Sinopsis Ashoka Samrat, episode 288 by. Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat, episode 288, tanggal 3 Maret 2016 by. Kusuma Rasmana Di ruang sidang istana Magadha, Pattaliputra, Sushima bertanya kepada Samrat Bindushara dan semua yang hadir. "Bagaimana seorang Dassi-putra (anak pelayan) bisa duduk di singgasana Magadha?", tanyanya sambil menuding Ashoka. Bindushara marah mendengarnya dan dia berteriak,"cukup!". Semua orang tegang dan terkejut mendengar kata-kata Sushima dan teriakan raja. Samrat Bindushara turun dari tahtanya dan menampar Sushima di depan sidang tersebut. Kali ini semua orang tambah terkejut lagi atas tindakan raja kepada putranya. Terutama Charumitra, Helena, Siamak dan Khalatak yang mendelik tegang. Ashoka tampak marah atas penghinaan itu, namun Sushima hanya melirik ke arah Ashoka, dengan menahan marah dan malu. "Cukup sudah!", kata Samrat kembali ke tahtanya. Dari tahtanya dengan berdiri Samrat Bindushara berkata, "Sudah cukup pertengkaran ini, seseorang itu benar atau salah, layak atau tidak ditentukan oleh karma (perbuatan/tindakan)nya. Seorang samrat seharusnya menjadi orang yang dipercaya dan dicintai para warganya. Orang yang senantiasa ada dihati para warganya. Dan orang itu adalah Ashoka, hanya Ashoka". 

Samrat melanjutkan, "Aku tidak punya keraguan lagi bahwa warga Magadha akan bahagia melihat Ashoka sebagai Yuwaraja (putra mahkota) dan Rani Dharma sebagai bakal Rajamata (ibu Suri) mereka", kata Samrat berkata menggelegar yang makin membuat kesal Sushima dan para pendukungnya. Rani Charumitra mencoba berkata, "tapi.. Samrat...", namun Samrat Bindushara langsung menyelanya, "cukup, Maharani!". Charumitra menunduk dan sedih, sedangkan Sushima sangat tegang dengan mata memerah. "Tidak ada lagi pembahasan tentang ini. Aku telah memutuskan!. Aku, putra dari Chandragupta Maurya, Bindushara Maurya sebagai Samrat Magadha dengan ini mengumumkan putraku dari Rani Dharma, Dharmaputra Ashoka Maurya sebagai Yuwaraja (Putra Mahkota)!", kata Samrat Bindushara mengeluarkan keputusannya. Para hadirin bersorak gembira dan berseru, "hidup Yuwaraja Ashoka! hidup Yuwaraja Ashoka!". 

Hal yang berbeda dengan Helena, Mahamatya, Charumitra, Siamak dan Sushima yang terus berwajah tegang seakan tidak percaya. Samrat Bindushara juga mengumumkan acara Rajya-abisheka (penobatan kerajaan) bagi Pangeran Ashoka akan dilangsung besok didalam ruang sidang itu juga. "Buatlah persiapan untuk acara ini sebaik mungkin", kata Bindushara menutup pertemuan itu dan meninggalkan ruangan. Semua yang hadir di ruangan sidang itu pergi, kecuali para anggota keluarga kerajaan. Sushima melihat ke arah adiknya dengan marah. Drupada mendekat dan memeluk Ashoka. Para anggota keluarga kerajaan serentak mendekat ke arah kedua pangeran. Entah sengaja atau tidak, keluarga kerajaan terbelah menjadi dua pihak. Masing-masing berpihak kepada Sushima yaitu: Charumitra, Helena, Siamak dan Mahamatya, sedangkan Dharma, Subhrasi, Drupada, Radhagupta, ditambah Jagannatha dan Kaurwaki berdiri disamping Ashoka yang menatap Sushima dengan marah. Dharma yang sebenarnya tidak mau berpihak, menatap kedua pangeran dengan pandangan aneh. Drupada pergi dari ruangan itu untuk memberitahu teman-temannya, dia diikuti oleh Rani Subhrasi. 

