SINOPSIS MOHABBATEIN episode 180 by. Sally Diandra "BENCI TAPI RINDU"
Malam itu Raman pulang kerumah dan melihat tidak ada seorangpun yang menunggu dirinya pulang dan mereka juga tidak peduli apakah dia sudah makan atau belum, Raman kemudian mengambil makanan dari dalam lemari es dan merasa enggan untuk makan, tiba tiba makanan itu jatuh dan mengenai bajunya, Raman bergegas mengganti baju, ketika kembali ke ruang makan, dilihatnya Ruhi sedang memanasi makanan didalam oven, setelah hangat lalu Ruhi membawa makanan itu ke Raman, Raman tersenyum haru melihatnya “Apa yang akan ayah makan ? Pickle atau Curd, tapi jangan makan Curd dimalam hari, ayah makan Pickle saja” Raman tersenyum melihat putrinya telah besar sekarang,
Raman lalu mengambil air “Apakah makanannya enak, ayah ?”, “Ini adalah makanan yang paling enak ! Kenapa kamu belum tidur ?” tanya Raman sambil menikmati makanan tersebut “Aku belum bisa tidur karena aku sedang memikirkan apakah ayah akan makan sendirian ? Aku ini memang masih kecil tapi aku tahu semuanya”, “Apa yang kamu tahu ?” tanya Raman heran “Aku tahu kalau semua orang sedang marah sama ayah, ibu Ishi tidur dikamarku, apakah ayah telah melakukan sesuatu yang salah ?” Raman terbatuk batuk, Ruhi segera memberi ayahnya minum “Apakah ayah baik baik saja ?”, “Ayah baik baik saja, nak” ujar Raman sambil menangis “Ayah menangis ? Apakah makanannya terlalu pedas” Raman menggeleng sambil menyeka airmatanya, lalu Ruhi menyuapkan makanan ke Raman dengan tangannya sendiri “Anak laki laki besar tidak boleh menangis, aku menyayangi ayah”, “Ayah juga menyayangi kamu sayang” ujar Raman penuh haru
“Sekarang habiskan semuanya, diluar sana ada banyak anak anak yang tidak bisa mendapatkan makanan” Raman mencubit pipi Ruhi gemas sambil berkata “Kamu ini seperti nenek saja, apakah kamu sudah makan ?”, “Aku sudah makan” kemudian bergegas menuju ke kamarnya sendiri dan menemui Ishita yang masih terjaga “Ibu Ishi, aku melakukan semua seperti yang ibu katakan tadi, aku sudah memanasi makanannya dan menyuruh ayah memakannya, sekarang aku akan tidur dulu” bisik Ruhi “Terima kasih sayang” ujar Ishita lega karena Ruhi bisa merawat ayahnya seperti yang diajarkannya
Kemudian Ruhi menemui Raman dikamarnya “Ayah, apakah aku boleh tidur disini, aku akan menceritakan sebuah dongeng untuk ayah juga”, “Apakah kamu akan tidur disini tanpa ibu Ishi ?” Ruhi mengangguk “Aku akan menceritakan sebuah cerita untuk ayah” Ruhi kemudian terbaring ditangan Raman, Raman dan Ishita saling merindukan satu sama lain “Ayah, ayah bisa memainkan rambutku jika ayah belum merasa mengantuk” Raman pun menuruti permintaan Ruhi, sementara Ishita sedang bersedih sambil duduk didekat jendela, Raman akhirnya tertidur begitu mendengar cerita Ruhi, Ruhi melihat ayahnya sudah tertidur, Ruhi kemudian memeluk ayahnya sambil memegang buku cerita tersebut
Keesokan harinya, nyonya Bhalla berdoa pada Dewa “Aku memang hanya kadang kadang saja berdoa padamu Dewa tapi aku mohon kali ini lindungilah anak anakku” doa nyonya Bhalla “Siapa yang akan mengantar aku ke sekolah ?”, “Ruhi, biar bibi Simmi yang mengantarmu ya” tuan Bhalla menimpali ucapan Ruhi, Simmi kemudian pergi dari sana bersama Ruhi, nyonya Bhalla masih berdoa untuk Ishita, kemudian nyonya Bhalla mengikatkan benang suci untuk Ishita “Hari ini adalah hari pertamamu di pengadilan, ini adalah restu dari Mata Rani” Ishita mengucapkan terima kasih ke ibu mertuanya dan menunduk untuk meminta restu, saat itu Raman juga menunduk untuk menyentuh kaki ibunya, nyonya Bhalla memberikan Ishita restu dan memberikan patung Dewa padanya,
