Sinopsis Ashoka Samrat episode 292 (9 Maret 2016) by. Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 292 (9 Maret 2016) by. Kusuma Rasmana Di sebuah ruangan di dalam istana Magadha, Pattaliputra, Drupada sedang berdiri sambil memikirkan sesuatu. Ashoka datang ke tempat itu untuk menemuinya. Ashoka berterima kasih kepada Drupada karena telah membantunya menenangkan samrat. Ashoka bertanya, "apa yang kau lakukan disini malam-malam begini?". Drupada menjawab, "ini tidak adil, mengapa aku tidak boleh berada disini padahal kakak Siamak baru saja dari sini". Ashoka terkejut mendengar perkataan Drupada. Drupada menceritakan bahwa dia melihat Siamak dari sini. "Dia terlihat khawatir atau takut akan sesuatu. Aku tidak mengerti bagaimana dia bisa keluar dari kamar ini, padahal tidak ada pintu masuk dari arah sini", kata Drupada. Mendengar keterangan itu, Ashoka memutar otaknya, berpikir menghubungkan hal yang sedang dihadapi. Dia lalu minta Drupada pergi dan kembali ke tempat itu bersama prajurit secepatnya. Drupada pergi menuruti permintaan Ashoka. Ashoka mencoba masuk ke ruangan yang dimaksud Drupada namun dia tidak menemukan pintu masuk. Dia mendengar suara seseorang yang berteriak dengan keras, teriakan dan geliatan kesakitan. Ashoka berusaha mencari jalan masuk, karena yakin ada pintu ke dalam kamar itu. Saat melihat ada lemari dengan tumpukan beberapa buku yang dibungkus, dia pun menggeser lemari itu kesamping dan ternyata sekaligus bisa membuka pintu rahasia. 

Ashoka terkejut saat melihat ke dalam ruangan rahasia yang sudah terbuka itu. Tampak Kasturi yang terkapar tak berdaya karena kesakitan. Mahamatya, Charumitra, Helena dan Sushima keluar dari ruang rahasia itu melalui jalan lain. Mereka semua bergembira karena menganggap Kasturi sudah mati. Namun Mahamatya kemudian berkata, "Aku merasakan ada seseorang masuk ke dalam lewat pintu yang kita masuki". Sushima menjawab, "kekawatiranmu berlebihan, Khalatak. Tak seorang pun tahu jalan rahasia itu". Ashoka melihat Kasturi yang sedang sekarat menjelang ajalnya. "Apa yang terjadi padamu, Kasturi?, katakan, ayo katakan!", tanya Ashoka. Kasturi dengan nafas tersengal berguman tentang kematian Acharya Chanakya. "Ayo katakan, Kasturi!, siapa?", tanya Ashoka. Dengan nafas terputus-putus, Kasturi berguman, "Pangeran...pangeran Ss...", kata Kasturi terputus seiring tarikan nafasnya berhenti. Dia meninggal dengan mata terbuka, sementara Ashoka berteriak memanggil namanya. Drupada datahg ke tempat itu bersama beberapa prajurit. 

Ashoka melihat seekor ular keluar dari karung dekat kaki Kasturi. Dia minta Drupada agar diam di tempatnya karena ular itu melata mendekati Drupada dan mulai melingkar tubuhnya dan mengembangkan capingnya siap mematuk . Drupada tampak ketakutan melihat ular itu memperdengarkan desisannya. Ashoka minta agar Drupada percaya kepadanya. "Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi kepadamu", kata Ashoka. Ashoka mengangkat ular itu dan melemparkannya keluar kamar dengan pedangnya dan melegakan Drupada dari ketakutan. Drupada yang sudah reda dari ketakutan berkata, "apakah Siamak terlihat ketakutan karena ular ini?". Ashoka tidak menjawab, namun dia lalu menyuruh Drupada agar kembali ke kamarnya dengan ditemani 2 prajurit. Seorang prajurit memberikan sesuatu kepada Ashoka berupa pakaian yang berlumuran darah kering (yang mungkin milik Chanakya) dan beberapa belati juga berlumuran darah yang sudah mengering. Ashoka terpukul dan sedih memikirkan kematian Kasturi yang pasti terkait dengan kematian gurunya, Acharya Chanakya, namun dia juga marah atas cerita Drupada yang mengatakan melihat Siamak keluar dari ruangan itu. 