Helena menatap Ashoka dengan pandangan culas. "Kemenangan Ashoka sama dengan kemenangan Chanakya. Aku tidak akan pernah bisa menerimanya. Lebih baik aku memenggal kepalamu sebelum kau mencoba duduk diatas kepalaku", gumannya lalu pergi. Siamak juga sibuk dengan pikirannya bahwa Ashoka tidak pernah tahu kebencianku hingga sekarang, namun dia akan melihatnya sejak saat ini. "Kau tidak akan menyangka orang yang kau percaya berbalik menikammu", batin Siamak berlalu dari ruangan itu. Sementara Charumitra berpikir sambil menatap Ashoka. "Aku akan menghancurkan hidupmu dan Dharma atas rasa sakit yang kalian berikan padaku dan putraku", batinnya. Sushima yang tegang menyambar sebilah pedang dari kursinya dan bermaksud menyerang Ashoka. Namun Charumitra memegang tangan Sushima dan menghentikannya. "Tidak, putraku, tidak! Ini bukan tempat dan waktu yang tepat untuk melakukan ini!", kata Charumitra sambil menatap Ashoka dan Dharma, 

Sementara Jagannatha dan Kaurwaki tampak tegang. "Ayo pangeran!", kata Khalatak sambil menenangkan Sushima dan bersama Charumitra segera membawa Sushima keluar dari ruangan itu. Ashoka hanya menatap kepergian mereka dengan marah. Kali ini Dharma juga pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, yang membuat Ashoka merasa ada yang salah. Ashoka segera mengikuti langkah ibunya, demikian juga Radhagupta, Jagannatha dan Kaurwaki ikut keluar ruangan. Sesaat kemudian tampak seekor singa mengaum didepan singgasana ruangan sidang yang sudah sepi itu. 

Di ruangan pribadinya, Sushima sedang telanjang dada dan memukul-mukulkan cambuk ke badannya sendiri. Dia terus terbayang kata-kata Samrat yang mengumumkan Ashoka sebagai pewaris. Hal yang membuatnya sakit hati. Seorang pelayan lelaki datang dan minta agar Sushima menghentikan itu. Namun Sushima malah memberikan cambuknya kepada lelaki itu. "Cambuk aku dengan sekuat tenaga!", perintahnya. Namun lelaki itu mencoba menolak perintah, "bagaimana aku bisa melakukan ini, pangeran?". Sushima yang marah malah menampar lelaki itu. "Aku memang tidak menjadi seorang yuwaraja, namun tidak berarti kau boleh membantahku!", kata Sushima serak. Akhirnya lelaki menuruti permintaan Sushima. Dia mencambuk Sushima beberapa kali, namun Sushima minta agar dia mencambuk dengan lebih keras lagi. "Kalau tidak, aku akan membunuhmu!", ancam Sushima, lelaki itu hanya bisa menurut. 

Di ruangan pribadi ratu, Ashoka berkata kepada ibunya, "aku melakukan ini bukan untuk alasan pribadi, Ibu". Dharma sudah mengerti niat Ashoka, namun dia berkilah, "tapi orang-orang yang hadir disana akan berpikir menentangmu. Mereka akan menyebutmu sebagai orang oportunis". Ashoka menjawab, "Aku tidak keberatan atas anggapan orang-orang itu bagi diriku, ibu". Namun Dharma beralasan, "ayahmu yang mestinya kau pikirkan, Nak". "Ayah? kenapa dengan ayah?", tanya Ashoka. "Ayahmu merasa terganggu dengan permintaanmu, namun dia tidak mungkin menolakmu", kata Dharma, "ayahmu sangat sayang kepadamu, namun kau harus memikirkan lebih jauh sebelum mengajukan permintaan semacam itu. Tempat dan waktunya belum tepat". Dharma pergi meninggalkan Ashoka yang larut memikirkan kata-kata ibunya barusan. 

