SINOPSIS MOHABBATEIN episode 337 “ADI BERULAH” by. Sally Diandra

SINOPSIS MOHABBATEIN episode 337 “ADI BERULAH” by. Sally Diandra Di rumah keluarga Bhalla, masih di pesta selamat datang Rinki, Ishita meminta semua orang untuk mengikuti permainan dansa kertas bersama pasangan masing masing, saat itu Rinki mengajak Mihir ngobrol, Mihir memuji penampilan Rinki yang sedikit berbeda kali ini setelah pulang dari luar negeri “Terima kasih, Mihir ,,, dan aku tahu apa yang terjadi padamu dan Mihika, aku ikut berduka, aku tidak tahu kenapa hal itu disebut patah hati karena sebenarnya menghancurkan seluruh tubuh” Mihir tertegun “Sepertinya kamu mengatakan seperti ini berdasarkan pengalaman” Rinki mengangguk “Iyaa, itulah mengapa aku cepat pulang kesini, disana aku bertemu dengan seorang pria India juga, sudahlah tidak usah dibahas, hanya kak Romi yang mengetahui hal ini, jadi aku mohon, pleeeasee ,,,” Mihir tersenyum mendengar ucapan Rinki “Kamu bisa percaya padaku, kamu bisa mengatakannya agar hatimu merasa lega, karena aku juga merasakan demikian, sekarang perasaanku jadi lebih ringan” Rinki hanya tersenyum mendengar saran dari Mihir lalu mengajak Mihir berdansa, 

Tak lama kemudian mereka semua berkumpul untuk memotong kue, Raman kembali berusaha mengajak Ishita ngobrol dengan memegang lengannya namun lagi lagi Ishita menghindar “Semua orang sedang menunggu” ujar Ishita kemudian ikut berbaur dengan yang lain, Raman pun ikut berbaur dan membimbing Rinki ketika memotong kue, lalu Rinki menyuapkan kue itu pada seluruh keluarganya, saat itu Romi sedang mencampur campur minuman dan meminumnya, kemudian Romi mengajak semua orang untuk menari, Ishita tersenyum melihat kegembiraan di wajah seluruh keluarganya, Ishita sangat menikmati tarian mereka sambil sesekali ikut menari dari tempatnya berdiri, sementara Raman yang juga berdiri disebelah Ishita nampak kesal karena Ishita tidak bisa mengerti kemauannya yang ingin mengajaknya bicara, Raman kemudian menyuruh Ishita untuk menikmati pesta malam itu 

Acara pesta masih terus berlangsung, Bala bisa membaca gelagat Raman yang kesal pada Ishita dan bertanya pada Raman “Raman, kenapa Ishita tidak memberikan kamu waktu ? karena kelihatannya sedari tadi kamu terus mengejarnya dan mencari kesempatan bicara dengannya”, “Kamu tahu, Bala ,,, mereka itu mempunyai DNA yang sama” Bala mengangguk “Iyaa, mereka tahu kalau ini tidak menyenangkan untuk mendapatkannya, mereka ingin kita mengejar ngejar mereka, permainan seperti apa yang sedang dia mainkan, Raman ? Kamu juga harus melakukan permainan yang sama, lakukan sesuatu agar dia yang mengejarmu” Raman dan Bala pun berkonspirasi 

Sementara itu Ishita bertanya pada Adi “Adi, apakah aku harus menyiapkan makanan untukmu ?”, “Tidak, terima kasih” ujar Adi, kemudian Ishita memberikan obatnya ke Adi, Adi meminumnya di depan Ishita, lalu Adi berkata dalam hati “Aku bisa melakukan apapun untuk ibuku, aku sangat menyayangi ibuku” bathin Adi sambil mengambil obat neneknya dan bergegas meminumnya di dalam kamar, sedangkan Raman dan Bala masih ngobrol soal orang Madrasi “Aku telah memberikan sebuah lahan untuk dibangun sebuah sekolah dimana anak anak keturunan Madrasi bisa belajar disana” Bala merasa senang mendengar ide Raman, kemudian Raman memberikan ide yang lain untuk menaklukkan Ishita malam ini, setelah itu segera berlalu dari sana, begitu Raman pergi, Bala menghampiri Ishita dan bertanya tentang Raman “Aku tidak tahu, kak ,,, aku tidak melihatnya, dia juga belum makan” ujar Ishita bingung “Aku tadi melihatnya, mungkin dia mabuk berat”, “Baiklah, aku akan pergi mencarinya” ujar Ishita cemas, Bala tersenyum senang karena rencananya berhasil 

