SINOPSIS MOHABBATEIN episode 163 by. Sally Diandra
Dirumah keluarga Bhalla Simmi sedang menyajikan teh untuk ayahnya “Ayah sedang membaca sebuah berita yang terpanas saat ini”, “Apa itu, ayah ?” tanya Simmi penasaran “Polisi memperingati masyarakat tentang pembunuhan berantai yang telah melakukan pembunuhan dengan menggunakan obeng, polisi sedang mencarinya dan dia menggunakan sebuah topeng wajah yang tersenyum” ujar tuan Bhalla “Makanya Simmi, kamu itu jangan pergi kemana mana, jangan bawa mobilnya Raman juga”, “Ada apa ini, bu ?” tanya Simmi menimpali ucapan ibunya “Dia itu menyerang wanita yang cantik”, “Kalau begitu ibu tidak boleh pergi” Romi menyela ucapan ayahnya “Ibu ini juga cemas karena ibu terlihat 15 atau 20 tahun lebih muda kan ?”, “Itu artinya ibu dan kak Simmi tidak boleh pergi keluar” sahut Romi lagi “Jangan lupa beritahu Ishita juga tapi dimana Ishita dan Raman ?” tanya nyonya Bhalla
Dikamar Raman, Ishita sedang membangunkan Raman “Raman, ayoooo bangun, kamu harus pergi check up”, “Berikan aku 2 menit” ujar Raman malas “Ayooo banguun, hari ini test darahmu, kamu nanti akan terlambat lalu kamu tidak bisa pergi kemudian kamu berteriak padaku” namun Raman tetap terdiam “Baiklah aku akan gunakan jarum suntik ini dan mengambil darahmu dengan suntikan, agar bisa digunakan sebagai contoh untuk testnya nanti” Raman mendengarnya dan langsung menyindir Ishita “Oooo ideku ternyata berhasil” ujar Ishita senang, kemudian Ishita menyapa semua orang “Selamat pagi semuanya, Raman sedang bersiap siap saat ini”
Tak lama kemudian Raman keluar dari kamarnya “Raman, ibu membuatkan makanan favouritemu”, “Ibu, maaf ,,, saat ini Raman belum bisa makan dulu karena dia harus pergi untuk checkup ke rumah sakit” sela Ishita “Apakah ayah boleh menemani kamu, Raman ?”, “Tidak, tidak usah, ayah ,,, Ishita akan menemani aku nanti, kebetulan kami harus menjemput Ruhi” sahut Raman “Kakak, kenapa kakak mengajak kakak ipar ? Apakah benar untuk Ruhi atau untuk memegang tangannya saat kakak disuntik ?” semua orang tertawa senang mendengar lelucon Romi
Sementara itu dirumah keluarga Iyer, Appa mengabarkan pada semua orang tentang berita pembunuhan berantai “Mihika, hati hati dijalan dan jangan pergi sendirian”, “Apakah kamu ini akan pulang terlambat ?” sela Amma “Aku akan menonjoknya dan dia pasti akan jatuh, iyaa aku akan hati hati, selamat tinggal semuanya” saat itu nyonya Bhalla memasuki rumah mereka dan menghentikan langkah Mihika “Aku datang untuk mengamankan diri kita sendiri” nyonya Bhalla memberitahu tentang pembunuhan berantai itu “Iyaaa, kita semua juga sedang membicarakan dia”, “Aku telah membawa semuanya, lihat semprotan merica ini yang bisa aku gunakan pada penyerang itu” Mihika menyela ucapan nyonya Bhalla “Woow ,,, sangat cool”, “Kamu harus hati hati, Mihika ,,, ini ambil satu untukmu dan berikan satunya untuk kakakmu Vandita, sisanya untukku, Ishita dan Simmi” ujar nyonya Bhalla
“Lalu bagaimana dengan aku ?”, “Heeeiiii ,,, dia hanya menyerang wanita yang cantik, jika dia melihat kamu maka dia yang akan mendapat serangan” Amma dan nyonya Bhalla kembali saling berdebat satu sama lain sambil saling menyindir “Aku mempunyai dua semprotan untukku sendiri karena aku terlihat lebih kurus dengan turunnya berat badanku”, “Di bagian mana ?” nyonya Bhalla lalu menunjukkan bagian tubuhnya “Disini, disini dan disni”Mihika lalu menghentikan pembicaraan mereka dengan berkata “Bibi, sepertinya Simmi memanggilmu” nyonya Bhalla pun pergi dari sana
