Sinopsis Ashoka Samrat, episode 297 (17 Maret 2016) by. Kusuma Rasmana Diruang sidang istana Magadha, Pattaliputra, Ashoka membela diri
dihadapan sidang atas tuduhan membunuh adiknya, pangeran Drupada. Ashoka
mengatakan apa yang terjadi itu tidak disengaja. "Aku tidak
melakukannya dengan sengaja. Biarkan aku melihat Drupada untuk terakhir
kalinya. Tolong biarkan aku melihat dia sekali. Itu adalah sebuah
kecelakaan", kata Ashoka berkata dengan sedih. Samrat Bindushara hanya
diam saja dan dengan isyarat tangannya tidak mau lagi mendengar
kata-kata Ashoka. Dua orang prajurit datang dan memborgol tangan Ashoka.
Dharma sedih melihat keadaan putranya itu. Samrat Bindushara turun dari
tahta dan berjalan keluar dari ruang sidang itu, diikuti Ibu suri dan
Charumitra. Ashoka meminta ibunya agar percaya kepadanya. "Itu adalah
sebuah kecelakaan, Ibu", kata Ashoka,.Namun para prajurit menggiring
Ashoka dalam sel penjara. Dharma semakin hancur hatinya melihat
perkembangan itu.
Setibanya di sel penjara, Ashoka kembali meminta para penjaga untuk mengizinkan dia melihat saudaranya sekali. "Aku tidak bersalah", ratapnya. Namun para prajurit itu tidak peduli. Mereka dibayar tidak memenuhi permintaannya. Ashoka menangis, meratap didalam selnya.
Di atas sebuah bukit menjulang diluar istana Magadha,
Sushima datang ke tempat itu untuk bertemu seorang ahli tantra atau
Tantrik yang telah membantunya. Sushima berkata kepada sang Tantrik
bahwa dia gagal. "Samrat masih hidup sampai sekarang", kata Sushima.
Tantrik menjawab, "Aku berkata Samrat akan mati. Dan pangeran Drupada
adalah seorang Samrat hari itu, maka dialah yang mati". Sang Tantrik
melanjutkan, "Apa yang aku katakan akan terjadi. Kau akan menjadi
Samrat, tidak ada seorang pun kecuali aku yang bisa menghentikanmu
menjadi Samrat. Lain kali jika kau berani meragukan aku lagi, maka kau
akan mati. Kita adalah satu sekarang. Darah yang keluar dari mulutmu
adalah darahku". Sushima teringat (dalam kilas balik) sempat muntah
darah ketika berjalan di koridor sesaat setelah Drupada terkena anak
panah. "Aku telah mengorbankannya kepada para pishaca (makluk gaib
penghisap darah). Darahmu akan dihisap perlahan-lahan oleh mereka (para
pishaca) dan diganti oleh darahku!", kata Sang Tantrik lagi.
Di
ruang pribadi Samrat, Dharma bertanya kepada Bindushara, "Apakah Yang
Mulia berpikir jika Ashoka benar-benar bisa melakukan ini? Ashoka juga
terkejut dengan apa yang terjadi. Dia sangat menyayangi Drupada".
Bindushara menjawab, "tapi anak panah itu hanya ditembakkan oleh Ashoka.
Dia bertingkah arogan didepan Sushima. Harapannya telah membuatnya lupa
perbedaan antara benar dan salah. Dia telah menjadi serakah akan
tahta".
Dharma yang percaya kepada putranya, berkilah, "Akulah yang telah membesarkannya. Aku tahu dia tidak memiliki perasaan serakah akan tahta" Bindushara berkata, "Jika kau benar, maka mengapa Ashoka memintaku menjadikan dia sebagai putra mahkota? Dia tentu tahu bahwa putra tertualah yang layak untuk itu". Dharma beralasan tentang impian Acharya Chanakya yang menghendaki demikian. Namun Bindushara berkilah, "permintaan Ashoka sendiri itulah menjadi salah". Dharma berusaha meyakinkan Samrat, "Orang perlu mencari tahu maksud di balik tindakan seorang pelaku. Aku ingin tahu apakah putra Anda bisa melakukan hal ini". Bindushara menjawab, "Sudah jelas, ini adalah pemberontakan kepada kekuasaan Magadha. Aku tidak berdaya, Dharma! hari ini seorang ayah telah kalah dari seorang Samrat. Aku tidak bisa mengampuni Ashoka. Dia hanya layak mendapat satu hukuman untuk apa yang dia lakukan hari ini. Yaitu mretyu danda (hukuman mati)!". Dharma terhenyak mendengar kata-kata Samrat.
