SINOPSIS MAHAPUTRA episode 329 by. Sally Diandra

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 329 by. Sally Diandra Di kerajaan Bijolia, ketika Pratap hendak pergi meninggalkan Ajabde, Pratap butuh waktu yang cukup lama untuk membuat Chetak mengerti kalau Ajabde tidak bisa ikut bersama mereka pulang ke Mewar, di mata Chetak terlihat wajah Ajabde nampak sedih dan pergi dengan perasaan enggan bersama Pratap, sepeninggal Pratap, dengan rasa penasaran Ratu Hansa Bai bertanya “Ajabde, apa yang kalian bicarakan tadi ?”, “Ucapannya penuh dengan cinta, ibu ,,, dan aku bisa menghabiskan seluruh hidupku bersamanya” ujar Ajabde sambil memeluk erat ibunya dengan perasaan bahagia “Aku harus pergi, ibu ,,, dan berterima kasih pada Kanha untuk semua yang telah dia lakukan padaku” Ajabde segera berlari ke dalam istana, ditengah jalan Fatta mencoba berbicara sebentar dengan Ajabde namun Ajabde terus berlari dan tidak mempedulikan Fatta, Fatta benar benar terkejut dengan perubahan sikap kakak angkatnya ini “Apa yang terjadi padanya, Rani Ma ? Beberapa waktu yang lalu kakak sudah siap untuk bertarung dengan prajurit Afghanistan dengan segala kemungkinannya tapi sekarang dia adalah orang yang paling sensitif dan paling lembut di Bijolia” Ratu Hansa Bai hanya tersenyum mendengar ucapan Fatta, Ratu Hansa Bai berdoa semoga saja sikap putrinya akan tetap seperti ini saja karena Ratu Hansa Bai merasa kalau saat ini putrinya tidak perlu lagi menyembunyikan dirinya atau meniadakan kebenaran lagi sekarang. 

Di kerajaan Mughal, Agra, Akbar ingin sekali bisa mengalahkan Pratap “Kapan hari itu akan datang ?!” ujar Akbar lantang, tak lama kemudian Aliq Uli Khan menemui Akbar dan memberitahu tentang kematian Badshah Khan “Kepala Badshah Khan dipenggal, Yang Mulia” Akbar sudah tahu tentang pertarungan antara Badshah Khan dan Pratap, semua orang yang hadir disana terkejut, Ali Uli Khan juga menambahkan kalau Pratap telah bersumpah bahwa dirinya tidak akan membiarkan Akbar menguasai Mewar selamanya, Bhairam Khan berusaha untuk mengalihkan perhatian Akbar “Yang Mulia, ini ada sebuah hadiah yang dikirimkan oleh penguasa Arab, benda ini akan membantu kamu dalam mengalahkan Pratap “Dengan rasa hormat, aku meminta anda untuk melihatnya sekali saja” pinta Bhairam Khan, 

Pada saat yang bersamaan Raja Udai Sing dan Rawat Ji sedang berada di dekat danau “Rawat Ji, kita akan menemukan apa yang tidak beres yang terjadi dalam keamanan kita secepat mungkin karena kita akan segera sampai di Chittor, Bijolia berada di bawah ancaman tersebut dan bahkan kita tidak mengetahuinya, kita tidak tahu ketika Bijolia di serang oleh pasukan Afghanistan” Rawat Ji hanya diam mendengarkan ucapan Raja Udai Singh “Jika Pratap tidak berada disana maka mungkin saja kita akan kehilangan Bijolia untuk selama lamanya” Rawat Ji sangat senang ketika melihat Raja Udai Singh beraksi kembali dan mengambil alih situasi “Kamu keluar dari jati diri kamu yang sebenarnya setelah Maharani Jaiwanta meninggalkan kita” ujar Rawat Ji “Aku tahu kalau aku jadi tidak begitu tertarik pada hal apapun setelah Maharani Jaiwanta pergi, bagaimanapun juga hanya Maharani Jaiwanta yang bisa menginspirasi aku dalam merubah sikapku pada situasi yang seperti ini” Raja Udai Singh teringat ketika Ratu Jaiwanta selalu berkata padanya untuk mengikuti Raj dharmanya, saat itu mereka melihat Pratap sedang mengendarai kuda kearah mereka, Raja Udai Singh merencanakan sesuatu “Aku berencana untuk kembali menjadi Maharana Udai Singh yang lama, ayah dari pangeran Pratap lagi ! Selama ini aku telah bersamanya selama bertahun tahun tapi aku tidak bersikap seperti layaknya seorang ayah, mungkin dengan begitu apa yang dirindukan oleh orang orang Bijolia akan terjawab” ujar Raja Udai Singh “Pratap, aku dan seluruh Mewar sangat bangga padamu karena kamu telah membunuh Badshah Khan !” ujar Raja Udai Singh bangga “Aku tahu kalau Badshah Khan itu hanyalah sebuah pion ditangan orang Mughal, aku, aku tidak akan bisa duduk dengan tenang sampai aku menghabisi dia!” ujar Pratap geram 