Di ruangan lain, Siamak berkata kepada diri sendiri dengan marah, namun Helena datang memperingatkan dia agar jangan melakukan hal yang bodoh. Namun Siamak menyatakan kemarahan atas keputusan Samrat. "Permintaan Ashoka menjadi yuwaraja dan samrat menerimanya akan menjadi sebab bencana yang segera terjadi. Pasukan Yunani segera akan menyerbu Magadha. Kecuali kita berdua, tak seorang pun anggota kerajaan ini akan dibiarkan hidup. Kau tidak perlu menjadi Yuwaraja (putra mahkota) namun langsung menjadi Samrat", kata Helena menenangkan Siamak yang kemarahan segera berganti menjadi senyuman. 

Di ruangan pribadi raja, Dharma bertanya kepada Bindushara tentang tanggapan samrat atas permintaan Ashoka. Bindushara menjawab, "aku memang menginginkan Ashoka menjadi Yuwaraja. Dia telah mengejutkan aku dengan mengajukan permintaan itu sendiri. Ini menunjukkan bahwa dia merasa yakin layak memegang tanggungjawab itu. Aku senang telah memutuskan itu". Bindushara minta waktu untuk menyendiri di ruangan itu. Rani Dharma segera pergi meninggalkan Bindushara. Dharma keluar dari ruangan samrat, Helena menatapnya dengan tidak senang dan langsung menuju ruangan pribadi samrat. Dharma yang sedang melangkah melihat Rani Charumitra berlari dengan raut kebingungan menuju kamar Sushima. Dharma yang ingin tahu segera mengikutinya. 

Di kamar itu, Charumitra sedih melihat keadaan putranya. "Apa yang kau lakukan, putraku?", tanyanya memegang lengan Sushima yang tubuhnya luka-luka bekas cambukan. Sushima tidak peduli ibunya, dia malah terus meminta pelayan lelaki itu mencambuknya. "Tidak, Sushima!", Charumintra memeluk Sushima, sementara ayunan cambuk itu terus dilakukan oleh pelayan. Charumitra mencoba menghentikan, namun Sushima malah mendorongnya hingga jatuh. "Apa yang kau lakukan sekarang? Dia telah merampas semua hakku dari tanganku dan kau hanya diam!", kata Sushima menuding ibunya. Sekali lagi dia marah dan minta cambukan agar diteruskan. Charumitra meminta Sushima agar jangan melakukan ini kepadanya. Namun Sushima menolak untuk berhenti, "aku akan menghancurkan tubuhku ini tapi tidak akan menunduk didepan Dassiputra (anak pelayan, Ashoka) itu!". Charumitra menangis, Dharma yang sampai ke ruangan itu terkejut atas apa yang dilihatnya. 

Di ruangan pribadi samrat, Helena menceritakan tentang surat dari ayahnya yang mengabarkan sakit. Bindushara minta agar Helena pergi menjenguk bila Nana ji (Seulukos Nikator) memang sakit. "Tapi ibu sangat dibutuhkan besok saat acara Rajya-Abhiseka bagi Ashoka diselenggarakan. Aku minta dengan hormat agar ibu tetap tinggal sejenak untuk memberkati Ashoka", kata Samrat. Helena menyetujui permintaan itu, "tapi..". "Tapi apa, ibu?", tanya Samrat. "Tapi aku tidak menyukai permintaan Ashoka menjadi yuwaraja dengan cara seperti itu. Dia telah berubah banyak sejak pulang dari Takhsashila. Apaka anda juga mengira seperti itu?", tanya Helena. Samrat menyangkal itu, "tapi perubahan harus terjadi setelah apa yang dilaluinya saat menuju Takhsashila. Ini adalah bentuk kepercayaan dirinya, bukan karena arogansinya", kata Samrat. Helena berharap keyakinan samrat kepada Ashoka benar. "Bagaimana seorang ibu yang telah dibohongi oleh putranya percaya kepada orang lain? Tapi harapan besar Magadha atas tahta dapat mengubah pandangan orang-orang dan apa yang terjadi setelah itu", kata Helena. Perhatian Samrat tersita saat telinganya mendengar keributan, dia segera keluar ruangan diikuti oleh ibu suri Helena. 

