohon agar dirinya dibiarkan hidup “Maharaja Udai, aku mohon, ijinkanlah aku hidup, sebagai imbalannya aku akan memberikan semua yang kamu minta, apapun itu aku janji aku akan memberikannya” pinta Shams Khan dengan wajah memelas “Baiklah, aku akan membiarkan kamu hidup tapi dengan satu syarat kamu harus bisa memenuhi semua ketentuan yang aku minta !” mata Shams Khan langsung bersinar terang penuh semangat begitu mendengar ucapan Udai Singh “Baik, baik Maharaja Udai, aku pasti akan menyetujui semua syarat dan kondisi yang kamu inginkan” Udai Singh segera memberikan syarat syarat tersebut “Yang pertama, semua pasukanmu harus meletakkan senjatanya dan harus menarik diri dari Mewar ! Kemudian kamu juga harus mengembalikan semua kekayaan yang kamu curi dari Mewar ! Dan kamu harus segera angkat kaki dari Mewar dan jangan pernah terlihat sedikitpun ada tentara Afghanistan di Mewar !” Shams Khan segera menyetujui semua syarat Udai Singh
Ratu Bhaityaani yang saat itu sedang hamil sedang berjuang melewati lorong lorong rahasia istana Mewar bersama salah satu pelayan setianya, kehamilannya membuatnya lamban untuk bergerak cepat, sesekali Bhaityaani beristirahat untuk mengambil nafas sampai ketika dia sedang beristirahat, sang pelayan mengambilkan minuman dan tak lama kemudian ada utusan Ratu Jaiwanta yang memanggil manggil namanya “Maharani Bhaityaani, Maharani Bhaityaani, jangan pergi !” Bhaityaani kaget ketika hendak minum dan merasa gelisah ketika mendengar ada yang memanggil namanya “Apakah secepat itu aku mendapat kabar kekalahan Maharaja ?” ujar Bhaityaani dengan penuh rasa cemas sambil mengira ada berita buruk yang akan diterimanya “Maharani, Mewar telah menang ! Pasukan Mewar menang ! Bendera Mewar berhasil berkibar di benteng Chittor !” Ratu Bhaityaani merasa senang dan terharu mendengarnya apalagi ketika utusan itu mengatakan kalau Mewar dimenangkan oleh Maharaja Udai Singh “Aku jadi ingin segera bertemu dengan Maharaja, ayooo cepat kita kembali ke istana !” ujar Bhaityaani girang sambil berlari namun kembali nafasnya terengah engah karena perutnya yang membesar “Lalu bagaimana dengan pangeran Pratap ?”, “Ini semua juga karena upaya pangeran Pratap !” ujar utusan tersebut
Di halaman benteng, dengan penuh semangat Raja Udai Singh memuji upaya Raja Bahadur yang telah berhasil mengibarkan bendera Mewar di benteng Chittor namun tak lama kemudian Chandravats datang dan menghampiri Udai Singh sambil mengabarkan tentang kematian Bahadur, Udai Singh nampak syok ketika mendengar berita ini, sementara Shams Khan terlihat puas dan senang mendengarnya, tanpa sadar mata Udai Singh berkaca kaca ketika melihat jenazah Bahadur yang di tandu oleh prajuritnya kemudian Udai Singh mengucapkan terima kasih dan memberikan penghormatan terakhir untuk jenazah Bahadur dengan menundukkan kepalanya sedih “Berikan kramasi yang terhormat untuknya dengan pemakaman kenegaraan” pinta Udai Singh pada Chandravats, keragu raguan mulai muncul dalam benak Udai Singh ketika menyadari kalau Bahadur meninggal sebelum mengangkat bendera Mewar di tiang bendera, lalu siapa orangnya yang telah melakukan hal itu “Lalu katakan padaku siapa orangnya yang telah berjasa mengangkat bendera Mewar, aku akan memberikan segala galanya pada orang itu, aku akan memberikan kedudukan yang tertinggi, aku akan melakukan segalanya untuknya, siapa dia ?” semua orang terdiam tidak menjawab pertanyaan Udai dan tak lama kemudian “Orangnya telah mempunyai segalanya, Maharaja !” suara Chandravats kembali terdengar “Siapa itu orangnya ?”, “Dia adalah darah dagingmu sendiri yaitu putra mahkota ! Yang mengibarkan bendera kemenangan Mewar” ujar Chandravats lagi, Udai Singh tertegun ketika mendengar penjelasan Chandravats, sementara Shams Khan yang masih berlutut di tanah merasa geram dan sambil menahan amarahnya begitu mendengar hal tersebut.
