SINOPSIS MAHAPUTRA episode 23 (3 July 2013)
Pertempuran kali ini adalah pertempuran yang terakhir, Shams Khan akhirnya terjatuh, sementara itu Raja Bahadur juga terjatuh dan tidak sadarkan diri lalu tewas, darah keluar dari setiap luka yang ada di tubuhnya. Bendera Mewar telah berkibar tinggi di benteng Mewar.
Para prajurit yang seharusnya menyambut kemenangan dengan meniup terompet yang mereka pegang hingga nafas terakhir mereka mencoba menggunakan cara yang sama untuk mengabarkan pada saudaranya. "Prajurit ! sebentar aku akan kesana !" Pratap dengan lembut segera mengambil terompet tersebut dari prajurit yang terkulai lemas, sementara itu Pratap mulai meniup terompet kemenangan, suara terompet tersebut menusuk setiap sanubari yang sedang bertempur.
Chandravats menyuruh para prajuritnya untuk berkumpul yang terakhir kalinya kemudian dia mendongak dan melihat ke arah benteng Chittor, bendera Mewar telah berkibar diatas benteng, Chandravats langsung berteriak girang “Kitaaa menang ! Hidup Mewar ! Hidup Mewar !” ujar Chandravats di ikuti oleh semua prajuritnya yang tersisa
Di tempat Raja Udai, Raja Udai berputar putar sambil menutupi matanya kemudian terjatuh karena Shams Khan, Shams Khan menghajarnya berulang kali sambil mengejeknya dan tertawa terbahak bahak, Udai Singh hampir tidak bisa berjalan namun dia berusaha untuk mempertahankan dirinya dengan berdiri kemudian mulai menyerang balik Shams Khan hingga Shams Khan tidak mampu bangun, Udai Singh hampir saja tergelincir dan terjatuh namun Chandravats segera menghampirinya dan memegangnya erat, membantunya agar tidak terjatuh “Maharaja ! Kita telah menang ! Bendera Mewar telah berkibar dengan gagah di benteng Chittor !” Udai Singh serasa tidak percaya dan tertegun mendengar ucapan Chandravats yang memberikan kekuatan pada dirinya.
Di halaman benteng, Udai Singh berada disana bersama orang orang kepercayaannya, sementara Shams Khan berlutut di depan Udai Singh, tepat pada saat itu bala tentara Afghanistan mencoba menyerang mereka untuk melindungi Shams Khan tapi pasukan Rajput mampu menghalau mereka dan menahan bala tentara Afghanistan “Panglima Shams Khan katakan pada pasukanmu untuk menghentikan serangan dan senjata mereka atau kalau tidak kepalamu aku penggal sekarang juga !” ujar Udai Singh sambil menaruh pedangnya di leher Shams Khan “Turuti perintah Raja Udai Singh, jatuhkan senjata kalian dan menyerah !” bala tentara Afghanistan segera menjatuhkan senjata mereka begitu melihat pimpinannya telah tertangkap
Di dalam istana para ratu sedang bersiap siap untuk melakukan ritual Johar, mereka telah merapatkan diri di depan sebuah tempat yang berbentuk persegi panjang dengan baki aarti mereka, Jaiwanta meminta Girija untuk menyalakan api dengan lampu minyak Diya, Girija menangis karena ini adalah ritual Johar kedua dalam hidupnya namun tak lama kemudian pintu Johar di ketuk “Buka ! Buka nya! Buka !” para ratu tertegun dan bingung karena ada suara dari luar, setelah pintu terbuka utusan Jaiwanta segera mengabarkan kalau mereka telah menang “Maharani Jaiwanta, pasukan kita telah menang ! Bendera Mewar telah berkibar di benteng Chittor ! Jadi saat ini Johar dibatalkan !” semua ratu dan para wanita bangsawan merasa senang dan bahagia begitu mendengar berita baik tersebut
Di halaman benteng, pasukan Rajput bersorak kegirangan dan mengelu elukan nama Pratap “Hidup Mewar ! Hidup Pangeran Pratap ! Hidup Pangeran Pratap !” Udai Singh teringat dengan kehadiran Pratap yang saat ini mungkin masih bertarung dengan musuh, Udai Singh langsung memberikan kode pada Chandravat untuk mencari dan melindungi Pratap, Chandravats bisa mengerti tanda dan kode dari Udai Singh, Chandravats kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
Sementara itu Shams Khan memohon belas kasihan sambil berlutut di depan Udai Singh dan menengadahkan tangannya, salah satu menteri Udai Singh meminta agar Udai Singh memenggal kepala Shams Khan “Penggal kepalanya ! Penggal kepalanya ! Penggal kepalanya !” ujar para prajurit Rajput
Chandravats mencapai atas benteng Chittor dan melepas helm perangnya dan berkata “Kematian para prajurit ini tidaklah sia sia, itu adalah tindakan yang mulia yang disukai oleh para prajurit Mewar untuk melawan setiap musuh” Chandravats kemudian melihat bendera Mewar yang berkibar tinggi di udara, bendera itu memberikan keberanian untuk merebut kemenangan dari musuh, tak lama kemudian Chandravats mencapai tempat dimana Pratap berada sambil memangku Bahadur yang telah tewas dengan perasaan sedih, Chandravats memberikan dukungan pada Pratap dan berkata “Menangis tidak diperbolehkan untuk seorang ksatria yang tewas di medan perang, pangeran” Pratap menatapnya haru