Di kerajaan Mughal, Agra, Akbar datang untuk melihat hadiah yang diberikan oleh Raja dari Arab, yaitu seorang pria yang terlatih, saat itu Bhairam Khan menemaninya bersama beberapa wanita penghiburnya, mereka semua ingin pria itu bertarung, kemudian pria itu bertarung dengan semua orang yang berada disana sendirian, mereka melukai pria itu, pria asing itu menghargai mereka semua tapi dia tahu kalau mereka semua tidak cukup cocok dengan Pratap “Semua ini terlihat terlalu kekanak kanakan sekarang, ini tidak akan membantu” ujar pria itu “Kami telah membunuh tiga raja dan telah menulisnya pada sebuah halaman sejarah yang baru ! Lalu siapa orangnya yang kamu kira tidak cukup cocok ?” tanya salah seorang pria pada orang itu “Ketika aku lahir, ayahku memetik sebuah bunga Kasturi yang aroma wanginya menyebar kemana mana, beliau mengatakan padaku, sama seperti dengan aroma wangi bunga itu maka suatu hari nanti, tidak ada seorangpun yang akan bisa menghentikan kekuasaanku yang menyebar ke segera penjuru di dunia ini, tapi ini adalah bagian dari sebuah cerita karena Allah SWT selalu menjadikan orang orang itu sepasang” semua orang mendengarkan ucapan Akbar 

“Semua orang telah berkata padaku kalau Allah SWT telah mengirimkan aku kesini tapi Dia juga telah mengirimkan seseorang (Pratap) disana, dua tahun setelah kelahiranku, sejak hari itu, dialah seseorang yang selalu berdiri seperti sebuah dinding diantara ambisiku dan impianku” semua orang yang hadir disana merasa penasaran dengan orang yang dimaksud oleh Akbar “Yang aku bicarakan ini mengenai pangeran dari Mewar, pangeran Pratap, dia selalu memikirkan tentang Dewa Siwa begitu dia bangun, dia selalu mengelu elukan namanya sebanyak tiga kali ketika dia bangun diikuti oleh nama Dewa Ekling juga tanah kelahirannya yang selalu dianggapnya sebagai ibunya sendiri dan tidak pernah takut pada kematian sama sekali” ujar Akbar sambil teringat akan Pratap, musuh bebuyutannya “Kemudian dia turun dari tempat tidurnya, lalu mandi dan memulai harinya dengan berdoa terlebih dulu pada Dewa Siwa dengan melakukan ritual Rudra Abshishek, Dewanya selalu mendengarkan doanya setiap hari, setelah itu dia berlatih pedang atau latihan perang selama kurang lebih 3 jam, Pratap selalu mengikuti rezim yang sama” 

Semua orang masih terdiam mendengarkan semua penjelasan Akbar “Dia adalah seorang pangeran dari kerajaan tapi semua orang tahu tentang dia dari kelembutan dan kebesaran hatinya, dia menyapa mereka sebelum mereka menyapa dia terlebih dulu, dia memang begitu saja tapi tidak ada yang bisa menandinginya, Pratap selalu menyelamatkan seorang pria dan pada kenyataannya dia mengatakan pada yang lain untuk memaafkan dia, dia selalu bicara lemah lembut padanya, penuh pengertian bahwa dia tidak dalam kondisi membayar pajak untuk tahun ini dan semuanya benar benar sempurna, kamu harus mencoba dengan keras tahun depan karena itu sangat penting untuk keberlangsungan daerah kekuasaan kita, kekuatan yang nyata pada Pratap adalah rakyatnya dan siapa yang dikuasainya, kita akan membuat Mewar kalah untuk membuat Kesultanan - e - Azim, kita akan memaksa dia untuk menundukkan kepalanya di hadapan kita, kita telah diciptakan oleh Tuhan yang sama, percaya padaku Khan Baba, orang orang ini bahkan tidak bisa menyentuhnya” ujar Akbar 

Di tempat Pratap, Pratap mengatakan pada ayahnya, Raja Udai Singh kalau Akbar pasti tidak akan duduk dengan tenan sampai dia membuat masalah pada kita, pada kenyataannya dia telah menjadi semakin kuat dan pintar dengan berjalannya waktu, kita harus berada selangkah di depannya untuk menghadapi dia, kita harus membuat senjata yang lebih modern, ayah,,, orang orang Mughal itu pasti akan menggunakan pasukan penembaknya, aku telah melihatnya sekali ketika aku masih remaja dulu, dengan pasukan penembak ini kita bisa membidik tujuan kita dari kejauhan, kita harus memasukan senjata ini dalam pasukan kita sesegera mungkin, sementara pasukan Mughal telah memilikinya terlebih dulu” ujar Pratap 

Sementara itu di tempat Akbar, Akbar sedang melihat sebuah demonstrasi meriam dan merasa senang karena benda ini akan membantu mereka dalam mengalahkan Pratap, Akbar tersenyum senang memikirkan hal itu dimana di lain sisi, Pratap sedang membunuh seorang prajurit Mughal yang mencoba merenggut bendera mereka dan memegang kemenangan ditangannya SINOPSIS MAHAPUTRA episode 330 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top