Seorang prajurit datang ke ruangan itu melaporkan tentang permintaan Ashoka yang ingin melihat Drupada terakhir kalinya.
Di halaman istana Magadha, acara kremasi bagi pangeran Drupada akan
dilakukan, para warga dan kerabat istana berkumpul di tempat itu. Rani
Shubhrasi menangis di samping jenazah Drupada yang sudah dibaringkan
diatas tumpukan kayu kering. "Bukankah kau ingin mendengar cerita dariku
malam ini. Mengapa kau tidur pada hari kelahiranmu ini? Bangunlah,
Nak", isak Subhrasi menangis. Disampingnya berdiri Sushima dan kerabat
lainnya termasuk Samrat yang berpakaian putih-putih. Dharma yang juga
berpakaian putih datang mendekati jasad Drupada. Namun Shubhrasi
mengusir Dharma agar tidak datang mendekat. "Kau tidak akan pernah
bahagia. Anakmu telah membunuh anakku! Pergi!", teriak Subhrasi. Dharma akhirnya mundur dengan sedih. Para prajurit membawa Ashoka yang
terborgol mendekat ke jenazah Drupada. Dia bertimpuh dibawah kaki
Drupada dan menangis melihat Nanhe Samrat (Samrat kecil) itu terbaring
kaku. Ashoka menunduk sedih, teringat tentang kenangan bersama Drupada
di waktu yang lalu.
Helena yang licik berpikir, "Siapa bisa mengubah apa yang ditakdirkan harus terjadi? Pengorbanan kecil dibuat sebagai cara untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Garis keturunan Maurya akan segera berakhir". Siamak juga sibuk dengan ingatan tentang Drupada. Sushima berpikir, "Drupada, kau tidak mendukung orang yang tepat, maka kau harus membayar harga atas dukungan itu. Samrat juga akan memahaminya segera".
Hampir semua orang yang ada disitu sibuk berpikir tentang Drupada, termasuk Samrat yang terkenang saat terakhir Drupada harus menganggu sidang kerajaan untuk mengingatkan akan hari kelahirannya. Kaurwaki yang melihat jasad Drupada merasa ada yang aneh. "Bagaimana bisa tubuhnya menghitam setelah kena anak panah? Apakah ini sebuah persekongkolan?", batin Kaurwaki.
Para prajurit membawa Ashoka pergi dari tempat itu.
Acara pembakaran akan dimulai, anggota keluarga mulai menempatkan kayu-kayu kering menutupi jasad Drupada. Bindushara memulai penyulutan api kremasi dan beberapa saat kemudian api menyala besar membakar tumpukan kayu bersama raga Drupada. Semua yang hadir mengikuti acara kremasi itu dengan khusuk. Bindushara berkata, "Hukuman terbesar bagi seorang ayah adalah harus menyalakan tumpukan kayu pembakaran bagi anaknya". Helena berusaha tersenyum sambil memandang Bindushara, namun batinnya bergejolak. "Ini hanyalah awal, kau segera akan menyalakan kayu pembakaran berulang kali dari orang-orang yang kau cintai dalam hidupmu. Kau akan sendirian pada akhirnya!", batin Helena sambil tersenyum culas memandang Samrat Bindushara.
Di koridor istana,
Kaurwaki berbicara dengan ayahnya tentang kondisi jasad Drupada. "Panah
yang mengenai Drupada tidak ditembakkan oleh Ashoka", kata Kaurwaki.
Jagannatha tahu putrinya pasti ingin membela tindakan Ashoka. "Tapi
semua orang berpikir Ashoka adalah pelakunya, bahkan Samrat sendiri juga
setuju", tepis Jagannatha.