Raman menangis, dalam hatinya berkata “Restui aku juga, ibu ,,, hari ini adalah test terbesar untukku” bathin Raman, tuan Bhalla memberikan kode pada istrinya untuk merestui Raman juga “Mata Rani seharusnya memberikan kamu kesadaran untuk mendukung kebenaran” ujar nyonya Bhalla sambil memberikan restu untuk Raman, kemudian Raman meninggalkan rumah dan bertemu dengan Appa dan Amma diluar, Raman teringat pada ucapan Amma dan menyentuh kaki mereka berdua sambil menyapa selamat pagi pada mertuanya ini, Appa memberikan restu padanya, kemudian Raman bergegas berlalu dari sana
Dirumah Ashok, Shagun juga sedang bersiap siap untuk pergi ke pengadilan namun sedikit terlambat, Ashok juga sedang bersiap siap “Kamu mau pergi kemana ?”, “Menemanimu” ujar Ashok santai “Aku mohon, Ashok ,,, kamu hanya menciptakan masalah disana, semua orang pasti akan bertanya padaku, siapa laki laki ini ? Apa yang akan aku katakan ? Apakah aku harus bilang pada mereka kalau aku tinggal bersama kamu ? Bagaimana bisa aku mendapat simpati sebagai mantan istrinya Raman ? Jika kamu mau membantu aku, hentikan saja Ravipal Singh !” ujar Shagun sinis
Raman sedang ngobrol dengan Pathak ditelfon “Aku akan berusaha membuktikan kalau kasus ini seharusnya di hentikan saja, jangan khawatir” saat itu Ishita melihat ban mobilnya bocor dan Raman menawari mereka tumpangan “Kami akan pergi dengan taxi saja” ujar Ishita dingin, sementara itu Mihika menemui Pathak karena dia datang untuk memberikan baju bajunya Trisha, Mihika tidak suka dengan sikap Pathak yang ikut membela Raman yang jelas jelas salah “Bagaimana bisa kamu melakukan hal ini ? Bibiku telah merawat Trishamu seperti anaknya sendiri, kamu benar benar tidak tahu terima kasih !”, “Ini adalah profesiku, aku akan melakukan apapun untuk Raman, aku mohon jangan mengganggunya, aku harus pergi, karena aku sudah terlambat” Pathak kemudian pergi meninggalkan Mihika
Ishita dan seluruh keluarganya sedang menunggu taxi namun tidak juga mendapatkannya, Raman mengendarai mobilnya dan meminta mereka untuk masuk ke dalam mobilnya “Iyaaa, kita bisa terlambat nanti, ayoolah masuk”, “Ayoo Ishita kita masuk ke mobilnya Raman” akhirnya Ishita menuruti permintaan Amma, sambil memeluk patung Dewa, Ishita masuk ke dalam mobil Raman, begitu pula Amma, Appa dan nyonya Bhalla hingga akhirnya mereka sampai di kantor pengadilan, rupanya kain sareenya terjepit dimobil, Raman mencoba membantunya, ketika mereka keluar mobil, Raman menghentikan Ishita “Ishita, aku ingin bicara dengan kamu” tepat pada saat itu Pathak menelfon Raman, Ishita segera pergi dengan Appa untuk mengantar Amma tanda tangan pada surat pernyataannya, sementara itu Pathak memberitahu Raman kalau Shagun belum datang “Mungkin dia sedang dalam perjalanan” ujar Raman,
Di dalam ruang pengadilan, Shagun akhirnya datang dan menghampiri Raman “Bagaimana kabar Adi ?”, “Tadi dia ingin ikut kesini, tapi aku menyuruhnya ke sekolah, aku benar benar gelisah, Raman” Raman memegang tangannya dan memintanya untuk tidak gugup, saat itu Ishita dan seluruh keluarganya memasuki ruang pengadilan dan melihat mereka yang sedang berpegangan tangan, Amma dan Appa menemui nyonya Kaur, pengacara mereka
“Ishita, kamu tidak usah melihat mereka, menyakitkan, lupakan saja dan jangan lemah, pikirkan pada waktu itu ketika kamu datang ke keluarga kami untuk Ruhi, ibu sudah mengatakan padamu kan kalau kamu harus bisa menjadi seekor harimau betina untuk bertarung dengan Shagun karena dia itu bagaikan seekor ular, waktu itu kamu sudah bertarung dengannya untuk Ruhi dan hari ini untuk ibumu, jangan biarkan dia menang” ujar nyonya Bhalla, nyonya Kaur menemui mereka dan nyonya Bhalla langsung menunjukkan Shagun ke nyonya Kaur, nyonya Bhalla lalu menyindir Shagun dan merasa senang karena Amma bisa selamat, Amma terkejut begitu melihat cinta dan rasa hormat nyonya Bhalla padanya, padahal biasanya mereka berdua selalu bertengkar satu sama lain, nyonya Kaur meminta mereka untuk tenang sedangkan Ishita hanya terdiam sambil memperhatikan mereka SINOPSIS MOHABBATEIN episode 181 by. Sally Diandra