“Lalu bagaimana dengan aku ?”, “Heeeiiii ,,, dia hanya menyerang wanita yang cantik, jika dia melihat kamu maka dia yang akan mendapat serangan” Amma dan nyonya Bhalla kembali saling berdebat satu sama lain sambil saling menyindir “Aku mempunyai dua semprotan untukku sendiri karena aku terlihat lebih kurus dengan turunnya berat badanku”, “Di bagian mana ?” nyonya Bhalla lalu menunjukkan bagian tubuhnya “Disini, disini dan disni”Mihika lalu menghentikan pembicaraan mereka dengan berkata “Bibi, sepertinya Simmi memanggilmu” nyonya Bhalla pun pergi dari sana
Dirumah sakit, Raman sedang ngobrol dengan dirinya sendiri “Jika ada seorang suami yang memiliki seorang istri yang bisa mengambil darahnya, maka pasti tidak akan ada tubuh yang tersisa” saat itu Shagun datang kerumah sakit dan melihat Raman bersama Ishita “Kamu sudah disini rupanya, aku tidak tahu kalau kamu sudah datang”, “Raman mempunyai sebuah pekerjaan” ujar Shagun ketus “Mereka membutuhkan tanda tangan kami berdua”, “Baiklah, aku lupa, kamu pergilah untuk keperluannya Adi disini, aku sudah mengisi formulirnya, kamu tinggal tanda tangan disini saja” Raman kemudian menandatangani formulir itu “Buat apa ini ? Apakah kamu baik baik saja ?” Raman mengangguk “Aku baik baik saja, Ishita menyarankan aku untuk melakukan check up komplit” ujar Raman senang,
Saat itu rupanya Vandu juga berada di rumah sakit yang sama dan sedang menelfon Ishita “Ishita, aku akan sangat sibuk di tempat kerjaku, tolong jemput Shravan yaaa, aku akan datang setelah jam kuliah selesai untuk menjemputnya”, “Baiklah, aku akan menjemputnya nanti” setelah selesai mematikan telfonnya, Vandu melewati Ishita namun mereka berdua tidak saling melihat, sedangkan
Raman sedang dipersiapkan untuk pengambilan darahnya, Raman sedikit tegang, Ishita datang menghampirinya “Kamu ini darimana saja, aku sudah menunggu kamu dari tadi” ujar Raman cemas “Tenang, santai saja, aku sudah datang” hibur Ishita “Tekanan darahnya normal dan tuan Raman juga sudah siap” ujar dokter yang hendak mengambil darah “Dokter, kenapa kamu tidak melakukan hal seperti ini dengan tehnologi yang baru, kenapa kamu membutuhkan suntikan yang besar ?” tanya Raman cemas
“Seorang anak kecil datang kemari dan mengambilnya, tuan Raman ,,, jangan takut”, “Aku tidak punya masalah dengan suntikannya tapi jarumnya itu lhooo” tepat pada saat itu Shagun masuk ke ruangan itu juga “Rupanya Raman masih takut dengan jarum suntik sampai aku memegang tangannya, dia tidak terbiasa dengan hal itu”, “Drama seperti itu tidak akan terjadi, aku tidak takut, dokter ayooo lakukan !” pinta Raman, Raman kemudian menahan sakit ditangannya sambil memegang tangan Ishita erat, Ishita menutup mata Raman, Shagun sangat cemburu melihat mereka berdua, Raman melihat Ishita menangis haru kemudian Raman melepaskan tangannya “Lihat kan sudah selesai dengan mudah”, “Aku tidak takut” ujar Raman dengan gayanya yang sombong “Raman, terima kasih untuk tanda tangan surat Adi” sela Shagun,