Kaurvaki berkata, "Ini penyelesaian akhir yang tidak benar, Ayah! Tidak, ini bukan akhir... ini belum berakhir!". "Aku tidak akan membiarkan sesuatu yang salah terjadi dengan Ashoka. Ayah mungkin tidak mendukungku, tapi aku tahu seseorang yang percaya Ashoka tidak bersalah!", kata Kaurwaki lalu pergi meninggalkan ayahnya yang hanya bengong.
Kaurvaki berkata, "Ini penyelesaian akhir yang tidak benar, Ayah! Tidak, ini bukan akhir... ini belum berakhir!". "Aku tidak akan membiarkan sesuatu yang salah terjadi dengan Ashoka. Ayah mungkin tidak mendukungku, tapi aku tahu seseorang yang percaya Ashoka tidak bersalah!", kata Kaurwaki lalu pergi meninggalkan ayahnya yang hanya bengong.
Kaurwaki menemui panglima Nayaka di
koridor. Dia menjelaskan tentang masalah yang dihadapi Ashoka. Nayaka
berkata, "Aku tentu akan siap membantumu, Kaurwaki. Aku bahkan bisa
mengorbankan hidupku demi Ashoka". Kaurwaki dan Nayaka bersepakat akan
mengeluarkan Ashoka dari sel penjara, walaupun harus melanggar hukum
Magadha.
Di dalam sel penjara, Ashoka berbicara pada dirinya
sendiri. "Aku bodoh! Aku seharusnya tidak menerima tantangan Sushima
itu. Andai saja tidak terjadi, Drupada tentu masih hidup hari ini. Aku
tidak akan bisa hidup dengan rasa bersalah ini. Maafkan aku, Drupada.
Kau tahu betapa sayangnya aku kepadamu", guman Ashoka menyalahkan
dirinya sendiri.
Kaurwaki datang ke sel penjara mengantarkan makanan untuk Ashoka. Dia memberikan paan (semacam penganan) yang sudah diisi bahan khusus kepada semua prajurit penjaga sel penjara bagian depan. Mereka semua pingsan segera setelah memakan paan itu. Dua prajurit dari sel Ashoka datang ke tempat itu karena mendengar keributan namun keduanya dilumpuhkan oleh Nayaka.
Kaurwaki datang ke sel penjara mengantarkan makanan untuk Ashoka. Dia memberikan paan (semacam penganan) yang sudah diisi bahan khusus kepada semua prajurit penjaga sel penjara bagian depan. Mereka semua pingsan segera setelah memakan paan itu. Dua prajurit dari sel Ashoka datang ke tempat itu karena mendengar keributan namun keduanya dilumpuhkan oleh Nayaka.
Ashoka kaget melihat Kaurwaki datang ke selnya. "Kau? Apa yang kau lakukan disini?", tanya Ashoka. Kaurwaki menjawab, "Kau harus segera lari dari sel ini, aku akan membawamu keluar". "Itu tidak mungkin! aku tidak mau melarikan diri", kata Ashoka, "namaku
akan bertambah jatuh dimata Samrat bila sampai melakukan itu".
Kaurwaki menjelaskan, "Aku sempat melihat kulit dan wajah Drupada sebelum dikremasi. Wajahnya menghitam yang berarti ujung anak panah yang melukai Drupada telah diolesi racun. Hitam karena racun itu tidak akan terjadi jika panahmu yang mengenai Drupada".
Ashoka teringat sesaat sebelum menembakkan panah, dia mencium ujung panah. "Benar, aku mencium ujung panah itu namun aku baik-baik saja. Itu berarti bukan panahku yang membunuh Drupada", kata Ashoka. Kaurwaki yakin seseorang telah menjebak Ashoka. "Kau harus membuktikan bahwa kau tidak bersalah di ruang pengadilan, didepan warga kerajaan", kata Kaurwaki. "Dan hal itu hanya mungkin jika kau keluar dari sini", kata Kaurwaki lagi.