Ishita kemudian masuk ke kamar dan dilihatnya kamar mereka gelap dan sepi “Ramaan !” Ishita berusaha memanggil Raman tapi tidak ada suara disana, ketika Ishita masuk semakin dalam ternyata Raman sedang berdiri di pojok ruangan dengan wajahnya yang kesal, Ishita merasa bingung dengan sikap Raman, tiba tiba Raman menghampirinya sambil memencet remote tape recordernya dan terdengarlah lagu kemudian Raman menari didepan Ishita, Ishita tertegun melihat tingkah Raman yang berusaha menghiburnya, tak berapa lama Ishita mengambil remote tersebut dan mematikannya “Tunggu !” ujar Ishita sambil masuk ke dalam kamar mandi, gantian Raman yang bingung dibuatnya, 

Kemudian Ishita keluar dari kamar mandi dengan penampilannya yang seksi dengan kain saree kuning yang membalut tubuhnya yang terlihat bagaikan siluet, Raman kaget dan tidak percaya hingga terjatuh ketika hendak duduk di sofa, Ishita kemudian menyanyikan lagu O mere saajna mai aagai…….. dengan tariannya yang sexy membuat Raman terpana, apalagi Ishita juga naik ke tempat tidur dan menjatuhkan dirinya di pelukkan Raman, Raman hanya terdiam melihat tarian sexy Ishita untuknya hingga akhirnya mereka berdua terjatuh di tempat tidur secara bersama sama dan tertawa riang, Raman dan Ishita saling memandang satu sama lain dalam diam, Raman langsung mematikan lampu dan mendekatkan wajahnya ke wajah Ishita, Ishita juga melakukan hal yang sama, mereka berdua sudah sangat dekat namun tiba tiba Romi masuk ke kamar mereka dan menyalakan lampu kamar mereka dengan wajah yang pucat, Raman dan Ishita kaget dan saling menjauh satu sama lain “Kakak, terjadi sesuatu pada Adi, ayoolah cepat !” ujar Romi panik, mereka bertiga bergegas berlari ke kamar Adi 

Begitu sampai di kamar Adi, Adi terlihat tidak bisa bernafas, Raman segera bertanya “Ada apa ini ?”, “Bibi Ishita memberikan aku obat ini” ujar Adi sambil menunjukkan obat yang salah tersebut ke Raman “Ini kan obat darah tingginya ibu ,,, Ishita, kamu memberikan obat yang salah !” nyonya Bhalla juga ikut ikutan memarahi Ishita karena kecerobohannya, kemudian mereka bergegas membawa Adi ke rumah sakit, dalam perjalanan ke rumah sakit, Ishita merasa heran “Bagaimana bisa dia meminum obat yang salah ? Aku melihatnya sendiri dia meminum obat yang benar” bathin Ishita, kemudian Ishita teringat pada ucapan Adi tentang ibu tiri yang harus disingkirkan, sementara Raman dan nyonya Bhalla yang duduk di jok belakang berusaha membuat Adi terjaga jangan sampai Adi tertidur 

Hingga akhirnya mereka sampai dirumah sakit, perawat menghentikan mereka lalu segera membawa Adi ke kamar pemeriksaan “Dimana dokternya, anakku telah meminum obat yang salah dan ibunya sedang pergi ke Australia, aku ini ayahnya” Ishita ikut menyela ucapan Raman “Aku ini juga seorang dokter, tadi saatnya Adi harus minum obat” ujar Ishita “Kita harus bisa mengeluarkannya, tapi anda tuan Raman tidak bisa menandatangi surat ini karena sebagai wali hukumnya adalah tuan Ashok Khanna jadi kami harap mintalah tanda tangan darinya” Raman merasa kesal dengan ucapan dokter tersebut “Aku ini ayahnya !”, “Pergilah sana dan mintalah tanda tangannya bukannya berteriak padaku” ujar dokter tak mau tahu 

