Sinopsis Ashoka Samrat, episode 289 by. Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat, episode 289, tanggal 4 Maret 2016 by. Kusuma Rasmana Di istana Magadha, Pattaliputra, malam itu Ashoka berdiri termangu sendirian di balkon atas istana. Sambil menatap ke arah rembulan, dia sedang memikirkan atau membayangkan sesuatu. "Aku tak menyangka ternyata seorang Yuwaraja (putra mahkota) bisa memikirkan hal serius", kata Kaurwaki yang datang dari arah belakangnya. Kaurwaki berdiri disampingnya, sementara Ashoka hanya diam. "Ada apa Ashoka?", tanya Kaurwaki lagi. Ashoka berkata,"aku telah meminta sendiri kepada ayah agar menjadikan aku sebagai pewaris. Menurut ibu, ayah merasa terganggu dengan itu. Apakah menurutmu aku melakukan hal yang salah?". Kaurwaki menjawab,"kau khawatir dengan apa yang kau lakukan?". "Tidak", jawab Ashoka, "aku tidak peduli pendapat orang lain. Menurut kau sendiri apakah aku melakukan hal yang salah?". "Aku pikir tidak", kata Kaurwaki,"tapi kalau aku bilang ya, maka kau pasti akan mengubah keputusanmu menjadi putra mahkota". "Benar, itu mungkin saja", kata Ashoka, "tapi menurut dirimu sendiri dulu, apa aku sudah melakukan kesalahan dengan meminta itu kepada ayah?". "Kau sudah tahu jawabanku", kata Kaurwaki sambil menunjukkan kertas bertuliskan tinta "Yuwraj Ashoka Ki Jay" (Hidup Putra Mahkota Ashoka). Ashoka merasa agak lega, 

Sementara Kaurwaki memberi semangat kepada Ashoka agar menjalani acara besok dengan bahagia karena ini merupakan tanggungjawab calon raja kepada warga kerajaan. Dan para warga kerajaan sangat percaya dan berharap penuh kepada Ashoka. Ashoka pun berterima kasih atas wejangan dan saran dari Kaurwaki sehingga dia bisa bersemangat lagi menyongsong acara abhiseka besok. Esok paginya, di koridor istana, Dharma memegang tangan Ashoka dengan setengah memaksa membawa Ashoka ke suatu tempat. Ashoka bertanya,"ibu mau membawaku kemana?". Dharma menjelaskan bahwa ini kewajiban seorang ibu yang mempersiapkan putranya yang akan menjadi Yuwaraja (putra mahkota) dan Ashoka harus bersiap melakukan sebuah ritual. Kembali Dharma menyeret Ashoka menuju sebuah ruangan. 

Di ruang itu sudah menunggu Ratu Subhrasi, Pangeran Drupada dan 2 pelayan perempuan. Sementara Drupada menyuruh pelayan mengecek semua bahan-bahan ritual mandi yang disiapkan untuk Ashoka, ibunya mempersiapkan sesuatu. Dharma dan Ashoka datang ke tempat itu. Ashoka heran dengan semua yang ada di ruang itu. Dharma bertanya kepada Drupada apakah semua bahan sudah siap dan dibenarkan oleh Drupada. Dharma mulai membuka pakaian atas Ashoka, didepan orang yang hadir di ruangan itu. Lalu Ashoka setengah dipaksa duduk diatas tempat khusus untuk ritual. Dharma mulai melakukan ritual tilak, namun beberapa saat kemudian, dia berhenti. Ashoka bertanya, "mengapa ibu berhenti?". Subhrasi menjelaskan, " ini adalah hari spesial bagi kita semua. Kau mungkin tidak mengerti emosi seorang ibu. Jadi biarkan ibu menikmati setiap saat ini". Dilanjutkan memberikan lulur kunyit ke tubuh Ashoka yang dilakukan oleh Dharma dan Subhrasi, Drupada yang berdiri disampingnya hanya tersenyum melihatnya. 

Di ruangan lain, Kaurwaki sedang berdandan sangat cantik dibantu oleh seorang pelayan. Ayahnya, raja Jagannatha datang ke ruangan itu. Dia memuji putrinya dengan bangga dan mengatakan sangat cantik yang membuat Kaurwaki senang sekali. Jagannatha minta Kaurwaki bersiap-siap menghadiri acara abhiseka Ashoka yang akan diadakan sebentar lagi. Jagannatha pun keluar dari ruangan itu, karena Kaurwaki mengatakan akan menyusul. Sementara di ruang ritual mandi, Ashoka mengeluh matanya pedih karena kena lulur, demikian juga badannya yang penuh lulur kunyit itu. Dharma segera mengambil air hangat dari jambangan mandi besar ada didekatnya dan menyiramkan ke tubuh Ashoka. Ashoka berteriak keperihan, dia minta ibunya mengambilkan air dingin biasa. Drupada berkata bahwa dia lupa menyiapkan air dingin dan hanya menyiapkan air hangat. Dharma, Subhrasi dan Drupada pun bergegas mencarikan air dingin. Kaurwaki sedang lewat didekat ruangan itu ketika mendengar teriakan Ashoka, "ibu!, cepat air dinginnya!", kata Ashoka dengan mata terpejam, sementara tubuhnya penuh lulur kunyit. 