Di ruangan itu sudah berkumpul Helena, Siamak, Mahamatya, Charumitra dan Sushima. Siamak sangat gembira karena kisah Kasturi akhirnya berakhir. "Dia sudah pergi menuju tempat guru favoritnya (Chanakya)", kata Siamak tersenyum lalu tertawa. Semua orang disitu ikut tertawa mendengar Siamak. Helena akan pergi ketika Ashoka masuk ke ruangan itu. Ashoka terlihat marah dengan keberadaan mereka yang berkumpul. Ashoka memandang semua mata yang hadir satu per satu. "Aneh, ini adalah kedua kalinya setelah kematian seseorang di istana ini, aku melihat kalian semua berkumpul seperti merayakan sesuatu", kata Ashoka. Helena berpura-pura terkejut. "Siapa yang mati?", tanyanya. Ashoka minta Siamak menjawabnya namun Siamak berlagak tidak tahu apa-apa. Ashoka menyebut nama Kasturi. "Dia mati di ruangan rahasia, yang mana Drupada melihat kau keluar dari ruangan itu", kata Ashoka. "Katakan apa yang kau tahu tentang pembunuh Chanakya?", tanya Ashoka ketus kepada Siamak. Siamak agak gugup mencoba mengatakan alasan dia berada di tempat itu. Atas isyarat Helena, Charumitra pergi dari ruangan itu. Helena bertanya, "apa yang sebenarnya kau ingin katakan? Apa kau kehilangan ingatanmu setelah menjadi putra mahkota?". Mahamatya minta Ashoka mengatakan apa yang sebenarnya dia lihat. 

Di ruang pribadi samrat, Dharma sedang berbicara dengan Bindushara. "Ashoka melakukan hal itu bila sedang marah", kata Dharma. Dharma bermaksud menyuapi Bindushara makanan ketika Charumitra datang ke sana. Charumitra mengadu kepada Samrat, "Ashoka memukul Siamak karena marah". Bindushara dan Dharma kaget mendengarnya. Mereka semua segera keluar ruangan itu untuk melihat apa yang terjadi. 

Di ruangan Charumitra, Ashoka tidak percaya kalau semua ini disebut hanya kebetulan. "Di hari ketika aku mencari Kasturi, tiba-tiba seseorang membunuhnya. Siamak terlihat keluar dari tempat aku menemukan Kasturi", kata Ashoka. Siamak hanya diam mendengar kata-kata Ashoka. Helena minta Ashoka agar tidak menuduh Siamak atas apa yang dilakukan ibunya. Siamak dengan marah berkata, "Ya, ibuku menjadi pengkhianat karena ibu dari Ashokalah penyebabnya. Kalian berdua (Dharma dan Ashoka) telah merebut semua kebahagiaan kami sejak kalian datang ke dalam kehidupan kami. Kakak Sushima benar, ayah telah membuat Dassi (seorang pelayan) menjadi Rani dan Ashoka inilah hasilnya". Ashoka marah mendengar kata-kata Siamak. Dia menampar Siamak hingga roboh terjengkang. Bindushara, Dharma dan Charumitra yang baru tiba kaget melihatnya. Bindushara berteriak marah, "Ashokaa!". Ashoka pun kaget atas kehadiran ayah dan ibunya yang tiba-tiba. Mereka semua membantu Siamak berdiri. Sushima tersenyum menyindir dan berkata, "lihatlah Ayah, lihatlah! Ashoka memukul saudara mudanya (Siamak). Tidakkah ayah merasa malu?". "Dan kau menjadi arogan setelah menjadi putra mahkota. Jangan lupa, bahkan seorang samrat tidak bisa menganiaya orang tanpa alasan", kata Sushima kepada Ashoka. 