Akhirnya Raman menemui Ashok dirumahnya, Mihika kaget ketika melihat kedatangan Raman “Ashok, Adi membutuhkan kamu, aku mohon ,,, ikutlah denganku”, “Aku minta maaf, Raman ,,, apa yang bisa aku lakukan ?” Ashok merasa berada diatas awan “Kamu adalah wali hukumnya Adi, aku mohon ikutlah denganku, Shagun sedang tidak berada disini” Ashok tersenyum sinis “Kenapa kehidupanmu mempunyai begitu banyak masalah, aku tahu kalau itu sangat sulit untuk mengatasinya karena kamu mendapatkan lebih dari yang diperlukan, dua istri, dua anak” Raman tidak membalas sindiran Ashok bahkan juga tidak marah mendengar ucapannya, malah Raman memohon dengan mengatupkan kedua tangannya didepan dada dan menceritakan apa yang terjadi pada Adi

“Hinalah aku sesuka hatimu nanti, tapi aku mohon ikutlah denganku”, “Aku ini sudah menikah dan aku tidak bisa memberikan namaku pada anak manapun secara acak” akhirnya Raman sudah tidak tahan lagi, Raman marah dan menarik kerah baju Ashok “Aku mengatupkan kedua tanganku karena aku memohon padamu, Ashok ,,, ikutlah denganku”, “Sikapmu tidak baik padaku, kamu ini seorang yang besar dan kamu juga bisa melakukan apapun” sindir Ashok lagi “Ada masalah apa denganmu ?” Ashok segera mendorong Raman dengan keras dan berkata “Pergilah kamu ke anakmu itu ! Semuanya bisa saja terjadi padanya !” bentak Ashok, Raman bergegas pergi dari sana karena tidak ada untungnya memohon pada Ashok 

Begitu Raman pergi, Mihika bertanya ke Ashok “Ashok, apa yang kamu lakukan ? Apakah permainanmu ini melebihi nyawa Adi ? Dia membutuhkan kamu, bantulah dia !” Mihika mulai menangis “Aku mengerti akan hal itu tapi aku tidak tertarik”, “Tapi kak Raman membutuhkan kamu kalau tidak dia tidak akan datang kesini ! Aku memohon padamu, Ashok ,,, dengan mengatupkan kedua tanganku ini didepanmu, tolong aku mohon bantulah dia” pinta Mihika sambil menangis, saat itu Suraj datang dan melihat kearah mereka “Baiklah, tapi kamu harus melakukan sesuatu untukku”, “Baik ! Aku akan melakukan apapun yang kamu katakan” ujar Mihika pasrah “Apakah kamu yakin ?”, “Iyaaa aku yakin” ujar Mihika pasrah 

Dirumah sakit, semua orang sedang panik sambil melihat keadaan Adi “Aku akan mencoba bicara dengan administrasinya, aku ingin melihat kenapa mereka tidak melakukan pengobatan ke Adi ?” ujar Ishita geram, Ishita kemudian mulai bicara dengan mereka “Apakah sebuah surat itu lebih penting ketimbang nyawa seorang anak ? Surat ini tidak begitu penting ! Apa pekerjaanmu ? Untuk menyelamatkan nyawa seseorang atau reputasi rumah sakit ?” Ishita benar benar marah, dokter itu kemudian melihat ke filenya Adi “Seorang anak telah meminum obat yang salah ! Dan itu adalah tugasmu untuk menyelamatkan nyawanya, aku ini memang hanya ibu tirinya tapi ayah kandungnya, Raman ada disini ! Sedangkan Ashok Khanna tidak peduli dengan nyawa anak itu ! Adi bisa saja meninggal jika kamu menunggu Ashok ! Kamu harus menyelamatkan nyawanya ! Jangan hanya berfikir !” ujar Ishita sambil menangis 

Di rumah Ashok, Ashok menunjukkan sebuah surat pada Mihika dan memintanya untuk menandatanganinya setelah itu Ashok bisa segera menyelamatkan nyawa Adi “Kamu hanya tinggal menandatangani surat ini yang berisi kalau aku tidak memaksa kamu untuk melakukan apapun dan tidak ada kekerasan dalam rumah tangga” Mihika mulai menangis “Sudahlah jangan menangis, Mihika ,,, tanda tangani saja cepat karena ini menyangkut nyawanya Adi” dengan berat hati akhirnya Mihika menandatangi surat itu dan memberikannya pada Ashok “Kakakmu telah melayani mantan istri suaminya dan anak suaminya dan kamu hanya memberikan satu satunya senjatamu untukku, kamu memang sangat lugu, Mihika” ujar Ashok dengan senyum liciknya SINOPSIS MOHABBATEIN episode 338 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top