Kaurwaki yang datang melihat keadaan Ashoka hanya tersenyum dan tertawa yang ditahan karena merasa lucu. Ashoka menyangka Kaurwaki adalah ibunya, "Ma, cepat air dinginnya, aku gak tahan lagi". Kaurwaki mau melangkah, sekali lagi Ashoka memanggil, "Ibu, Drupada, mengapa lama sekali?", kata Ashoka terus gelisah sambil menggoyangkan kepalanya dengan mata terpejam. Kaurwaki yang tidak menemukan air dingin terpaksa mengambil pot yang penuh susu dingin dan menyiramkan Ashoka dari kepala hingga badannya, hingga Ashoka merasa lega. Dharma, Subhrasi dan Drupada akhirnya datang. Dharma dan Subhrasi hanya saling tersenyum menyaksikan adegan itu. Drupada akan mengatakan sesuatu, namun Dharma menutup mulutnya. 

Tepat saat itulah Kaurwaki terkaget menyadari ada Rani Dharma dan yang lain berdiri didekatnya. Dia terkejut hingga menjatuhkan pot susu itu. Ashoka melompat kaget karena yang menyiram tubuhnya bukan ibunya. "Kau? apa yang kau lakukan disini?", tanya Ashoka keki. Kaurwaki jadi salah tingkah dan malu, demikian juga Ashoka merasa malu karena setengah telanjang di depan Kaurwaki. Ashoka segera menyambar secarik kain dan menutupi tubuh atasnya. "Tidak ada, aku akan pergi", kata Kaurwaki hendak pergi namun Subhrasi buru-buru menahannya. "Tunggu, tunggu, tunggu!, kau mau kemana? Ashoka belum selesai mandi!", kata Subhrasi sambil tersenyum menggoda, demikian Dharma dan Drupada ikut tersenyum melihat Kaurwaki yang malu. "Tapi, ayah sedang memanggilku", kata Kaurwaki yang malu dan segera kabur dari ruangan itu. Dua Rani dan Drupada hanya tersenyum melihat tingkah Kaurwaki, sementara Ashoka keki menahan malu. 

Di kamar Sushima, Rani Charumitra duduk di pembaringan putranya yang tengah terbaring dengan tubuh penuh luka bekas cambukan. Charumitra meratap sedih melihat keadaan Sushima. "Tidak pernah ada ketenangan bagi keluargaku sejak kedatangan Dharma dan Ashoka", guman Charumitra. Helena datang ke kamar itu dan bertanya, "Maharani, mengapa kau belum bersiap menghadiri acara abhisheka Ashoka?". Charumitra menjawab, "Rajmata, aku tidak mungkin menghadiri Abhiseka Ashoka menjadi yuwaraja". Helena berkilah,"tapi Ashoka adalah putra Samrat juga. Bagaimana kalau Samrat bertanya alasanmu?". "Ayolah Maharani, kau harus hadir juga", kata Helena lagi. Charumitra menjawab ketus," itu tidak mungkin, ibu Suri, aku tidak mungkin menghadiri abhiseka dari Dassi-putra menjadi putra mahkota!". Helena hanya bengong mendengar Charumitra ikut-ikutan menyebut Ashoka sebagai Dassi-putra(anak pelayan). Dia pun segera berlalu dari kamar itu. 

Di ruangan lain, Dharma sedang memakaikan Ashoka pakaian kebesaran dan ornamen perhiasan yang diperlukan dalam acara penobatan. Dia tersenyum senang melihat penampilan Ashoka yang gagah dan tampan. Dharma memberikan pedang Chandragupta yang disiapkan oleh seorang pelayan. Ashoka menerimanya dengan membungkuk hormat. Kembali dia terbayang kata terakhir guru Chanakya, saat akan meninggal. Dharma memberi pesan dan semangat kepada putranya. Ashoka berjanji akan mengikuti semua nasehat ibu dan mewujudkan impian gurunya. 