Di kamar Sushima, Charumitra dengan marah mengusir Dharma dari ruangan itu. "Sejak kalian datang ke sini segalanya berantakan!". Dharma pun dengan sedih segera pergi dari ruangan itu, sementara Charumitra terus memohon agar Sushima berhenti, namun pelayan itu terus memukulkan cambuknya ke tubuh Sushima. Samrat Bindushara datang ke ruangan itu, pelayan yang mencambuk Sushima segera pergi setelah Samrat menyuruhnya. Helena, Rani Subhrasi, Khalatak, dan Radhagupta ikut menyusul ke ruangan itu. Samrat berdiri didepan Sushima bertanya apa yang sedang dilakukan. Sushima yang sedang berdiri lemas dan terhuyung-huyung menjawab pertanyaan ayahnya. "Aku hanya mencoba menyakiti badanku separah mungkin karena aku tidak bisa menanggung rasa sakit dihatiku. Rasa sakit yang ayah berikan tidak bisa kutanggung lagi. Aku harus hidup dengan rasa malu ini hingga nafas hidupku berhenti berhembus. Ayah sudah mengumumkan aku sebagai Yuwaraja (putra mahkota) lalu ayah mengubah keputusan itu. Orang-orang akan mengolok-olokku. Tak seorang pun menganggap aku penting atau menghormatiku. Ini semua karena ayah! Ayah telah merampas segalanya dari aku dalam sekejap. Mengapa ayah melakukan ini? Mengapa ayah tidak bisa menyayangi aku seperti menyayangi Ashoka?", tanya Sushima dengan nada gugatan. 

Bindushara menjawab," Kalian berdua adalah putra ayah yang sama pentingnya". Namun Sushima menolak menerima kata-kata ayahnya. "Aku putra tertuamu, aku bersama ayah lebih lama daripada Ashoka. Tidakkah ayah pernah memikirkan itu?", tanya Sushima, namun sejenak kemudian Sushima yang sudah lemas itu pun jatuh tidak sadarkan diri. Charumitra menangis melihat keadaan putranya. "Bangunlah putraku!", isaknya. Dia menyalahkan Dharma dan Ashoka atas kejadian ini. "Mereka berdua tidak akan tenang bila terjadi sesuatu dengan putraku. Ini adalah kutukan dari seorang ibu", kata Charumitra dengan wajah marah menatap Bindushara. Mahamatya Khalatak menyarankan Samrat agar menunda acara abisheka bagi Ashoka hingga Sushima bisa pulih kembali. Namun Radhagupta menyangkal,"tidak, Mahamatya. Bila penundaan dilakukan lagi, akan memunculkan pertanyaan tentang keputusan Samrat. Para musuh akan memanfaatkan itu dan warga kerajaan akan bingung". 

Radhagupta berkata kepada Samrat, "Aku mengerti dilema Anda, karena kedua pangeran adalah putra anda juga. Bila Yang Mulia Maharaja Chandragupta dulu hanya menuruti kemauannya sendiri, maka beliau akan mengumumkan Pangeran Justin sebagai pewaris. Namun beliau melakukan hal yang benar". Bindushara yang hanya diam mendengarkan pendapat Radhagupta. Namun ia segera berkata, "acara abhisheka Ashoka tetap dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah diputuskan". Samrat segera keluar dari ruangan itu yang segera diikuti oleh Subhrasi, Khalatak dan Radhagupta. Yang tinggal Helena dan Charumitra yang melampiaskan kekesalan mereka dan rencana bahaya yang segera terjadi kepada Dharma dan Dharmaputra Ashoka. 

CUPLIKAN : Ini adalah hari abhisheka (penobatan) Ashoka sebagai Yuwaraja (Putra Mahkota). Sushima tersadar dari pingsannya namun terkejut mendengar deru suara trompet yang bersahutan dari ruang acara abhisheka. Dia berteriak menutupi kedua telinganya, "lakukan sesuatu, Ibu!", katanya. Di ruang acara abhisheka, Bindushara menampar wajah Ashoka berkali-kali.Sinopsis Ashoka Samrat, episode 289 by. Kusuma Rasmana
Bagikan :
Back To Top