SINOPSIS MOHABBATEIN episode 116 by. Sally Diandra
Di Mumbai, Raman sedang merawat Adi kemudian menelfon Ishita untuk bertanya tentang keadaan Ruhi “Ruhi baik baik saja, dia sudah tidur sekarang”, “Apakah terjadi sesuatu disana ?” tanya Raman cemas “Tidak, semuanya baik baik saja”, “Lalu bagaimana dengan ayah dan ibumu ?” tanya Raman lagi “Aku belum bertemu dengan mereka seharian ini” Raman kemudian berkata tentang Rasam buatan Amma yang enak, ucapan Raman juga sangat lembut dan manis, membuat Ishita tersenyum, sedangkan Shagun yang mendengar pembicaraan Raman dan Ishita, merasa cemburu “Apakah kamu sudah langsing ?” Raman mulai menggoda Ishita “Apakah ada orang yang menjadi kurus dalam satu hari ? aneh kamu ini ! Oh iya wawancaranya Ruhi berhasil dengan baik” ujar Ishita senang,
Sementara Shagun bertanya tanya “Sejak kapan Raman belajar bicara sangat banyak seperti itu ?” Raman masih ngobrol dengan Ishita “Kamu terlihat cantik dengan gaun hijau itu dan tidak terlihat kuno” Ishita sangat senang bisa ngobrol seperti ini sama Raman ditelfon “Apa yang aku katakan ini benar” mereka berdua ngobrol cukup lama “Oh iya, aku tadi ketemu dengan teman lamaku, aku menceritakan tentang kamu padanya, kalau kamu itu wanita yang kuat, mandiri dan aku rasa semua orang seharusnya belajar banyak dari kamu” Raman rupanya sengaja membuat Shagun cemburu “Ishita, halloooo ,,,,” rupanya diujung sana Ishita sudah tertidur “Kedengarannya dia sudah tertidur, mungkin dia sangat lelah karena sudah merawat Ruhi seharian” ujar Raman pada dirinya sendiri,
Saat itu Adi terbangun dan memanggil ibunya, Raman bergegas memberinya segelas air putih “Ayah, ayah masih ada disini ?” Raman mengangguk “Tadi dokter mengatakan pada ayah kalau ayah harus menemani kamu sepanjang malam, jadi ayah disini”, “Sekarang ayah bisa pergi, aku baik baik saja” ujar Aditya, akhirnya Raman membangunkan Shagun “Shagun, Adi sudah membaik, aku akan kembali ke kamarku” kemudian Raman berlalu dari sana
Mihir mendapat telfon dari Raman “Mihir, coba kamu cari tahu tentang keadaan Ishita, sepertinya Ishita sedang mengkhawatirkan sesuatu, kami berdua ngobrol sepanjang malam dan sikapnya terdengar aneh, dia tidak mengatakan apapun padaku”, “Jangan khawatir, Raman ,,, aku akan mencari tahu, jujur aku sangat senang akhirnya kamu khawatir padanya, atau mungkin kamu merindukan dirinya ?” Mihir mencoba menggoda, sementara dirumah keluarga Bhalla, pagi itu Ishita melihat Parmeet sedang duduk di meja makan “Ishita, ayoo sarapan pagin bareng kami” ajak tuan Bhalla “Tidak, terima kasih, ayah ,,, aku mau minum kopi saja”, “Ya sudah duduk disini bareng kami” pinta tuan Bhalla lagi, Ishita melirik ke arah Parmeet dengan perasaan kesal, kemudian duduk disana menikmati sarapan pagi, mata jalang Parmeet pun tidak lepas menatap kearah Ishita,
Ruhi kemudian menemui Ishita “Ibu Ishi, antar aku ke sekolah ya ?”, “Biar kakek saja yang mengantar Ruhi kesekolah” akhirnya Ruhi berangkat kesekolah bersama kakeknya
Simmi sangat marah pada Ishita dan meminta ibunya untuk mengusir Ishita, nyonya Bhalla lalu menyuruh Parmeet untuk sarapan “Aku sedang tidak berselera untuk makan, ibu” melihat suaminya seperti itu Simmi menyindir Ishita, tepat pada saat itu Mihir datang ke rumah keluarga Bhalla untuk mencari permasalahan disana “Ishita, aku membawakan puri yang masih hangat untuk kamu”, “Aku tidak lapar, Mihir” ujar Ishita malas “Ayoolahh, cobalah satu saja” pinta Mihir, nyonya Bhalla dan Simmi menatap marah kearah Ishita lalu berlalu dari sana,
Mihir bisa mengerti kalau ternyata memang terjadi sesuatu dirumah tersebut “Ishita, ada apa ? Apakah semuanya baik baik saja ?”, “Iya, semuanya baik baik saja” Ishita berusaha menutupinya “Raman berusaha menelfon kamu”, “Maaf, Mihir ,,, aku harus pergi ke klinik” Ishita menyela ucapan Mihir, Mihir bisa merasakan kalau Ishita sedang bersedih, kemudian Mihir bertanya pada nyonya Bhalla tentang hal tersebut “Raman tadi menelfonku dan dia merasa gelisah” nyonya Bhalla hanya diam “Ya sudah telfon aku jika ada apa apa” Mihir kemudian mengambil file dokumennya dan pergi dari sana