Di ruang sidang istana, Samrat Bindushara, para rani kecuali Rani Charumitra, Ibu Suri Helena dan yang lainnya sudah hadir. Pangeran Ashoka memasuki ruang sidang diiringi para pendeta berpakaian putih. Trompet-trompet dari gading ditiup menderu, diselingi suara tambur dipukul saat Ashoka memasuki sabha (ruang sidang) dan para hadirin mengelu-elukan Ashoka dengan seruan, "hidup Pangeran Ashoka! hidup pangeran Ashoka!". Samrat dan para rani yang hadir tersenyum melihat Ashoka dengan pakaian kebesarannya, hal yang berbeda dengan reaksi dari Helena, Siamak dan Mahamatya Khalatak. Suara trompet, tambur dan hiruk pikuk dari ruang abhiseka terdengar hingga kamar Sushima. Sushima terbangun dan kaget. Dia berteriak-teriak sambil menutupi kedua telinganya. Charumitra panik melihat putranya berteriak seperti orang tak waras. "Ibu, hentikan itu!, suara-suara itu menggangguku! Ibu", kata Sushima menutup telinganya dengan badan bergetar seperti ketakutan. Charumitra berusaha menenangkan putranya. 

Di ruang sidang, Ashoka melakukan penghormatan kepada Samrat, demikian juga para pendeta. Raja tersenyum melihat Ashoka, dia jadi terkenang saat Ashoka pertama kali datang ke istana Magadha dan bekerja sebagai perawat kuda Samrat. Demikian juga saat Ashoka memenangkan lomba lari atas Sushima yang berkuda. ' Sementara dikamarnya Sushima terus meronta seperti orang gila, dan berteriak, "aku akan mati, ibu!, aku tidak bisa mengendalikan diriku". 

Di ruang sidang, pendeta mulai melakukan ritual tilak kepada Ashoka. Pendeta juga melakukan pemberkatan pada mahkota yuwaraja dengan ritual yang ditetapkan. Seorang pendeta pemimpin puja kemudian mempersilakan Samrat memakaikan mahkota itu kepada pangeran Ashoka. Samrat Bindushara turun dari tahtanya. Dia mendekati Ashoka sambil menatapnya, demikian pula Ashoka menatap ke arah ayahnya. Seperti tanpa alasan, Samrat tiba-tiba menampar pipi Ashoka beberapa kali. Semua yang hadir terkejut termasuk Helena, Siamak dan Khalatak yang dari sebelumnya raut mukanya tidak pernah ceria. Ashoka mengaduh kesakitan sambil memegang pipinya. Dia memandang ayahnya seakan bertanya. Samrat berkata, "sebelum aku memakaikan mahkota yuwaraja ini, aku menamparmu agar kau selalu ingat kau hanyalah manusia biasa. Jadi kau harus ingat akan tujuanmu dan melaksanakan semua tugasmu. Jangan serakah akan tahta, menyalahgunakan kekuasaan dan menyakiti orang yang tak bersalah. Sekarang dan selanjutnya apapun keputusan yang kau ambil, kau harus melakukannya dengan hati-hati dan cermat. Apakah kau mengerti?". 

Ashoka menganggukkan kepalanya. Samrat Bindushara lalu memakaikan mahkota ke kepala Ashoka. Para hadirin mengelu-elukan Ashoka dengan seruan, "hidup Yuwaraja Ashoka! Hidup Yuwaraja Ashoka!". Dharma, Subhrasi, Kaurwaki, Drupada dan Radhagupta tersenyum senang, sedangkan Helena, Siamak, Khalatak memasang tampang masam melihat kebahagiaan mereka itu. Ashoka membungkuk menyentuh kaki ayahnya memohon restu. Samrat mempersilakan Ashoka menuju kursi Yuwaraja (putra mahkota). Ashoka pun duduk dengan gagahnya di kursi itu dengan mahkota yuwaraja di kepalanya. Sementara taburan bunga-bunga tak hentinya dilempar ke arahnya. Samrat Bindushara, Rani Dharma, Rani Subhrasi, Kaurwaki, Jagannatha, dan Radhagupta tersenyum sumringah melihat Ashoka duduk di kursi putra mahkota. 

CUPLIKAN : Ashoka yang masih memakai pakaian pangeran sedang berjalan di koridor. Sushima datang dari belakang dan mencoba menyerang dengan sebuah pot. Ashoka berhasil menghindar,"ada apa kak? Apa yang kau lakukan?". Sushima berteriak marah, "apa yang seharusnya aku lakukan sejak dulu!". Sushima terus menghina Ashoka dengan sebutan Dassiputra. Ashoka yang marah berusaha menahan diri dan hanya membela dirinya yang terus diserang Sushima. Sekali waktu Sushima berhasil ditendang hingga terjatuh dan berpegangan di ujung balkon koridor dan hampir jatuh kebawah. Sementara Charumitra mengadu kepada Bindushara tentang tindakan Ashoka.Sinopsis Ashoka Samrat, episode 290
Bagikan :
Back To Top