Bindushara yang marah berkata, "aku sungguh tidak percaya, kemenangan di Takhsashila akan mempengaruhimu seperti ini. Kau telah banyak berjanji kepadaku beberapa saat lalu dan sekarang kau melupakan semua itu?". Ashoka menjawab dengan marah dan sedih, matanya penuh airmata. "Banyak hal terjadi dalam waktu sesaat ini, yang ayah tidak tahu", kata Ashoka, "Aku telah memberitahu ayah bahwa aku sedang mencoba menyelidiki siapa penjahat yang embunuh Chanakya. Sebelum aku bisa menemukan Kasturi, pembunuh itu malah membunuh Kasturi juga di dalam istana. Padahal pengamanan sangat ketat, namun ini bisa terjadi". Bindushara dan Dharma terkejut mendengar penjelasan Ashoka. 

Di sebuah ruangan di istana, Acharya Radhagupta mengecek tubuh Kasturi. Hadir di tempat itu Samrat, Dharma, Ashoka, Sushima, Charumitra, Helena, Khalatak dan Siamak. "Dia meninggal karena racun ular. Dia rupanya telah dikurung beberapa waktu di kamar itu", kata Radhagupta. Dharma berkata dengan sedih, "aku sangat khawatir karena Kasturi tidak terlihat beberapa hari sejak aku kembali dari Takhsashila". Semua menoleh kepada Dharma. Ashoka berkata kepada Samrat bahwa dia dan ibunya tidak bisa melaporkan kepada Samrat bahwa ada orang istana yang terlibat dalam pembunuhan Chanakya. Siamak bertanya, "lalu mengapa kau menuduhku terlibat atas hal itu?". Ashoka berusaha menjelaskan, "aku tidak menuduhmu. Aku hanya bertanya apakah kau tahu sesuatu tentang pembunuhan Chanakya itu?". Radhagupta berdiri dan minta Siamak bicara bila dia memang mengetahui sesuatu. 

Siamak berbohong bahwa dia datang dari kamar itu untuk mengambil buku. Sushima malah (tepatnya berpura-pura) mencurigai Ashoka didepan semua yang hadir. "Mengapa hanya kau mendapat semua petunjuk itu? Bisa jadi kau sendiri melakukan semua ini lalu menuduh kami semua. Mungkin kau sendiri yang membunuh gurumu untuk mendapatkan tahta!", kata Sushima. Ashoka dengan marah berteriak,"Kakak! Beraninya kau menuduh aku melakukan seperti itu!", dia maju mendekati Sushima, namun Samrat menghalangi. Sushima berkata, "apakah cuma kau yang bisa menuduh kami?". Ashoka bertambah meledak, dia hendak mencengkram leher Sushima, namun Bindushara yang marah melihat pertengkaran itu menarik lengan Ashoka. "Jika kalian terus menerus bertengkar seperti ini maka bagaimana kau menyelamatkan diri bila musuh menyerang?", kata Samrat sengit memarahi kedua putranya. 

"Disini ada orang yang mengorbankan hidupnya demi impian mempersatukan India. Aku tidak perlu ragu lagi sekarang bahwa siapapun yang melakukan ini, pasti ada kaitan dengan salah satu keluarga kerajaan. Karena hanya orang itu yang bisa mengetahui jalan rahasia ini, dia yang mengetahui semua sudut istana dengan baik. Aku akan menyelidiki orang itu dengan segala cara sekarang!", kata Samrat kepada semua yang hadir. Radhagupta berkata,"Samrat, ini mungkin bukan hanya perbuatan satu orang!". Radhagupta menunjukkan sepotong pakaian dan beberapa belati yang berisi darah mengering. Bindushara tidak keberatan dengan bukti itu. "Aku akan menemukan mereka semua. 

Para pembunuh Chanakya masih bebas, ini hal memalukan bagiku dan bagi Magadha", kata Bindushara lagi. Samrat memerintahkan kepada Mahamatya agar mengumumkan siapa pun yang bisa memberi informasi kepada samrat tentang kematian Chanakya akan di hadiahkan sejumlah uang. Samrat juga meminta Radhagupta agar mengerahkan kembali semua mata-matanya. "Aku akan menghukum si pengkhianat itu dengan tanganku sendiri", kata Samrat lalu meninggalkan ruangan itu diikuti oleh Rani Dharma. Sepeninggal samrat, Ashoka melirik pada Sushima dengan marah, Radhagupta secepatnya menenangkannya dan membawa dia keluar dari ruangan itu. 