Kaurwaki menjelaskan, "Aku sempat melihat kulit dan wajah Drupada sebelum dikremasi. Wajahnya menghitam yang berarti ujung anak panah yang melukai Drupada telah diolesi racun. Hitam karena racun itu tidak akan terjadi jika panahmu yang mengenai Drupada".
Ashoka teringat sesaat sebelum menembakkan panah, dia mencium ujung panah. "Benar, aku mencium ujung panah itu namun aku baik-baik saja. Itu berarti bukan panahku yang membunuh Drupada", kata Ashoka. Kaurwaki yakin seseorang telah menjebak Ashoka. "Kau harus membuktikan bahwa kau tidak bersalah di ruang pengadilan, didepan warga kerajaan", kata Kaurwaki. "Dan hal itu hanya mungkin jika kau keluar dari sini", kata Kaurwaki lagi.
Panglima Nayaka datang ke sana membuka sel Ashoka dan juga membuka semua belenggu dan borgolnya. Ashoka dan Kaurwaki berusaha pergi dari tempat itu, namun tampaknya tidak mudah.
Di kamar Sushima, Indrajit
menemui Sushima yang sedang bersama Siamak, Helena dan Charumitra.
Indrajit memberitahu bahwa ia telah menaruh racun di ujung anak panah.
Sushima sangat senang dan memuji atas apa yang dilakukan Indrajit. Yang
lain ikut senang mendengar laporan Indrajit.
Nayaka menangani
prajurit yang datang menghadang Ashoka dan Kaurwaki. Beberapa prajurit
dibuat tidak berdaya dan tidak sadarkan diri. Ashoka dan Kaurwaki lalu
pergi dari sana melalui pintu penjara lalu disusul Nayaka. Salah seorang
prajurit yang segera bangun membunyikan lonceng peringatan. Bunyi
lonceng terdengar hingga ke tempat Sushima dan para pendukungnya
berkumpul. Dari bunyi lonceng itu Sushima berkesimpulan bahwa ada
kejadian tidak biasa, sehingga semua harus bersiaga. Seorang pelayan
datang melaporkan bahwa Pangeran Ashoka telah kabur dari sel penjara.
Laporan itu mengagetkan Sushima dan para pendukungnya.
Bindushara
yang ada dikamarnya marah besar setelah mengetahui hal itu. Dia
menghunus pedang dan melangkah bergegas, Dharma berlutut berusaha
menghentikan langkahnya dengan memegang kaki samrat. "Seorang pelaku
melarikan diri dari tahanan hari ini. Aku harus berlaku sebagai Samrat
sekarang!", kata Bindushara marah. Dharma terus meratap dan memanggil
Samrat, namun samrat tidak peduli.
Kaurwaki dan Ashoka datang ke
tempat memanah yang dilakukan siang kemarin. Ashoka berusaha mengingat
dan memperagakan apa yang terjadi kemarin siang ditempat itu. Dia
bertindak seakan memanah dan melihat target yang harus ditembak. Dia
ingat arah anak panah yang ditembakkan berbelok ke kiri sebelum mencapai
target. Ashoka yakin anak panah itu harusnya ada di mana ayahnya berada
saat itu. Kaurwaki menyebut sangat berisiko kalau Ashoka harus
menuju tempat itu, tetapi hanya itu kesempatan yang dimiliki Ashoka.
Akhirnya Kaurwaki pergi juga mengikuti Ashoka yang menyeret lengannya
sambil melangkah bergegas.
Sejenak kemudian Siamak yang datang tidak menemukan siapa pun di area memanah itu.
Sementara di kamarnya, Dharma menangis memikirkan keselamatan Ashoka,
dia tengadah mencakupkan tangannya berdoa sambil menangis. Di koridor,
Radhagupta melangkah sambil matanya mencari-cari Ashoka yang dikabarkan
kabur dari penjara. Radhagupta berpikir, "Ashoka membuat kesalahan
dengan melarikan diri. Dia akan menjadi orang paling bersalah di mata
semua orang dengan cara ini".