Sementara itu dokter mangatakan pada Vandu “Kabar baik untuk anda, nyonya ,,, karena hasil akuratnya akan bisa diambil sore ini” ujar dokter, sedangkan Raman meminta pada Shagun untuk selalu mengabarinya kalau ada keperluan untuk Adi “Kalau telfonnya sibuk, kamu bisa menelfon aku, Shagun ,,, nanti akan aku sampaikan ke Raman”, “Kenapa ?” tanya Shagun kesal, Raman malah memuji Ishita “Meskipun aku sibuk, aku selalu mengangkat telfon darinya”, “Tentu saja” kemudian Shagun pamit dan berlalu dari sana, Ishita tersenyum sambil melirik ke arah Raman “Apa ?”, “Sepertinya mudah juga untukmu bersikap sopan, ada baiknya juga kalau kita bicara dan menyelesaikan permasalahan kita, lalu kenapa harus menyindir ? Rasanya menyenangkan juga melihat Raman bicara seperti ini, sangat manis” puji Ishita
“Jadi kamu melihat Ram Kumar dalam diri Ravan Kumar ? Apakah kamu mulai jatuh cinta padaku ?” tanya Raman dengan senyum nakalnya, Ishita tertegun dengan pertanyaan Raman “Apa ?” tanya Ishita sambil tertawa geli “Bukan seperti itu, Raman ,,, hatiku dan pikiranku berada ditempat yang benar”, “Aku setuju, tapi kenapa tadi kamu menangis ketika aku merasa kesakitan dengan jarum suntik ?” Ishita tersenyum “Karena kamu memegang tanganku sangat erat, itulah mengapa aku menangis”, “Apakah ketika aku merasa menderita lalu kamu juga merasa terluka ?” Ishita menggeleng “Bukan, jangan mengartikannya seperti itu, Raman”, “Tidak, Ishita ,,, seperti orang orang yang katakan, ketika perasaan cinta terjadi diantara dua jiwa, yaitu pada saat yang satu merasa menderita dan yang lainnya juga bisa merasakannya” Ishita tertegun
“Ngomong ngomong pembicaraan apa ini ? Sepertinya ini ada didalam buku dan tidak cocok sama sekali sama kamu” sindir Ishita, sedangkan Raman hanya tersenyum “Aku menulisnya sendiri, aku tidak membutuhkan penulis seperti kamu”, “Iyaa, aku harus memikirkannya” balas Ishita “Aku hanya sedang berfikir kalau aku bisa menghadapi kamu, kenapa jarum yang sekecil itu tidak bisa ?” Ishita merasa geram dan hendak meninju Raman dengan bahasa tubuhnya, sedangkan Raman nampak santai “Ayooo kita pulang lalu kamu bisa meninjuku sepuasnya, kita harus pergi dan menjemput Ruhi” mereka berdua kemudian pergi bersama, ketika Ishita masuk ke dalam lift, nampak sekilas dilihatnya Vandu juga ada dirumah sakit itu “Apakah kak Vandu baik baik saja, apa yang dilakukannya disini ?” bathin Ishita heran
Ruhi dan Shravan akhirnya sampai juga dirumah, Ruhi langsung memeluk nyonya Bhalla, Shravan juga memeluknya “Ini adalah perjalananku yang terbaik”, “Aku juga !” Shravan menimpali ucapan Ruhi, Raman dan Ishita hanya melihat ke arah mereka sambil tersenyum, Ruhi dan Shravan kemudian saling bercerita tentang apa yang mereka lakukan di kemah musim panas tersebut, Raman kemudian memanggil Ruhi “Ruhi, kemarilah, apakah kamu merindukan ayah ?”, “Iya, ayah ,,, aku sangat merindukan ayah, tapi kami sangat menikmati semua acaranya disana, kami juga memotret banyak hal disana” oceh Ruhi polos “Coba mana tunjukkan ?” Ruhi kemudian menunjukkan foto fotonya dan bunga
“Lalu apa yang kamu bawa untuk ayah ?”, “Apakah ayah mau pake bunga mawar ?” semua tertawa mendengarnya “Paman, aku membawakan sesuatu untukmu” sela Shravan, saat itu Vandu menelfon Ishita dan bertanya tentang Shravan “Iyaa, Shravan sudah dirumah saat ini bareng Ruhi ,,, kakak, akuu ingin bertanya padamu”, “Nanti saja, Ishita ,,, aku sangat sibuk dikampus, aku akan datang jam 4 sore nanti, jangan lupa suruh Shravan untuk makan ya” ujar Vandu buru buru “Baiklah” dalam hati Ishita berfikir “Kenapa kak Vandu bohong padaku ?” bathin Ishita SINOPSIS MOHABBATEIN episode 164 by. Sally Diandra