Di ruang pribadi Samrat, Bindushara bertanya kepada Dharma, "mengapa kau tidak melaporkan hal ini sebelumnya? Aku mungkin bisa melakukan sesuatu". Dharma mendekati samrat dan meminta maaf kepadanya. "Aku sangat khawatir kepada Ashoka. Aku telah diperingatkan, bila aku sampai bercerita kepada siapapun maka mereka akan membunuh putraku", kata Dharma. Samrat menghibur Dharma dengan memegang bahunya. Dia meyakinkan Dharma bahwa tidak ada yang akan menyakitinya dan Ashoka selama dia masih hidup. Dharma juga meminta maaf kepada Samrat atas nama Ashoka. Bindushara berkata, "Aku mengerti kedekatan dia dengan Acharya, namun dia harus belajar mengendalikan amarahnya dulu. Cara dan prilakunya tidak baik. Warga kerajaan hanya melihat tindakan yang dilakukan dan bukan dari motif dari tindakan itu". Dharma menjawab, "Ashoka belum tahu cara berprilaku bangsawan dan mengikuti tatacaranya. Mohon Anda bisa menuntunnya agar menjadi lebih baik". Bindushara setuju, "aku juga belum meluangkan banyak waktu dengan Ashoka, aku tentu akan mengajarkannya. Aku tahu dimana dia sekarang". 

Di ruangan lain, disana ada Charumitra dan sekutunya yang merasa resah dengan keputusan Samrat yang mulai menyelidiki pembunuh Acharya Chanakya. Helena sangat kesal karena tak seorang pun mendengarkan kata-katanya. "Aku sudah bilang kepada kalian untuk membunuh Kasturi". Charumitra bertanya, "lalu mengapa bukan ibu suri sendiri yang membunuhnya?". Mereka semua lalu saling berteriak dan saling menyalahkan. Mahamatya marah dan memperingatkan mereka apa yang dikatakan Bindushara baru saja. "Bagaimana kalian akan bertarung melawan musuh, bila kalian malah bertarung diantara kalian sendiri?", tanya Mahamatya. 

Di ruangan Chanakya, Ashoka duduk dekat terompah Chanakya, dia terkenang kembali saat-saat kematian Chanakya. Ashoka merebahkan kepalanya di terompah itu sambil menangis. "Aku tidak dapat menyelamatkanmu walaupun menjadi muridmu, aku juga belum bisa menghukum orang yang berkomplot membunuh anda", isaknya. 

Masih di ruangan tempat Charumitra dan sekutunya berkumpul, Siamak yakin bahwa Ashoka tengah mencurigainya. "Aku ingin tahu apakah Kasturi sempat mengatakan sesuatu kepada Ashoka sebelum ajalnya?", tanya Siamak. Helena berkata, "Ashoka akan langsung melapor kepada Samrat bila dia mencurigaimu". Sushima mengingatkan Siamak dan Helena agar jangan begitu takut. "Ketakutanmu bisa membuat kecurigaan Ashoka kepadamu semakin kuat". Helena tahu keputusan Bindushara bisa membuat seseorang akan mungkin berani melawan mereka demi hadiah uang . "Ada banyak Kasturi disini. Siapa yang harus kita bunuh?", tanya Helena. Charumitra yang sedang memikirkan sesuatu, berkata, "Aku memiliki sebuah rencana, namun kita akan harus menyerahkan diri sendiri secara total lebih dulu". Charumitra berkata sambil mendelik, membayangkan sosok berbahaya yang akan dimintakan bantuannya. 

CUPLIKAN: Charumitra menerangkan rencananya secara rahasia kepada semua sekutunya. Bindushara dan Dharma sedang tidur malam itu. Seseorang datang ke kamar itu sambil membawa belati. Dia menikam Bindushara. Acharya Radhagupta dan Ashoka di tempat terpisah terkejut setelah mengetahui sesuatu.Sinopsis Ashoka Samrat episode 293 by. Kusuma Rasmana
Bagikan :
Back To Top