Di serambi bagian lain istana,
Sushima sedang mencari-cari Ashoka dengan pedang terhunus. Ashoka dan
Kaurwaki yang sedang disana, bersembunyi dibalik dinding sampai Sushima
pergi ke arah lain. Setelah aman, Ashoka dan Kaurwaki melangkah
menyusuri serambi itu mencari-cari anak panah yang mungkin jatuh disana
setelah berbelok arah dari sasaran di tempat memanah. Dan benar saja,
sebatang anak panah tertancap di daun jendela yang tertutup. Ashoka lalu
mencabut anak panah itu. Dia tersenyum bersama Kaurwaki karena apa yang
mereka lakukan membuahkan hasil. Namun sesaat kemudian Ashoka dan
Kaurwaki tertegun melihat Bindushara datang memergoki mereka. Bindushara
berdiri memandang Ashoka dengan mata melotot marah.
Keesokan
harinya, di ruang sidang pengadilan istana, semua sudah hadir disana
kecuali Samrat Bindushara. Ditempat duduknya, Dharma berpikir, "Ashoka
sendirian saat ini. Acharya Chanakya yang selalu menyelamatkannya
sekarang sudah tiada". Terdengar pengumuman bahwa Samrat Bindushara akan
hadir di tempat itu. Para hadirin menyerukan, "hidup Samrat
Bindushara!" saat Bindushara masuk ruangan dan menuju singgasana. Semua
menantikan apa yang akan dikatakan oleh Samrat, namun samrat hanya diam
saja di tahtanya. Helena berkata, "Ashoka lari dari tahanan tadi
malam. Tidak ada keraguan lagi, dia adalah tertuduh pembunuh Drupada,
yang telah melawan Anda dan seluruh Magadha. Ini membuktikan dia tidak
peduli dengan aturan Magadha. Anda harus segera mengumumkan dia sebagai
penghianat!" Bindu menjawab,"Kita hanya menunggunya, dia pasti
kembali. Ashoka telah berjanji padaku". Semua orang kaget dan saling
pandang. Sushima heran dan mempertanyakan tindakan Samrat.
Kilas
balik ditampilkan, Bindushara yang memergoki Ashoka di serambi
mempertanyakan Ashoka akan tindakan yang memalukan itu. "Akan lebih baik
jika aku mati menggantikan tempat Drupada saat ini. Tindakanmu
membuktikan kau bersalah atas kejahatanmu. Walaupun itu baik bagi dirimu
namun ini hal sulit bagi seorang ayah", kata Bindushara marah menuding
Ashoka dengan pedangnya.
Ashoka melangkah mendekat dan bertanya, "Apakah ayah berpikir aku bisa membunuh Drupada? Ayo, bunuh aku sekarang, jika ayah berpikir begitu!". Nada Ashoka menurun, "Tapi jika tidak, maka beri aku waktu 3 jam. Aku akan membawa bukti bahwa aku tidak bersalah. Aku bersumpah demi ibuku, jika aku gagal membuktikannya maka aku akan menerima hukuman apapun!". Ashoka berusaha meyakinkan ayahnya namun Bindushara hanya diam, kilas balik berakhir. Sushima bertanya pada ayahnya, "Bagaimana ayah bisa percaya orang yang telah membunuh Drupada?" Bindushara menjawab, "Aku hanya ingin menunggu 30 detik lagi, ini adalah sisa waktu yang diminta Ashoka". Sushima menggelengkan kepalanya kearah lain seakan tidak terima dengan jawaban Samrat. Helena dan sekutunya mulai merasa gelisah dan tegang.
CUPLIKAN: Ashoka
bersama Kaurwaki datang ke kamar Helena. Ia menemukan sebuah kotak yang
berisi anak panah di sana. Ashoka menunjukkan anak panah itu kepada
seseorang di gudang senjata. Bindushara ingin tahu bagaimana orang
Yunani berani melakukan itu. Ashoka berkata, "Hanya ada satu orang di
sini yang berhubungan dengan Yunani. Dia adalah Rajmata Helena!". Helena
kaget mendengar namanya disebut.Sinopsis Ashoka Samrat, episode 298 by. Kusuma Rasmana