Pasukan Rajput segera mengelu elukan nama Pratap “Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap !” begitu teriak mereka, Pratap segera menuju ke hadapan ayahnya, Udai Singh sangat kagum dan bangga ketika melihat masa depan Mewar berjalan kearahnya, kedua bola mata ayah dan anak ini saling beradu pandang dalam diam namun ada kebahagiaan disana, Pratap segera menyentuh kaki ayahnya meminta restu, Udai Singh menyuruhnya berdiri, tiba tiba Shams Khan mengganggu moment yang indah ini sambil berkata “Raja Udai Singh, aku katakan padamu agar kamu harus selalu menjaga anakmu ini karena aku bersumpah jika suatu saat nanti kita bertempur kembali maka yang pertama kali yang akan aku cari untuk aku bunuh adalah putra mahkotamu ini !” Chandravats yang berada di belakang Shams Khan lansung marah begitu mendengar ocehan Shams Khan, Chandravats langsung memukul Shams Khan dan berniat memenggal kepala Shams Khan dengan pedangnya namun Udai Singh melarang “Hentikan Chandravats ! Biarkan dia !” ujar Udai Singh sambil membelakangi mereka “Dan kamu Shams Khan, aku perintahkan agar kamu segera angkat kaki dari tanah Mewar ini ! Sebelum kamu di bunuh oleh pasukanku karena penghinaanmu barusan !” bentak Udai Singh lantang
Di dalam istana Mewar, Ratu Jaiwanta memberikan isntruksi pada semua pelayannya untuk mendekorasi istana secantik mungkin untuk menyambut kedatangan Raja dan pangeran mereka dengan bunga bunga yang banyak sampai kaki pangeran tidak merasa menginjak lantai, Jaiwanta mengekspresikan kebahagiaannya ini sebagai lahirnya kembali pangeran Pratap sebagai pelindung tanah kelahirannya Mewar.
Di halaman benteng Chittor, Shams Khan sudah bersiap hendak pergi namun segera dihentikkan oleh Udai Singh, Shams Khan menahan amarah dan kebenciannya lalu menuju ke Udai Singh dengan tatapan matanya kosong dan penuh tanda tanya “Kamu belum menyerahkan sesuatu yang paling berharga dan penting untuk Mewar !” Shams Khan segera menoleh ke arah prajuritnya dan memberikan kode untuk membawakan sebuah kotak padanya, prajuritnya segera menghampirinya sambil membawa sebuah kotak, kotak itu berisi kunci kemerdekaan Mewar, kunci itu diserahkan pada Udai Singh, Udai Singh menerimanya dengan penuh hormat karena hal itu menandakan sebagai kemerdekaan yang lengkap bagi bangsa Mewar dari kekuasaan Afghanistan, Udai Singh teringat kembali akan sumpahnya dulu di hadapan orang orang kepercayaannya bahwa di tidak akan bisa hidup tenang kalau kemerdekaan Mewar belum berada di tangannya yaitu kunci Mewar dari pasukan Afghanistan, sementara itu Shams Khan menatap kunci itu dengan tatapannya seperti orang yang lapar dan menatap ke arah Udai Singh penuh dengan kebencian dan amarah.