Nyonya Bhalla sangat marah sambil berkata “Rupanya Ishita sudah bilang ke Raman, akan aku kasih pelajaran dia !” nyonya Bhalla langsung menemui Ishita dan menegurnya dengan keras karena telah mengatakan pada Raman semuanya “Aku peringatkan padamu, Ishita ! Jangan sampai kamu merusak hubungan Raman dan Parmeet atau aku tidak akan membiarkan kamu ! Dia itu kakaknya Simmi, jadi hati hati kamu !”, “Ibu, aku tidak mengatakan apa apa sama Raman” Ishita membela diri “Tapi Raman telah curiga dan dia mengirimkan Mihir kesini”, “Aku tidak mengatakan apa apa padanya, ibu ,,, aku hanya mengatakan pada ibu tapi ibu tidak percaya padaku” nyonya Bhalla semakin meradang “Kamu itu bohong ! Hentikan sandiwara ini dan jangan buat hidup Simmi seperti di neraka !” bentak nyonya Bhalla kemudian berlalu meninggalkan Ishita, sedangkan Ishita semakin sedih “Pada siapa aku harus menceritakan permasalahan ini ?” ujar Ishita cemas
Ketika Mihir mendapat telfon dari Trisha, Mihir melihat Ishita pergi dengan wajah penuh kekesalan, Trisha yang saat itu melihat Mihir dibawah mencoba bertanya pada Mihir “Aku sedang berada dikantor, Trisha”, “Kamu bohong ! Ayoo sini temui aku sekarang ! Aku sedang membuat Sambar untuk pertama kalinya, aku ingin kamu mencicipinya” Trisha bersikeras meminta Mihir untuk datang, akhirnya Mihir menemui Trisha “Kamu tahu, Mihir ,,, Mihika yang mengajari aku” dari dalam Mihika mendengar pembicaraan mereka, Mihir lalu membentak Trisha “Trisha, bagaimana kamu ini ? Apakah kamu memasukan air kedalam panci presto ?”, “Tidak ! Mihika tidak mengatakan padaku” ujar Trisha bingung, Mihir segera berlari kearah mereka dan menjauhkan Mihika dari panci tersebut, Mihir lalu menegur Mihika “Mihir, ini bukan kesalahan Mihika tapi terima kasih karena kamu telah menyelamatkan nyawa Mihika” ujar Trisha “Kenapa kamu menyelamatkan aku, Mihir ?” tanya Mihika heran
Di rumah keluarga Bhalla, Ishita meminta Ruhi untuk bermain dulu bersama Mutu, karena Ishita akan pulang terlambat nanti, Ishita juga mengatakan pada nyonya Bhalla untuk mengecek ponselnya, nyonya Bhalla bersikap kasar pada Ishita, tak lama kemudian Ishita datang ke klinik, Sarika kaget begitu melihat Ishita dan memintanya untuk pulang ke rumah, kebetulan Vandu datang untuk menemui Ishita dikliniknya “Ishita, kenapa kamu memanggilku ? Kebetulan ayah dan ibu akan makan malam dan aku mau membeli beberapa sayuran jadi aku mampir kesini”, “Sebenarnya aku ingin ngobrol denganmu, kak” Vandu merasa heran “Temanku di perlakukan dengan tidak sopan oleh seorang laki laki dirumahnya sendiri, laki laki itu mencoba menyentuhnya dan mendekatinya, pria itu juga ingin bertemu dengannya sendirian dan menatap kearahnya dengan tatapan yang sangat liar” Vandu mencoba menyimak
“Dan perlakuan tidak sopan ini semakin menjadi jadi, temanku itu tidak tahu apa yang harus diperbuatnya karena para wanita yang tinggal bersamanya disana tidak percaya pada dirinya”, “Semua perempuan tidak terima diperlakukan seperti ini, katakan padanya kalau dia harus menceritakannya pada keluarganya” sahut Vandu “Dia belum mengatakan pada suaminya”, “Tapi pria ini bisa berbuat seperti ini pada orang lain juga, temanmu itu tidak boleh mentoleransi perbuatan semacam ini” Vandu mulai ikut kesal “Apakah aku bisa ketemu dengan temanmu itu ?” Ishita menggeleng
“Tidak bisa, kak ,,, aku akan bicara padanya, terima kasih untuk nasehatmu, aku janji aku tidak akan membiarkan laki laki itu melakukan tindakan yang memalukan” saat itu Vandu mendapat telfon dari Shravan kemudian setelah selesai menelfon, Vandu berkata “Aku harus pulang, katakan padaku kalau ada masalah yang lain” Ishita menggeleng lalu memeluk kakaknya “Terima kasih untuk kedatanganmu, kak” Vandu kemudian berlalu dari sana,
Sarika lalu menemui Ishita sambil membawa kunci “Dokter Ishita, maafkan aku, aku tadi mendengar semua pembicaraan kalian berdua” Ishita merasa kesal “Aku tahu kalau kamu membicarakan tentang dirimu sendiri, bukan temanmu, benar kan ? Aku tahu kalau kamu sedang mencemaskan perbuatan Parmeet padamu” Ishita kaget SINOPSIS MOHABBATEIN episode 117 by. Sally Diandra